Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEMBUNUHAN Kim Jong-nam berlangsung cepat. Pria 46 tahun itu tewas hanya beberapa menit setelah disergap dua wanita: seorang membekap Kim dari belakang, lainnya menyemprotkan cairan. "Perih, perih sekali, ada cairan yang disemprotkan kepadaku," ujar Kim kepada petugas Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur 2, seperti ditulis The Straits Times dua pekan lalu.
Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, tewas diracun. Hasil autopsi kepolisian Malaysia pada Jumat pekan lalu, 11 hari setelah insiden, membuktikan hal itu. Untuk mengetahui jenis racun yang digunakan, Pusat Senjata Kimia Malaysia mengambil sampel dari wajah dan mukosa mata Kim. Hasilnya, terdapat jejak substansi racun saraf VX, senyawa kimia terlarang yang pernah digunakan dalam peperangan.
Kepala Kepolisian Diraja Malaysia Inspektur Jenderal Khalid Abu Bakar sebelumnya menyatakan para penyerang sadar bahwa mereka memakai bahan beracun. Salah satu pelaku, terlihat dari hasil rekaman video closed-circuit television (CCTV), berjalan dengan tangan terentang ke arah toilet. Diduga ia membersihkan tangan sebelum mencoba kabur dari bandara.
Bukti pemakaian bahan kimia berbahaya menguat setelah satu dari dua perempuan yang menyerang Kim terkena efek racun. "Dia muntah-muntah," kata Khalid, seperti ditulis The Guardian. Namun Khalid tidak menjelaskan lebih jauh kondisi pelaku tersebut.
Racun saraf VX, yang dikenal juga sebagai ethyl N-2-diisopropylaminoethyl methylphosphonothiolate, telah dinyatakan sebagai senyawa kimia berbahaya dan terlarang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Badan ini bahkan mengklasifikasi senyawa tersebut sebagai senjata kimia pemusnah massal.
Dalam Perang Iran-Irak pada 1980-an, senyawa VX dan racun saraf lain diyakini pernah dipakai. Dua tahun lalu, jejak senyawa VX dan sarin, salah satu racun saraf kuat lainnya, ditemukan di pusat riset militer di Suriah. Konvensi Senjata Kimia PBB membatasi penggunaan VX hanya untuk kepentingan penelitian atau medis. "Penyalahgunaan bahan senjata kimia ini adalah sebuah kejahatan besar," kata Budiawan, ahli toksikologi kimia dari Universitas Indonesia, kepada Tempo.
Hanya dengan takaran dosis kecil, senyawa VX bisa sangat mematikan. Lethal dose 50 (LD50)—paramater yang digunakan untuk mengetahui tingkat toksisitas suatu senyawa—racun VX secara oral hanya sekitar 70 mikrogram per kilogram berat tubuh. Adapun tingkat dosis konsentrasi (LC50) untuk inhalasi 30 miligram per meter kubik.
Racun VX tergolong sebagai senyawa fosfat. Senyawa ini bersifat neurotoksin organik, yang merusak kinerja sistem saraf. Zat akan menghambat produksi enzim asetilkolinesterase dalam tubuh. Dalam kondisi normal, enzim ini dipakai untuk mengubah asetilkolin menjadi asetil dan kolin agar transfer listrik dalam sistem saraf berjalan.
Ketika enzim tersebut tidak bekerja, asetilkolin, yang merupakan neurotransmitter dalam sistem saraf, juga tidak akan berubah. Akibatnya akan terjadi akumulasi zat kimia tersebut di antara sistem saraf dan otot. "Kontraksi akan terganggu dan organ bisa gagal berfungsi," kata Budiawan.
Racun VX adalah senyawa yang tak memiliki rasa dan aroma. Bahan ini bisa diproduksi sebagai cairan, krim, atau aerosol. Pembuatannya harus dilakukan di bawah pengawasan ketat di laboratorium canggih. "Ini bukan bahan yang bisa Anda buat di laboratorium rumahan," kata Bruce Bennet, peneliti di RAND Corporation, lembaga riset di California, Amerika Serikat, seperti dikutip dari Reuters.
Hanya sedikit negara yang memproduksi dan menyimpan racun VX. Konvensi Senjata Kimia melarang produksi dan penyimpanan VX melebihi 100 gram per tahun. Amerika Serikat dan Rusia masih memiliki stok VX. Adapun Korea Utara, meski selalu menyangkal, diduga masih memiliki cadangan senyawa berbahaya ini.
Racun VX memiliki tekstur seperti oli mesin. Dalam bentuk cairan, racun ini bisa diserap tubuh melalui kulit atau kontak dengan jaringan mata. Orang yang terpapar VX akan mengalami gejala pusing, mual, kebas, kejang, dan gagal fungsi sistem pernapasan, yang berujung pada kematian.
Jika terpapar dalam dosis tinggi, racun VX membawa efek fatal hanya dalam 15 menit. Menurut Bennet, VX ibarat pestisida diberi steroid yang memiliki kadar racun sangat kuat. "Hanya perlu sedikit di kulit, seseorang pasti tewas," ujarnya.
Budiawan mengatakan gejala orang keracunan akan sangat bergantung pada sifat racunnya. Biasanya korban keracunan neurotoksin akan mengalami gangguan fungsi organ tubuh dengan gejala awal terasa pusing dan mual —karena sistem saraf tak berfungsi. Jenis racun bisa dilihat pada fase terakhir yang menyebabkan korban tewas.
Sebelumnya, senyawa ricin dan tetrodotoksin disebut-sebut sebagai racun yang membunuh Kim Jong-nam. Ricin adalah racun protein yang diekstraksi dari biji jarak (Ricinus communis). Adapun tetrodotoksin tergolong neurotoksin yang diperoleh dari ikan buntal, beberapa jenis gurita, dan cacing laut.
Kedua racun organik tersebut juga memiliki efek fatal yang cepat. Pemberian oksigen secepat mungkin terhadap para korban, termasuk oleh neurotoksin, bisa membantu untuk sementara. "Kebanyakan korban tak selamat karena terlambat ditangani," ujar Budiawan. Hingga kini belum ada obat untuk mengatasinya. Efek fatal ricin bisa muncul kurang dari 20 menit, sedangkan tetrodotoksin lebih cepat.
Senyawa VX dikenal lebih berbahaya dibanding sarin dan racun saraf lain karena sangat persisten. Ketika menempel di kulit, VX lebih lama menguap dibanding sarin. Racun VX juga lebih berbahaya ketika masuk ke tubuh lewat kulit dan sistem pernapasan. Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika menyatakan, jika tidak segera dicuci bersih, cairan VX yang menempel di kulit dapat berdampak fatal.
Dalam suhu kamar, racun VX termasuk senyawa yang tidak mudah berubah atau menguap. Senyawa ini juga tidak menyebar cepat sehingga tidak mempengaruhi orang di sekitar Kim. "Jika tidak terpapar atau ada kontak dan kadar toksiknya rendah, risikonya kecil," ujar Budiawan.
Kondisi fisik dan metabolisme korban turut mempengaruhi hasil pemeriksaan forensik. Proses autopsi semakin sulit jika dilakukan lewat dari delapan jam setelah kematian, apalagi bila korban diketahui makan sebelum tewas. Ini penting karena proses metabolisme yang tetap berjalan seiring dengan dekomposisi tubuh.
Selama periode tersebut, cairan tubuh dan senyawa yang diduga racun bisa bercampur dengan zat lain. "Sebaiknya memang segera diautopsi kalau ada kematian dicurigai akibat keracunan," ujar ahli forensik dari Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Ajun Komisaris Besar Sumy Hasty Purwanti, yang merupakan satu-satunya polisi wanita di Indonesia yang menyandang gelar doktor bidang forensik.
Gabriel Wahyu Titiyoga (The Straits Times, Reuters)
Racun Alami Mematikan
Ricin
Sumber:
Biji jarak.
Dosis mematikan: 22 mikrogram hingga 1 miligram per kilogram berat tubuh.
Efek:
Pusing, mual, sesak napas, muntah, peradangan organ tubuh, perdarahan, kematian.
Arsenik
Sumber:
Ditemukan dalam sejumlah mineral sulfur dan metal.
Dosis mematikan:
70-200 miligram.
Efek:
Pusing, muncul rasa logam di mulut, kejang-kejang, perdarahan, kerusakan multiorgan, kematian.
Sianida
Sumber:
Kacang almond, biji aprikot, biji jeruk, ubi kayu, rebung, asap kendaraan, asap rokok, sejumlah alga, bakteri, dan jamur.
Dosis mematikan: 1,5 miligram.
Efek:
Pusing, mual, sulit bernapas, kejang, pingsan, muncul lebam merah kebiruan di beberapa bagian tubuh, henti jantung, kematian.
Tetrodotoksin
Sumber:
Hati dan kelenjar gonad hewan, seperti ikan buntal, gurita, beberapa amfibi, dan kerang.
Dosis mematikan:
2-3 miligram.
Efek:
Kebas, pusing, muntah, mual, perdarahan, kematian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo