Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sang bapak pergi

Presiden kenya, jomo kenyatta, tokoh kemerdekaan kenya yang revolusioner meninggal dunia di mombasso. tokoh yang anti komunis itu banyak pula dikritik oleh lawan politiknya. (ln)

2 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Jomo Kenyatta, tokoh perjuangan Afrika Hitam yang memimpin perjuangan Kenya ke arah kemerdekaan pada tahun 1963, 22 Agustus yang lalu meninggal dengan tenang di Mombasa. Kepala dari negara dengan penduduk 11 juta itu hingga saat terakhirnya tidak pernah mengetahui dengan pasti tanggal serta tahun kelahirannya. Ia anak seorang dukun di sukunya di pedalaman. Diperkirakan bahwa ia menutup usia pada usia lebih dari 80 tahun. Sebelum kabar kematian itu tersiar, tidak terdengar berita yang menyangkut kesehatan sang presiden. Tapi beberapa hari sebelum hari kepergiannya, Kenyatta ada melakukan suatu reuni dengan seluruh angota keluarganya. Kejadian ini oleh orang-orang dari suku Kikuyu - Kenyatta anggota suku ini -- dianggap sebagai tanda bahwa orang tua dalam keluarga itu sudah mencium bau tanah. Pada acara keluarga tersebut dilaporkan bahwa Kenyatta selalu berada dalam keadaan gembira. Bahkan ada bercanda dengan para juru potret. Beberapa saat setelah pengumuman kematian itu tersebar, tersiar pula berita pengangkatan Wakil Presiden Daniel Arap Moi menjadi kepala negara sementara. Dalam masa 90 hari Moi harus bisa mempersiapkan presiden baru. Kesulitan yang bakal ditemui oleh Moi adalah kerepotan mendapatkan tokoh yang siap menjadi presiden. Dalam masa berkuasanya Kenyatta, pembicaraan mengenai orang yang mungkin menggantikan dirinya dianggap tindak "subversi" dan diancam dengan hukuman mati. Pembunuhan Politik Tindakan keras yang demikian itu memang bukan ciri yang dominan dari kepemimpinan Kenyatta yang amat kebapakan itu. Kendati demikian, tahanan politik, bahkan pembunuhan politik, bukan barang asing di Kenya meskipun kebebasan pers, misalnya, lebih terasa di sini ketimbang di negeri Afrika lain. Dalam tahun tujuh puluhan ini banyak pengeritik pemerintah yang mendapatkan perlakuan keras dan kasar. Sejumlah anggota DPR dipenjarakan. Tokoh-tokoh nasional, bahkan anggota kabinet ada yang dibunuh. Dalam urusan ini beberapa kasus diketahui sebagai dicampuri secara pribadi oleh Kenyatta. Sebagai contoh disebutkan nama J.M. Kariuki, seorang tokoh politik Kenya yang populer waktu itu. Orang ini secara terbuka berbicara mengenai aspirasinya untuk jadi presiden. Tapi tokoh ini dibunuh 3 tahun silam. Dan Kenyatta dilaporkan terlibat secara langsung dalam menyingkirkan lawan politiknya itu. Kenyatta yang masa mudanya terkenal revolusioner -- di tahun 1945 bersama dengan Nkrumah mengorganisir Konprensi Pan Afrika di Inggeris -- ternyata semakin tua semakin sulit menyesuaikan diri dengan situasi Afrika yang semakin bergolak. Sejak tahun 1964 Kenyatta merasa tidak lagi bisa mengerti para pemimpin Afrika yang makin revolusioner itu. Dan sejak itu pula ia tidak lagi menghadiri pertemuan puncak Afrika yang setiap tahunnya diadakan secara bergilir di tiap ibu kota negara anggota. Kenya yang dikelilingi oleh negaranegara yang revolusioner dan berpemerintahan militer -- Tanzania, Somalia, Uganda dan Ethiopia -- juga makin membuat Kenyatta tua ini selalu berhati-hati. Meski ia pernah selama 7 tahun menghuni penjara kolonialis Ingeris, setelah berkuasa, ia toh berbaikan dengan Inggeris serta kekuatan Barat lainnya. Mengaku menjalankan suatu jenis sosialisme, Kenyatta yang amat anti komunis itu memberi tempat yang istimewa kepada perdagangan bebas. Dalam hubungan inilah nama keluarganya banyak disebut-sebut sebagai memegang peranan penting dalam perdagangan tersebut. Isterinya yang keempat, Mama Ngina, sering dihubungkan dengan skandal praktek dagang dalam bidang tanah dan bangunan, perdagangan gading serta penyelundupan kopi. Bahkan Kenyatta sendiri pernah disebut sebagai salah seorang yang terkaya di dunia. Salah satu sumber kekayaannya -- selain dari skandal-skandal perdagangan dalam negeri -- menurut tuduhan lawannya, adalah sogokan dari CIA, dinas rahasia Amerika. Menjelang hari-hari terakhirnya, sudah lama Kenyatta menarik diri dari pergaulan politik terbuka. Meski demikian, politikus muda yang bergiat di Kenya tidak pula mendapat kebebasan yang cukup. Harapan mereka untuk menjadikan Kenya sebuah negara terkemuka di Afrika Timur -- seperti ketika Kenyatta dulu masih aktif di forum internasional -- hingga kini tetap saja sebuah harapan. Si tua Kenyatta kehilangan selera untuk itu. Tapi kepergiannya sekarang ini nampaknya tidak akan disia-siakan oleh politikus muda di negeri itu. Dan jika suatu perubahan drastis terjadi di Kenya, seluruh Afrika Timur akan merasakannya. Seperti dulu, ketika Kenyatta masih ada di panggung politik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus