Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Raja Abdullah II: Pengakuan Hak Rakyat Palestina Kunci Stabilitas Regional

Pemimpin Yordania Raja Abdullah II tegaskan bahwa "stabilitas regional hanya dicapai dengan pemenuhan hak-hak rakyat Palestina dan pembentukan negara

13 Februari 2025 | 18.00 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kiri) bertemu dengan Raja Abdullah II dari Yordania di Gedung Putih, Washington, AS, 11 Februari 2025. Reuters/Kevin Lamarque
Perbesar
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kiri) bertemu dengan Raja Abdullah II dari Yordania di Gedung Putih, Washington, AS, 11 Februari 2025. Reuters/Kevin Lamarque

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Yordania Raja Abdullah II menegaskan pengakuan terhadap hak-hak sah rakyat Palestina dan penerapan solusi dua negara merupakan kunci utama untuk mencapai stabilitas di kawasan Timur Tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pernyataan tersebut disampaikan Abdullah II dalam dua pertemuan terpisah di Kongres AS di Washington, Rabu, yang juga dihadiri Putra Mahkota Hussein bin Abdullah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut pernyataan Kerajaan Yordania, Raja Abdullah menegaskan bahwa "stabilitas regional tidak dapat dicapai tanpa pemenuhan hak-hak sah rakyat Palestina dan pembentukan negara merdeka mereka berdasarkan perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem sebagai ibukotanya".

Pembahasan kedua pihak juga mencakup kemitraan strategis Yordania dan Amerika Serikat serta upaya memperluas kerja sama bilateral, sebut pernyataan tersebut.

Raja Abdullah menyerukan pentingnya menjaga gencatan senjata di Gaza dan meningkatkan upaya internasional dalam merespons krisis kemanusiaan" di wilayah tersebut.

Ia juga memperingatkan dampak serius dari eskalasi Israel di Tepi Barat, perluasan permukiman ilegal, dan "pelanggaran" terhadap situs suci Muslim dan Kristen di Yerusalem.

Yordania dan Mesir menghadapi tekanan yang semakin besar dari Amerika Serikat setelah Presiden Donald Trump menyerukan penguasaan Gaza dan pengusiran warga Palestina, sebuah gagasan yang ditolak keras oleh rakyat Palestina, negara Arab hingga sekutu AS.

Saat menjamu Raja Abdullah II di Gedung Putih pada Selasa, Trump menyatakan bahwa ia ingin "mengambil alih" Gaza di bawah otoritas AS dan mengembangkan wilayah tersebut dengan hotel, gedung perkantoran, dan infrastruktur lainnya.

Usul Trump untuk mengusir warga Palestina itu mengemuka di tengah perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel yang mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari.

Kesepakatan itu menghentikan sementara genosida Israel yang telah menewaskan lebih dari 48.200 warga Palestina di Gaza dan menghancurkan wilayah kantong padat penduduk tersebut.

Israel telah mengubah Gaza menjadi penjara terbuka terbesar di dunia, dengan blokade selama 18 tahun yang memaksa hampir dua juta dari 2,3 juta penduduknya mengungsi di tengah kelangkaan stok makanan, air, dan obat-obatan akibat blokade berkepanjangan rezim Zionis.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus