Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Salju turun untuk deng

Kongres pkc untuk memilih anggota komite sentral berjalan alot. deng xiaoping memetik kemenangan dalam mendudukkan orang-orangnya pada pos-pos penting, termasuk komisi militer.

7 November 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALJU ternyata turut berperan dalam Kongres Partai Komunis Cina (PKC). Soalnya, salju musim dingin turun kelewat cepat di lapangan Tiananmen. Malah, menurut catatan Jawatan Meteorologi Cina, ini salju paling dini sejak 1949. Buatorang Cina, itu merupakan tanda-tanda alam yang cukup penting. Orang Cina selalu menghubungkan tanda-tanda alam dengan nasib negara. Pada tahun 1976 terjadi gempa besar yang meratakan kota industri Tangshan dan menewaskan ribuan orang. Peristiwa itu kemudian dihubungkan dengan kematian Mao Zedong beberapa pekan kemudian. Sekarang bagaimana gerangan hujan salju bisa dihubungkan dengan Kongres Partai? Pada 1 November ini, Kongres sedang sibuk mengadakan sidang tertutup untuk memilih anggota Komite Sentral, ketika tiba-tiba turun salju yang sangat lebat. Tapi, tak lama kemudian, udara berganti cerah, dan matahari musim gugur timbul kembali. Sementara itu, para wartawan curiga karena lamanya proses pemilihan. Tapi, ketika mereka dikumpulkan di ruang resepsi Anhui, pejabat humas Kongres menyatakan bahwa pemilihan kali ini jauh lebih lancar ketimbang pemilihan dalam Kongres ke-12 lima tahun lalu. Ketika diumumkan, telah terpilih 175 anggota dengan hak suara penuh. Mereka sebagian besar terdiri dari wajah-wajah baru, lebih muda dan lebih intelektual dibanding angkatan 1982. Tapi karena lamanya proses pemilihan, ada desas-desus acara itu tidak berjalan lancar. Boleh jadi, banyak anggota lama yang sudah lanjut usia tak begitu saja mau mundur dari barisan elite yang akan banyak menentukan dalam jangka waktu paling tidak lima tahun mendatang. Ini kemudian dihubungkan dengan turunnya salju yang lantas berubah cerah itu. Barangkali saja pemilihan memang tak begitu lancar. Walaupun demikian, tetaplah merupakan salah satu dari serentetan kemenangan yang telah diraih Deng Xiaoping dalam Kongres PKC ke-13 yang bersejarah itu. Dan beberapa hari sebelumnya, pada 25 Oktober telah pula diumumkan sesuatu yang drastis dan cukup mengejutkan. Dalam pidatonya, Perdana Menteri merangkap Sekjen Partai, Zhao Ziyang, mengusulkan agar praktek lama yang melibat pemerintah dengan Partai diakhiri. Ia menyerukan agar seluruh organ Partai yang ada dalam jajaran birokrasi ditarik. Dengan kata lain, PKC sekarang hanya akan berfungsi sebagai penjaga ideologi saja, tidak turut campur dalam kegiatan pemerintahan. Pidato pembukaan biasanya merupakan penjabaran tentang hal-hal yang akan jadi mata acara dan jalan keluarnya juga telah disetujui jauh-jauh hari sebelum Kongres dibuka. Dengan demikian, sedikit sekali kemungkinan usul itu tak disetujui. Kemenangan besar lain buat Deng adalah keberhasilannya mendudukkan orang kesayangannya, Zhao Ziyang, pada pos sekjen Partai. Yang akan menarik untuk terus diikuti apakah Deng berhasil juga menempatkan Wan Li sebagai perdana menteri. Kalau Wan Li bisa menguasai jabatan itu, hampir sempurnalah dominasi reformis atas partai dan pemerintahan. Calon terkuatnya adalah Li Peng. Menurut para pengamat, ia merupakan tokoh ideal yang bisa menjembatani golongan reformis dan golongan konservatif. Ia sangat proreformisme, tapi di samping itu dalam masalah pembangunan masih condong pada perencanaan terpusat, pendapat yang sama dengan Chen Yun. Namun, barangkali yang merupakan puncak sukses Deng adalah keberhasilannya mengundurkan diri dari panggung politik Cina. Pada 29 Oktober, dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kongres, nama Deng tak tercantum dalam daftar calon anggota-anggota Politbiro dan Komite Tetap Politbiro. Absennya nama Deng merupakan hasil proses yang berlarut-larut. Sudah sejak berbulan-bulan sebelum Kongrcs dibuka, Deng Xiaoping telah mengumumkan niatnya untuk mengundurkan diri dari politik aktif. Di balik maksud itu terdapat suatu tekanan terhadap tokoh-tokoh tua lainnya yang konservatif -- seperti Chen Yun, Presiden Li Xiannian, dan Ketua Kongres Rakyat Nasional Peng Zhen -- agar mengikuti jejaknya. Tanpa mereka, diperkirakan program reformasi dan modernisasi tak akan terhambat lagi. Ternyata, di sinilah ganjalan besar muncul. Golongan muda reformis takut, apabila Deng benar-benar mengundurkan diri, program mereka akan terhambat. Kehadiran Deng masih diperlukan demi kelangsungannya. Di pihak lain, para tokoh konservatif tua tak menginginkan pengaruh mereka punah begitu mereka mundur. Buat mereka, kehadiran Deng penting untuk memberi alasan eksistensl mereka. Walaupun Deng tak lagi memegang pelbagai jabatan aktif, ia tampaknya tak akan melepaskan kedudukan ketua Komisi Militer. Di sinilah ia benar-benar mengikuti ajaran Mao, yang mengatakan, "Kekuasaan politik keluar dari laras bedil, tapi bedil mesti ada di bawah kontrol Partai." Seorang ahli politik Barat mengatakan, setelah Kongres nanti, Komisi Militer akan diisi oleh orang-orang yang berpikiran reformatis, dan karena itu ia akan merupakan basis kuat kaum pembaru. Ada tanda-tanda Deng mendapat kesukaran memegang pimpinan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) yang beranggotakan 3,2 juta orang itu. TPR memang punya alasan khusus untuk tidak puas terhadap Deng. Pertama, modernisasi militer ada pada urutan terakhir dalam Empat Modernisasi. Kedua, secara historis TPR selalu melibatkan diri dan berperanan besar serta menentukan dalam politik Cina. Itu terjadi semasa Mao masih hidup. Kemudian, depolitisasi dan demobilisasi untuk mencapai efisiensi yang ditempuh pemerintah pos-Mao tidak menyenangkan para pemimpin TPR. Untuk menetralisasikan TPR itulah kehadiran Deng dalam Komisi Militer masih diperlukan. Tapi dalam hal ini sekali lagi Deng memetik kemenangan. Ia berhasil mengangkat Zhao Ziyang sebagai wakil ketua Komisi. Dulu Hu Yaobang tak berhasil duduk dalam badan itu karena ditentang tokoh-tokoh militer. Ini, sekali lagi, berarti Deng sangat piawai menjalankan manuver-manuver politiknya, sesuatu yang tampaknya belum mungkin terimbangi oleh supremo Soviet Mikhail Gorbachev. A. Dahana, kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus