Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Restoran Indonesia bernama Boboko baru saja berdiri di Oslo, Norwegia. Dikemas dalam konsep warung, Boboko menawarkan menu masakan khas nusantara dengan cita rasa yang otentik. Restoran itu berlokasi di VIA Village, salah satu kawasan perkantoran dan pusat restoran di jantung kota Oslo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peresmian Boboko ditandai dengan pemotongan pita oleh Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Teuku Faizasyah, dan salah satu pemilik Boboko, Diana, pada Jumat, 31 Januari 2025. Acara pembukaan restoran ini juga diramaikan dengan pemotongan tumpeng sebagai tanda syukur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faizasyah menyambut baik pembukaan restoran Indonesia yang merupakan satu-satunya di Oslo tersebut. Dia menegaskan pembukaan Boboko merupakan kelanjutan dari Festival Indonesia Spice Up Oslo yang diselenggarakan tahun lalu dan rencananya akan dilakukan kembali pada Mei 2025.
“Dengan adanya restoran ini, kami akan semakin spice up Oslo. Pepatah Indonesia mengatakan, dari mata turun ke hati. Kalau dalam konteks ini, maka dari rasa turun ke hati,” kata Faizasyah di hadapan para tamu undangan, dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri (Kemlu) pada Senin, 3 Februari 2025.
Acara pembukaan restoran Boboko tersebut dihadiri oleh mitra-mitra dekat KBRI Oslo, seperti Wakil Wali Kota Oslo Julianne Ofstad, Dean Korps Diplomatik yang juga Dubes Kroasia Andrea Gustovi-Ercegovac, duta besar negara-negara sahabat, dan perwakilan dari kalangan pemerintah, pengusaha, dan masyarakat Norwegia.
Diana, salah satu pendiri restoran Boboko menuturkan Boboko artinya bakul dalam bahasa Sunda. Penamaan restoran itu terinspirasi dari tradisi masyarakat Jawa Barat untuk berbagi makanan dari panci besar yang menyimbolkan kebersamaan dan keramahtamahan.
Meski memiliki nama khas Sunda, Diana menjelaskan masakan yang disajikan Boboko bukan hanya masakan Sunda, namun lintas Nusantara. Menu-menu yang ditawarkan di antaranya nasi goreng ayam dan kambing, bakmi goreng, ayam penyet, sate ayam, sate maranggi, ayam geprek, nasi rendang dan gulai. Untuk minuman, ada es cendol, dan es teler.
Diana mengatakan cita rasa yang dihadirkan restorannya betul-betul otentik layaknya restoran di Indonesia, dengan sedikit penyesuaian supaya bisa diterima oleh lidah setempat. Untuk menjaga otentisitasnya, Diana dan tim hanya menggunakan bumbu dan rempah asli Indonesia yang diimpor dari Belanda. Sebab, tidak semua bumbu dapat dijumpai di Norwegia. Kalaupun ada, cita rasanya berbeda dengan yang khas Indonesia.
“Bahkan untuk kunyit saya sampai menanam sendiri,” ujar Diana.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini