Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAEL Barghouti, tahanan Palestina terlama di penjara Israel, dibebaskan pada Kamis, 28 Februari 2025, di bawah perjanjian gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan, Anadolu melaporkan. Ia menghabiskan 44 tahun dalam tahanan Israel, termasuk 34 tahun berturut-turut, menjadikannya tahanan politik terlama di dunia, menurut Guinness World Records 2009.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Barghouti adalah salah satu tokoh gerakan tahanan Palestina yang paling menonjol. Pembebasannya menandai momen penting dalam sejarah Palestina, melambangkan keteguhan hati yang tak dapat dipatahkan Israel meski berkali-kali menghukumnya.
Sejarah Perlawanannya
Nael Barghouti lahir pada 23 Oktober 1957, di kota Kobar, sebelah utara Ramallah di Tepi Barat yang diduduki. Ia pertama kali ditangkap pada 1978 dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup ditambah 18 tahun atas keterlibatannya dalam serangan perlawanan terhadap target-target Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia memulai aktivitas perlawanan sebagai anggota kelompok Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Namun, di penjara ia mengalami transformasi politik. Pada 1990-an, Barghouti beralih kesetiaan ke Hamas setelah Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin Fatah menjalin hubungan dengan Israel dan meninggalkan perlawanan bersenjata.
Namanya masuk dalam daftar yang dibebaskan Hamas dalam pertukaran tahanan Gilad Shalit 2011, bersama Yahya Sinwar. Ia kembali tinggal di kota asalnya, Kobar, dekat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki.
Ia sempat belajar sejarah di Universitas Terbuka Al-Quds, sebelum kebebasannya dicabut lagi oleh Israel. Pada 18 Juni 2014, Israel menangkapnya kembali dan menjatuhkan hukuman 30 bulan penjara.
Setelah dia menyelesaikan hukumannya, Israel mengembalikan hukuman aslinya yang seumur hidup ditambah 18 tahun, dengan mengutip "file rahasia" sebagai pembenaran - sebuah tindakan yang juga dikenakan pada puluhan tahanan lain yang dibebaskan dalam kesepakatan yang sama.
Melamar Pujaan Hati saat Dipenjara
Ketika berada di penjara, ia memutuskan untuk melamar Iman Nafi, seorang perempuan aktivis Palestina yang ia ketahui dari laporan televisi. Nafi ditangkap pada 1987 karena merencanakan serangan terhadap Israel dan dibebaskan pada 1997.
Selama dipenjara, Barghouti kehilangan kedua orang tuanya tanpa bisa mengucapkan selamat tinggal kepada mereka.
Sebulan setelah pembebasannya pada 2011, ia menikahi Nafi, yang mengatakan bahwa ia setuju untuk menikahi "pahlawan Palestina" itu tanpa "keraguan".
Barghouti memperingati pernikahannya dengan mengatakan bahwa itu adalah "kemenangan lain melawan penjara, tantangan bagi mereka yang merampas kebebasan kami, dan kemenangan semangat iman dan harapan".
"Mereka menyangkal kebebasan kami, tetapi tidak membunuh tekad kami untuk mematahkan rantai kami. Sekarang, saya dapat mengatakan bahwa Iman dan saya akan memulai perjalanan baru karena kami akan memulai sebuah keluarga baru di negara yang hebat ini," katanya, seperti dikutip Middle East Eye.
Pengasingan
Dalam pembebasan sebelumnya, Barghouti dan Nafi menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk merawat tanah dan tanaman mereka sementara dia tetap berada dalam tahanan rumah.
Awal bulan ini, Nafi mengatakan bahwa Barghouti meneleponnya untuk mengonfirmasi bahwa dia akan dibebaskan - tetapi hanya dengan syarat dia harus tinggal di pengasingan, sebuah permintaan yang diajukan oleh Israel.
Laporan media mengatakan bahwa dia tiba di Mesir pada Kamis setelah pembebasannya.
Nafi mengatakan kepada MEE bahwa kebahagiaannya tidak lengkap karena pasukan Israel telah mencegahnya meninggalkan Tepi Barat yang diduduki untuk bertemu kembali dengan suaminya di Mesir.
"Mereka mengatakan kepada kami bahwa larangan itu untuk alasan keamanan dan politik. Saya tidak mengerti apa maksudnya, tetapi ada puluhan keluarga yang juga dilarang bepergian, seperti saya, untuk bertemu dengan para tahanan yang dibebaskan. Kami berharap mereka akan mengizinkan kami untuk segera melakukannya," kata Nafi menambahkan.
Selama di penjara, Barghouti mengirim banyak pesan untuk menyoroti penderitaan para tahanan Palestina. "Upaya penjajah untuk melucuti kemanusiaan kita hanya membuat kita menjadi lebih manusiawi," demikian bunyi salah satu pesannya. "Jika memang ada dunia yang bebas, seperti yang mereka klaim, saya tidak akan berada di penjara hari ini."
Pada Kamis, Israel membebaskan 596 tahanan Palestina dalam semalam setelah Hamas menyerahkan jenazah empat tawanan Israel. Tel Aviv membebaskan 46 tahanan lain.
Para tahanan yang dibebaskan tampak dalam kondisi kesehatan yang sangat buruk, dengan tanda-tanda penyiksaan, patah tulang, dan luka-luka yang tidak diobati karena pengabaian medis.