Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ratusan Biksu Buddha Tolak Kekerasan Anti-Muslim di Sri Lanka

Ratusan biksu Buddha dan aktivis turun ke jalan di Ibu Kota Sri Lanka menolak kekerasan. Umat Buddha Sri Lanka menyerang umat Islam.

10 Maret 2018 | 14.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Biksu Budha di Sri Lanka. [www.menara.my]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan biksu Buddha dan aktivis turun ke jalan di ibu kota Sri Lanka, Kolombo, untuk menyampaikan sikap menolak kekerasan terhadap umat Islam, yang menewaskan sedikitnya dua orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kekerasan yang memakan korban jiwa itu memaksa pemerintah Sri Lanka menyatakan negara dalam keadaan darurat nasional," tulis Al Jazeera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Front Biksu Nasional mengatakan kepada media, Jumat, 9 Maret 2018, mereka melakukan aksi diam sebagai bentuk protes atas apa yang mereka sebut dengan "bentrok antarumat beragama dapat merusak persatuan nasional."

Seorang wanita membawa guci berisi susu dengan lidah yang ditusuk besi tajam dalam perayaan Festival Thaipusam di Batu Caves, Kuala Lumpur, Malaysia, 31 Januari 2018. Perayaan Thaipusam merupakan hari libur nasional di Malaysia, Sri Lanka dan Mauritius. REUTERS

Al Jazeera melaporkan, para pemimpin Buddha moderat menolak kekerasan di sekitar Kota Kandy. Sejumlah foto yang tersebar di media sosial menunjukkan beberapa biksu Buddha mengunjungi masjid ketika umat Islam sedang salat Jumat untuk menunjukkan solidaritasnya.

Azzam Ameen dalam akun Twitter @AzzamAmeen menulis, "Biksu Buddha menunjukkan solidaritasnya bersama muslim Sri Lanka ketika salat Jumat tiba. Mereka berdiri bersama melawan kekerasan."

Pengguna Twitter yang lain, Mahela Jayawardena mencuit, "Saya mengutuk aksi kekerasan baru-baru ini. Siapa pun yang terlibat dalam aksi tersebut harus diseret ke pengadilan tanpa membedakan ras atau agama yang dipeluk. Saya dibesarkan dalam perang saudara selama 25 tahun dan tidak ingin generasi berikutnya mengalaminya."

Umat Muslim saling berpelukan usai melaksanakan Ibadah Salat Idul Adha di Kolombo, Sri Lanka, 12 September 2016. REUTERS

Sementara itu, kawasan yang dihantam kekerasan di Distrik Kandy mulai tenang pada Jumat, 9 Maret 2018. Tampak sejumlah toko dibuka kembali setelah militer melakukan tindakan tegas untuk mengatasi serangan massal oleh kelompok Buddha Sinhala yang mengguncang daerah itu.

Kerusuhan dimulai pada Senin, 5 Maret 2018, seusai seorang pria dari Sinhala tewas setelah mendapatkan serangan dari seorang pria muslim. Selanjutnya, ketegangan kian meningkat ketika mayat seorang muslim ditemukan terbakar di luar gedung pada Selasa, 6 Maret 2018.

Aksi berlanjut dengan serangan oleh kaum Sinhala dengan membakar masjid dan usaha milik umat Islam, rumah, juga kendaraan di Kandy serta kawasan lain. Pemerintah Sri Lanka menerapkan kondisi darurat secara nasional dengan mengerahkan tentara dan polisi untuk mencegah kerusuhan berkembang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus