Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Makam Behesht-e Zahra di bagian selatan kota Teheran, Iran, bukanlah tempat yang lapang untuk membariskan ratusan orang. Tapi siang itu, berpijak pada batu-batu nisan, mereka berusaha berbaris rapi sembari mengucap sumpah sebagai sukarelawan bom bunuh diri. Mengenakan kafiyeh sehingga wajah mereka tak bisa dikenali. Hanya dari postur tubuh bisa dikenali mana yang lelaki, perempuan, dewasa, atau remaja. "Kami menutup wajah agar tak bisa dikenali saat menyeberangi perbatasan Iran," ujar satu dari sekitar 200 orang yang dilantik di makam tersebut.
Pelantikan pada dua pekan lalu itu merupakan tanggapan masyarakat Iran terhadap makin runyamnya situasi di Irak, negeri tetangga.
"Ganyang Amerika! Ganyang Israel!" Teriakan mereka membahana di kesunyian makam. Pelantikan ditandai dengan membuka selubung pilar batu sebagai peringatan Gerakan Mati Syahid Islam Dunia yang dicanangkan pada 1983, ketika Ayatullah Khomeini masih hidup. Saat itu, seorang anggota Hizbullah Libanon, yang didukung Iran, meledakkan diri dengan truk yang melaju kencang melabrak markas pangkalan marinir Amerika Serikat. Aksi bom bunuh diri itu dianggap paling sukses, menewaskan 241 marinir sekaligus.
Inilah pelantikan relawan bom bunuh diri terbesar secara terbuka di Iran. "Cepat atau lambat, kami akan segera mengubur para penjajah di Tanah Islam," ujar Ali Mohammadi, juru bicara dari organisasi yang menyebut diri mereka sebagai Markas Besar Gerakan Mati Syahid Islam Dunia.
Kelompok ini sendiri tidak jelas berafiliasi ke mana. Namun, sejak Juni lalu keberadaan organisasi ini mencolok setelah membuka pendaftaran relawan bom bunuh diri. Formulir pendaftaran telah disebar di berbagai penjuru Iran, di gang sempit Teheran hingga kampus universitas. Formulir itu laku bak kacang goreng. Hingga sepekan sebelum pelantikan, ratusan orang masih berbondong-bondong mengembalikan formulir yang sudah diisi ke kantor organisasi tadi.
Mohammed Khalili, seorang dosen di Universitas Teheran, adalah salah satu pengisi formulir. "Tugas saya hari ini adalah mengajar, tapi jika harus mati syahid membela Islam, saya siap!" ujarnya tanpa ragu. Jumlah pendaftar mencapai 4.000 orang, namun itu masih jauh dari yang ditargetkan panitia, yakni 25 ribu relawan. Satuan yang dilantik itu, menurut Ali Mohammadi, akan diberangkatkan untuk melawan pasukan Amerika di Irak.
Pemerintah Iran sendiri, kendati melarang, tidak tampak berusaha menangkapi orang-orang yang berkumpul di kuburan tersebut. "Kegiatan ini ilegal," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Hamid Reza Asefi. "Tapi tak bisa disangkal gerakan ini adalah wujud sentimen masyarakat yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah Iran."
Menteri Dalam Negeri Ali Asghar Ahmadi menganggap gerakan ini hanya sebatas teori. "Kalaupun benar, kami tidak akan membiarkan mereka lolos dari perbatasan," ujarnya.
Namun, ada kabar bahwa pejabat pemerintahan secara perorangan mendukung gerakan ini. Juni lalu itu, misalnya, sejumlah pejabat penting Iran hadir dalam pembukaan pendaftaran relawan di Yayasan Syahid. Dalam ruangan yang dihiasi foto pembantaian tentara Israel di Palestina, hadir pula anggota parlemen Mahdi Kouchakzadeh dan pemimpin Garda Revolusioner Jenderal Hossein Salami.
Kepada wartawan Associated Press, Kouchakzadeh mengatakan: "Ini hanya sebatas ide, tak lebih." Hal itu dibenarkan oleh Rajay Fahr, seorang perempuan, salah satu pentolan organisasi tadi. "Gerakan ini memang baru sebatas wacana," kata Fahr. "Tapi di masa depan bisa terwujud, tergantung misalnya, apakah situasi di Irak makin gawat."
Kenyataannya Fallujah makin luluh-lantak diberangus tentara Amerika. Jadi, akankah mereka benar-benar berangkat?
Endah W.S. (Reuters, BBC, Washington Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo