Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Robin Hood Dunia Maya

2 Agustus 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ahad pekan lalu, dunia gempar lagi dengan dokumen yang dikeluarkan Wikileaks. Situs itu melansir lebih dari 90 ribu berkas tentang perang Afganistan, yang terdiri atas data intelijen dan catatan harian para serdadu.

Ini adalah seri ketiga Wikileaks memblejeti skandal perang Amerika. Sebelumnya, dokumen serangan udara di Bagdad pada Juli 2007 yang menewaskan puluhan warga sipil, termasuk dua wartawan Reuters, dilansir melalui medium video di situs ini pada 15 April lalu. Kemudian hasil sa dapan percakapan polisi dengan Pentagon saat peristiwa 11 September, tentang bagaimana antisipasi dan penanganan saat pesawat dibajak serta meng arah ke Pentagon dan World Trade Center. Menurut Wikileaks, itu adalah sadapan dari lembaga ke amanan nasional Amerika, NSA. Tak cuma itu, situs ini juga membuka skandal minyak Peru, dan pengiriman bahan beracun dengan cara dumping ke Afrika.

Pemilik situs ini, Julian Assange, kini dikejar-kejar banyak aparat, terutama dari Amerika. Tapi, buat publik dunia, Assange dianggap sebagai ”Robin Hood Para Hacker” karena mencuri dokumen rahasia dari berbagai sumber dan melansirnya ke publik secara gratis.

Untuk dokumen perang Afganistan, situs ini membagi delapan dokumen yang bisa diunduh kapan saja. ”Masih ada ratusan dokumen pada kami, yang siap kami lansir pada saatnya,” ujar Assange.

Situs ini dibredel di beberapa negara: Australia, Cina, dan Arab Saudi. Polisi Jerman pernah menyerbu lokasi induk provider cabang situs ini di sana. Tapi kekuatan dunia maya, yang bagaikan bayangan, menembus batas negara dan membuat Wikileaks susah diberangus.

Kini, dengan dibukanya dokumen perang Afganistan, latar belakang Assange makin digali. Tapi dia selalu menghindari penyebutan umur, tempat lahir, dan latar belakang pribadinya, kecuali bahwa dia seorang ahli matematika dan fisika dan warga Australia yang tadinya tinggal di Amerika. Sekarang dia selalu berpindah tempat. Dia selalu berkeli ling dunia, dan tak pernah ada alamatnya.

Dalam keterangan persnya di London setelah membocorkan dokumen perang Afganistan, dia membawa ransel ber isi pakaian dan menjinjing laptop. Tapi beberapa media kemudian mengetahui bahwa dia lahir di Townsville, Australia, pada Juli 1971. Sejak kecil, dia selalu bepergian dengan ibunya, dan pendidikannya ditempuh dengan homeschooling.

Pada usia 16 tahun, Assange memulai kegiatan hacking-nya. Nama samarannya Mendax. Pada 1991, di usia 20 tahun, dia menjaili perusahaan telepon Kanada. Dia ditangkap dengan 25 tuduhan.

Semangatnya melawan kejahatan perang mulai muncul saat di kampus. Dia keluar dari studinya di dua jurusan, matematika dan fisika, di Universitas Melbourne, setelah tahu bahwa program studinya itu dipakai oleh para kontraktor senjata.

Pada 2006, Assange membuat Wikileaks dengan basis di Swe dia, dengan prinsip melawan kejahatan perang dan kecurangan ekonomi. Di Swedia, servernya dilindungi undang-undang yang ramah kepada para ”peniup peluit”.

Dari tempat pelariannya, dia mengatakan kepada Der Spiegel, ”Saya senang menghancurkan para begundal.” Yang dimaksud begundal adalah pemerintah yang tak bertanggung jawab.

Yophiandi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus