Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Puluhan Ribu Warga Bangladesh Turun ke Jalan Desak Perdana Menteri Hasina Mengundurkan Diri

Warga Bangladesh menuntut Perdana Menteri Hasina mengundurkan diri, yang dianggap diktator.

4 Agustus 2024 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan ribu warga Bangladesh pada Jumat, 2 Agustus 2024, berkumpul di Shaheed Minar guna menuntut Perdana Menteri Hasina mengundurkan diri. Shaheed Minar adalah sebuah monumen bagi para martir gerakan bahasa Bangladesh di pusat Dhaka.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meskipun hujan, kerumunan tersebut terus meneriakkan slogan-slogan seperti “Satu tuntutan, satu permintaan; Kapan kamu akan pergi, Hasina?" dan “Sang diktator harus pergi, dan demokrasi harus dipulihkan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tidak ada jika dan tetapi dalam gerakan ini. Kami turun ke jalan dengan satu tuntutan untuk pengunduran diri Hasina,” kata Rashid Anwar, seorang karyawan LSM, kepada Anadolu. 

Selama tiga pekan terakhir, Bangladesh berada dalam kekacauan akibat protes yang dipimpin oleh mahasiswa yang menuntut reformasi terhadap kuota CPNS. Bangladesh adalah sebuah negara di Asia Selatan dengan populasi sekitar 170 juta jiwa. 

Meskipun pemerintah akhirnya membuat perubahan pada sistem kuota CPNS, tindak kekerasan untuk menekan menyebarnya protes tersebut mengakibatkan setidaknya 200 orang tewas. Sebagian besar korban tewas itu adalah mahasiswa dan warga umum. Pada Jumat, 2 Agustus 2024, Direktur Regional UNICEF Asia Selatan Sanjay Wijesekera melaporkan setidaknya 32 dari yang meninggal adalah anak-anak.

"UNICEF telah mengonfirmasi setidaknya 32 anak tewas selama protes pada Juli 2024, dengan banyak lainnya yang luka-luka dan ditahan. Ini adalah kehilangan yang tragis," kata Wijesekera. UNICEF mengutuk semua tindakan kekerasan dan menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang berduka atas kehilangan anak-anak mereka. 

Analis politik Zahed Ur Rahman mengatakan kepada Anadolu ketidakpedulian pemerintah terhadap kematian itu dan upaya menyalahkan lawan politik atas kekerasan tersebut ketimbang menahan pelaku sebenarnya, telah memicu kemarahan publik.

“Pemerintahan Hasina percaya mereka bisa menenangkan protes melalui kekerasan dan penangkapan massal, namun tindakan ini justru memperburuk kerusuhan,” tambahnya.

Meskipun sebagian besar protes pada Jumat, 2 Agustus 2024, di Dhaka tetap relatif damai, demonstrasi di pinggiran kota Uttara berubah menjadi aksi kekerasan ketika mahasiswa pendukung partai yang berkuasa dilaporkan menyerang para demonstran tanpa provokasi, mengakibatkan beberapa demonstran terluka.

Di kota pelabuhan Chattogram di selatan Bangladesh, beberapa ribu pengunjuk rasa mulai berbaris menuju GEC Corner, sebuah persimpangan penting di kota tersebut, setelah shalat Jumat. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Hasina.

Di kota timur laut Sylhet, polisi berusaha menghentikan prosesi besar yang terdiri dari beberapa ribu orang setelah shalat Jumat. Pada satu titik, petugas menembakkan gas air mata, granat suara, dan peluru karet untuk membubarkan kerumunan. Menurut sumber polisi, setidaknya 10 orang telah ditangkap di Sylhet.

Sumber: Anadolu-OANA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus