SEPERTI tahun lalu, penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja berjalan lancar. Konvoi truk, yang mengangkut 3.000 serdadu Vietnam yang akan mudik, mendapat sambutan meriah penduduk Kamboja di sepanjang jalan yang dilalui, Sabtu lalu. Di Provinsi Svay Riengn, di perbatasan Kamboja-Vietnam, mereka disambut gubernur setempat, Heng Sakai, kakak Presiden Heng Samrin. Berbeda dengan pelepasan tahun silam, acara perpisahan di Monumen Nasional Vimean Chev Chemneas berlangsung sederhana. Hanya ditandai dengan laporan komandan pasukan Vietnam, Kolonel Nguyen Day, kepada menteri pertahanan Kamboja Bou Then. Penarikan pasukan Brigade 690 dari Provinsi Siem Reap dan Brigade 688 dari Batambang, menurut rencana, akan berjumlah 10.000 orang. Ini merupakan penarikan ketiga sejak Vietnam mengerahkan pasukannya untuk menjatuhkan rezim Khmer Merah, dukungan RRC, akhir tahun 1978. Sebelumnya, Juli 1982 dan Mei 1983, sejumlah tentara Vietnam juga telah ditarik mundur. Dengan penarikan yang ketiga ini (kalau benar) sudah 40.000 tentara Vietnam yang ditarik pulang. Sisanya diperkirakan masih sekitar 120.000-150.000 orang. Banyak pihak menuduh penarikan pasukan Vietnam ini hanyalah sandiwara. Tuduhan itu di antaranya datang dari RRC, musuh bebuyutan Vietnam. Harian Rakyat koran Partai Komunis Cina, menyebut penarikan itu hanya pergantian biasa. Koran Cina ini bahkan menuduh pasukan yang ditarik Vietnam dari Kamboja itu akan ditempatkan kembali di perbatasan Cina - Vietnam. Tak cuma RRC yang menuduh, tapi juga kalangan diplomatik di Hanoi. Sebab, menurut mereka, tahun lalu setelah penarikan ke-2, dengan terang-terangan pasukan Vietnam baru secara berangsur diterbangkan lagi dengan pesawat Soviet Ilyushin ke Kamboja. Menurut Letnan Jenderal Sampao Srikacha, seorang perwira tinggi Muangthai, berdasarkan laporan intel, diketahui bahwa sekitar 2.000 pasukan baru Vietnam telah tiba di Batambang, akhir bulan lalu. Tuduhan itu dibantah Kong Korm, wakil menlu Kamboja. "Yang tidak percaya 'kan Cina dan Muangthai saja," kata Kong Korm pada wartawan TEMPO, Yuli Ismartono, di tengah keramaian konvoi truk yang mengangkut pasukan Vietnam, Sabtu silam. Bagaimana dengan pasukan Kamboja sendiri? Apakah dengan penarikan ini berarti Tentara Nasional Kamboja sudah mulai bisa berdiri sendiri? "Seperti Anda lihat, secara bertahap kami mulai membangun kekuatan militer sendiri," kata Kong Korm. Tentara Nasional Kamboja kini memang tengah membangun kekuatannya. Sekolah militer Kamboja sudah mulai menghasilkan tentara yang diharapkan bisa menggantikan pasukan Vietnam yang ditarik. Sebuah akademi militer, yang didirikan 19 Juni 1979 setiap tahun menghasilkan 1.000 tentara baru. Di seluruh Kamboja ada tiga akademi semacam itu. Selain itu, ratusan perwira Kamboja, yang dikirim ke Hanoi, Uni Soviet, dan negara Sosialis lainnya, tiga tahun lalu, kini telah kembali. Di antaranya komandan unit tank di Provinsi Kampong Speu, Lan Kao, yang digembleng di Ukraina. Lan Kao, yang fasih berbahasa Rusia, kini diserahi memimpin kesatuan yang akan menggantikan pasukan tank Vietnam yang ditarik tahun ini. Tetapi Tentara Nasional Kamboja masih menghadapi masalah lain: kekurangan tenaga manusia. Jumlah tentara, yang diperkirakan 20.000-30.000 orang, belum cukup untuk mengamankan Kamboja. Sementara itu, mereka juga butuh tenaga untuk meningkatkan pangan. Menurut badan PBB, seperti UNICEF dan WHO, di Pnom Penh, di antara 7 juta penduduk Kamboja hanya 40% yang laki-laki, dan 20% lebih di antaranya anak-anak di bawah umur 12 tahun. "Bahkan untuk tanam padi pun mereka masih kekurangan tenaga," kata seorang pejabat. Di samping kekurangan tenaga, tentara Kamboja juga masih kekurangan peralatan. Senjata, seperti AK, mortir, dan meriam antipesawat terbang, seharga US$ 20 juta, yang didrop Soviet, masih belum cukup. Selain itu, semangat perwira Kamboja kurang tinggi. Yuli Ismartono, yang ikut menyaksikan manuver tank di Kampong Speu, melihat banyak kekurangan pasukan Kamboja. Tentara banyak yang tidak bersepatu, dan operasi berlangsung tanpa menggunakan peralatan penting, seperti walkie talkie. Akibatnya, perintah komandan sering tak bisa ditangkap, sehingga keadaan menjadi kacau. Terbukti ketika hujan turun, formasi barisan menjadi kacau karena para serdadu lari mencari tempat berteduh. Diperkirakan masih lima sampai sepuluh tahun lagi tentara Kamboja baru bisa menggantikan sepenuhnya peranan pasukan Vietnam di tanah air mereka. Tapi Vietnam secara bertahap sudah mulai melimpahkan tanggung jawab pada pasukan Kamboja. Kepada Dr. William Turley, seorang ahli masalah Vietnam dari Amerika, Menlu Vietnam Nguyen Co Thach menyebutkan, tentara Kamboja mulai dipaksa ikut ambil bagian dalam operasi militer di perbatasan Muangthai-Kamboja. Hal ini diakui sumber KPLNF (pasukan front pembebasan pimpinan Son San) di perbatasan. Menurut mereka, untuk pertama kalinya pasukan Pnom Penh ditempatkan di seberang Nong Chan, salah satu pangkalan kaum gerilya. Sekarang masih ada sekitar 50.000 pasukan Khmer Merah, KPLNF, dan pengikut Pangeran Sihanouk yang terus melakukan perlawanan terhadap rezim Heng Samrin, yang mendapat dukungan Vietnam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini