Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pujian Bush dan Bayangan Teror

Apa saja langkah-langkah Arab Saudi dalam upaya memperketat keamanan selepas pengeboman Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Jeddah?

13 Desember 2004 | 00.00 WIB

Pujian Bush dan Bayangan Teror
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

DINDING beton setinggi empat meter membentengi kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Jalan Palestina itu terlihat pongah dari segala arah. Di balik dinding, selembar bendera Amerika Serikat yang berkibar setengah tiang di halaman gedung. Itulah tanda dukacita "resmi" bagi penghuni kantor yang diserang sekelompok orang pada Senin pekan lalu. Serangan yang menewaskan lima staf lokal Konsulat Jenderal (Konjen) AS di Jeddah, Arab Saudi, itu dilakukan empat orang. Keterangan resmi sejauh ini mencatat, para pelaku adalah anggota organisasi Al-Qaidah cabang Arab Saudi.

Aksi tersebut terjadi pukul 11.00 waktu setempat. Para penyerang menyusup ke gedung dengan mobil lewat pintu gerbang timur yang relatif aman. Mereka meloncat ke luar mobil, melempar granat, lalu merangsek masuk gedung. "Allahu Akbar!" teriak salah satu penyerang. Kisah itu dituturkan Abdel Qawi al-Yafiee, salah satu korban warga Yaman yang selamat. Baku tembak berlangsung seru antara penyerang dan empat marinir AS penjaga gedung. Situasi baru terkendali setelah Pasukan Garda Nasional Arab Saudi tiba setengah jam kemudian.

Peristiwa ini praktis membikin pemerintah Kerajaan Arab Saudi laksana kebakaran jenggot. Maklumlah, peristiwa meletus tak lama setelah mereka mengklaim berhasil memberangus teror di negeri kerajaan itu. Penguasa Saudi yang gerah buru-buru berjanji akan mengusut penyerangan secepatnya. "Kami akan turun ke jalan memberantas dan menangkap mereka bersama pasukan AS," kata seorang pejabat Arab Saudi seperti dikutip stasiun televisi Al-Jazeera.

Selama sepekan, aparat Saudi sibuk menyidik. Juru bicara Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, Brigadir Jenderal Mansur al-Turki, mengaku telah menginterogasi korban penyerangan—tanpa menyebut identitasnya—dan petugas keamanan serta saksi mata. Koran Okaz di Arab Saudi, yang dekat dengan Kementerian Dalam Negeri, bahkan telah memuat foto dua korban tewas yang diidentifikasi sebagai pelaku. Keduanya diduga anggota sayap Al-Qaidah di Saudi.

Tak mau kecolongan lagi, Konjen AS di Jeddah diperketat. Pos penjagaan menjadi seperti benteng. Pasukan Garda Nasional Arab Saudi memagari gedung dan para penembak jitu ditempatkan di atap bangunan. Hal itu disambut positif Presiden AS George Walker Bush, karena pemerintah setempat dinilai telah bergerak cepat. Ini penting, mengingat serangan susulan masih bisa terjadi.

Markas Pertahanan Pentagon AS juga menyokong dengan menambahkan pasukan sebanyak 50 anggota tim antiteror marinir ke Jeddah. Pasukan tiba di Aqabah, kota pelabuhan di Laut Merah, pada Kamis pekan lalu. Menurut juru bicara marinir, Mayor Matt Morgan, pasukan itu bertugas mengamankan Konjen AS di Jeddah. Sebagian lagi menjaga wilayah rawan, khususnya di kawasan urban. "Ini untuk pengamanan diplomatik," kata dia di Kamp Leujene.

Bagi warga AS di Saudi, Washington hanya mengeluarkan imbauan (travel warning) agar berhati-hati terhadap serangan susulan. Tak ada larangan bagi warga Amerika untuk hengkang dari Saudi. Juru bicara Konjen AS, Carol Kalin, bahkan membuka kantor diplomat tiga hari setelah tragedi. "Kami akan bekerja sambil membangun lagi sebagian yang rusak," katanya sembari menampik dugaan kantor Konjen akan dipindahkan.

Pengamat Arab Saudi dari International Crisis Group (ICG), Toby Jones, menganggap tragedi itu bukti pemerintah Saudi tak mampu menjaga sendiri keamanan dalam negeri. Saudi tak bisa menahan serangan teroris yang berpotensi menyerang target besar secara tiba-tiba saat tak ada bantuan pasukan Barat.

Serangan itu adalah aksi yang kesekian kalinya di Saudi sejak pertengahan tahun lalu. Serangan pertama, aksi bom bunuh diri di permukiman warga asing di Riyadh pada 12 Mei 2003, yang menewaskan 35 orang, termasuk sembilan pelaku. Aksi kedua pada 8 November 2003, juga terhadap permukiman warga asing di Riyadh, menewaskan 17 orang. Maka, kian panjanglah daftar korban teroris dari Arab Saudi.

Eduardus Karel Dewanto (Al-Jazeera, AP, BBC, CNN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus