Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Reformasi di Antara Dua Karang

Memburuknya ekonomi Jepang memaksa Perdana Menteri Koizumi mengkhianati langkah reformasinya.

24 Februari 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIBAK rambut Perdana Menteri Junichiro Koizumi semakin awut-awutan saja belakangan ini, sejalan dengan pudarnya popularitas dia sebagai lokomotif reformasi Jepang. Koizumi pernah dianggap sebagai ujung tombak perubahan dalam sistem politik dan bisnis Jepang. Dengan slogan "Rombak LDP, Rombak Jepang" dia berhasil merebut kursi Ketua Partai Liberal Demokratik (LDP) dan kursi perdana menteri pada April tahun silam. Tapi slogan itu tampaknya akan tinggal menjadi angan-angan belaka. Ekonomi Jepang terus memburuk: yakni turunnya produk industri dan deflasi berkepanjangan. Jangankan menerapkan konsep reformasi, mengatasi masalah ekonomi yang diwariskan pendahulunya pun, Perdana Menteri Yoshiro Mori, dia kesulitan. Kebijakan baru tampaknya hanya menyisakan sedikit kemajuan dibandingkan dengan kenerja pemerintahan sebelumnya. Sektor keuangan menjadi indikator merosotnya ekonomi. Bank-bank Jepang yang perkasa nyaris bangkrut karena kredit macet. Para investor kian kehilangan kepercayaan pada bursa saham. Harga saham unggulan di bursa Nikkei, misalnya, rata-rata jatuh 5,5 persen pada awal Februari lalu. Ini merupakan pukulan paling telak selama 18 tahun belakangan. Standard & Poor's, sebuah lembaga rating Amerika Serikat, pada akhir Januari silam menyatakan, ekonomi Jepang yang mandek telah menimbulkan kekhawatiran terjadinya resesi berkepanjangan, tanpa sedikit pun isyarat pemulihan yang dapat diramalkan di masa depan. Kegagalan Koizumi mendongkrak ekonomi, menurut sejumlah analis, disebabkan ketidakmampuannya menghadang para politisi konservatif di tubuh LDP. Sejak awal kelompok tua LDP memang menentang reformasi luas dan mendasar: privatisasi, pembersihan perbankan, reformasi administrasi, dan deregulasi. Tapi melawan kelompok konservatif di LDP juga tidak mudah. Langkah reformasi Koizumi mengancam sejumlah bisnis dan industri yang selama ini membiayai banyak politisi LDP. Koizumi seperti terjebak di antara dua karang. Belum lama ini Koizumi harus meloloskan tambahan anggaran negara US$ 19 miliar untuk melumasi roda ekonomi seperti yang dituntut oleh kubu konservatif. Namun dia harus berhadapan dengan rekan-rekannya di kalangan reformis yang menentang penambahan anggaran. Puncaknya, Koizumi memecat Menteri Luar Negeri Makiko Tanaka pada 29 Januari lalu. Anak bekas perdana menteri Kakuei Tanaka ini memang sosok kontroversial, tapi Tanaka adalah aliansi Koizumi yang paling tangguh dalam barisan reformis. Tanaka adalah salah satu penentang penambahan anggaran itu. Tapi pemecatan Tanaka hanya lebih jauh melumpuhkan kekuatan reformasi Koizumi. Tanaka bahkan menuding Koizumi kini telah berpaling dari barisan reformasi, bergabung dengan tokoh konservatif LDP. Tudingan Tanaka diamini 75 persen responden dalam jajak pendapat yang dipublikasikan kantor berita Kyodo pada Kamis pekan lalu. "Pemecatan Tanaka hanya merusak agenda reformasi Koizumi. Fatal akibatnya," kata Gerald Curtis, guru besar tamu di National Graduate Institute for Policy Studies di Tokyo. Curtis tak mengada-ada. Markas LDP dibanjiri 100 kiriman surat elektronik dalam satu hari, yang berisi kemarahan terhadap pemecatan Tanaka. Dukungan publik terhadap kabinet Koizumi, yang mencapai 75 persen sejak April tahun silam, juga anjlok menjadi hanya 47 persen berdasarkan jajak pendapat koran Yomiuri Shimbun pada awal Februari lalu. Lebih celaka, responden tak lagi percaya bahwa kabinet mampu melakukan pemulihan ekonomi dengan kekuatan Koizumi. Padahal kekuatan reformasi Koizumi melawan politisi konservatif LDP terletak pada dukungan publik. "Basis politiknya di partai sangat lemah, sehingga dia butuh dukungan publik," kata Taro Kono, politisi LDP. Menanggung krisis ekonomi dan sekaligus kehilangan kepercayaan publik bukan hal yang menyenangkan bagi Koizumi. Tapi dia masih optimistis. "Ada beberapa keprihatinan tentang merosotnya tingkat dukungan terhadap saya, tapi saya sama sekali tidak melunak dalam melakukan agenda reformasi," katanya. Analis politik Minoru Morita meragukan optimisme Koizumi. Menurut Mirota, kelompok konservatif dalam LDP sudah menyiapkan rencana untuk menekan Koizumi agar ber-paling dari platform reformasinya. "Sangat besar kemungkinannya Koizumi berkolaborasi dengan kelompok konservatif," kata Mirota. Koizumi, kata dia, hanya akan sibuk mempertahankan kabinetnya dari serangan konservatif, ketimbang menuntaskan implementasi agenda reformasi struktural. Repotnya, Koizumi hanya bisa mempertahankan kabinetnya jika ia bermanis-manis dengan kelompok tua konservatif LDP. Raihul Fadjri (Reuters, The Economist, Far Eastern Economic Review)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus