KONGRES Rakyat disambut protes. Jumat pekan lalu, sehari sebelum Kongres Rakyat Nasional ke-7 Cina dibuka, di Universitas Beijing dan Sekolah Tinggi Pendidikan Guru, sejumlah mahasiswa memprotes Penjabat PM Li Peng. Tapi penjaga keamanan langsung menurunkan dan merobek-robek poster-poster yang dibawa demonstran. Apa yang terjadi? Para mahasiswa dua kampus terkemuka itu bukannya memprotes Kongres. Sasaran protes adalah Li Peng, yang dalam Kongres akan dikukuhkan sebagai perdana menteri. Mereka menuduh Li, anak angkat Zhou Enlai yang mendapat pendidikan di Uni Soviet, itu penganut aliran konservatisme. Salah satu poster, kata seorang mahasiswa asing yang sempat membacanya, menuduh naiknya Li hanya lantaran ia anak angkat Mendiang Zhou. Singkat cerita, aksi itu merupakan suatu "mosi tidak percaya" terhadap Li, yang juga dianggap sebagai arsitek sistem pendidikan di RRC. Tampaknya, walau reformasi sedang dijalankan dengan galak, banyak hal yang masih dianggap tak cukup oleh golongan terpelajar. Salah satu keluhan mereka adalah masih dipaksakannya pendidikan politik di dalam kurikulum perguruan tinggi. Bahkan faktor kesadaran politik masih menentukan dalam penempatan kerja lulusan universitas. Selain itu, golongan mahasiswa ternyata masih merupakan kelompok penekan dan tenaga pendorong untuk terlaksananya asas demokrasi. Walaupun aksi-aksi mereka telah ditindas, terutama sejak terjadinya demonstrasi besar pada akhir 1986, mereka masih merupakan kekuatan yang mesti diperhatikan oleh pemerintah. Ada yang menduga, golongan reformis di dalam partai berada di belakang aksi menjelang KRN ini. Protes mahasiswa dianggap mencerminkan pergulatan reformis-konservatif di dalam partai. Dengan demikian, mahasiswa merupakan bagian dari kekuatan reformisme di Cina. Tapi, melihat sepak terjang golongan intelektual menuntut demokrasi, sangat sulit untuk mengatakan bahwa mereka menjadi alat kaum reformis. Yang dicita-citakan oleh kaum intelektual Cina jauh melewati yang diinginkan kaum reformis. Tampaknya, lebih masuk akal menyebutkan di Cina kaum intelektual merupakan "golongan alternatif". Dengan kata lain, merupakan kekuatan ketiga dalam kancah politik Cina pasca Mao. A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini