Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JIKA benar dunia itu panggung sandiwara, salah satu lakon modern yang paling sering dibicarakan pastilah tentang bagaimana berakhirnya Perang Dingin. Inilah sebuah era ketika Amerika Serikat dan Uni Soviet berhadapan secara frontal, dalam pertalian cinta dan benci yang pelik dan dramatik. Aktor utama yang membuat "episode" ini menjadi menarik adalah siapa lagi kalau bukan Ronald "The Great Communicator" Reagan.
Saat ia naik panggung kekuasaan, Reagan berusia 70. Sementara itu, Uni SovietNegeri Tirai Besi yang baru menjadi republik selepas Revolusi Bolshevik pada 1917baru berumur 64 tahun. Tapi Reagan tahu rahasia yang tersimpan rapi dari mata dunia: Soviet, yang dulu pernah begitu ditakuti di tahun 60-an, kini tak ubahnya penderita kanker stadium tiga. Sistem pemerintahannya nyaris tak berfungsi, tak ada lagi bekas keagungan sebuah imperium, dan kas negara hampir bangkrut.
Ironisnya, bahkan Presiden Soviet ketika itu, Mikhail Gorbachev, selama bertahun-tahun tak mampu mengatasi krisis yang menjepit negerinya. Belakangan, November 1989, barulah ia tersadar betapa kas negara telah ludesketika suatu hari ia menelepon Egon Krenz, Sekjen Partai Komunis Jerman Timur. Ia bercerita betapa pendahulunya, mantan Presiden Uni Soviet, Yuri Andropov, pernah membentaknya ketika iakala itu masih anggota Politbiro Partai Komunismenanyakan jumlah anggaran negara yang tersedia. "Jangan utak-atik masalah itu. Itu bukan urusanmu!" "Baru sekarang saya tahu mengapa Andropov menjawab seperti itu. Itu bukan anggaran, melainkan entah apa namanya. Cuma setan yang tahu," tutur Gorbachev.
Padahal, Reagan sudah tahu borok itu enam tahun sebelumnya! Dengan kelihaian retorikanya, Reagan melancarkan provokasi dengan menuding Uni Soviet sebagai "kekaisaran iblis", sementara para pemimpinnya "merasa punya hak untuk melakukan kejahatan, kebohongan, dan penipuan". Tahu persis Uni Soviet nyaris di ambang kehancuran, ia minta persetujuan Senat untuk meningkatkan anggaran militer guna menggoyang si Beruang Merah. Dan untuk menarik simpati publik, alumni Eureka College Illinois itu menawarkan "Reaganomics", yakni kebijakan fiskal untuk menyehatkan kondisi makroekonomi. Salah satu strateginya ialah memangkas pajak.
Nyali seberani itu tak dimiliki tiga pendahulunyaNixon, Ford, Carteryang lebih tradisional. Dalam kebijakan militer, misalnya, mereka menyerukan pengembangan sistem persenjataan baru, antara lain rudal MX, pesawat tempur F-117, pesawat pengebom B-2, dan tank M-1. Namun, Reaganlah yang merealisasikan gagasan itu sehingga AS bisa tetap lebih di depan ketimbang Uni Soviet.
Pada 1983, dengan slogan "perdamaian melalui kekuatan", ia meluncurkan program Strategic Defense Initiative (SDI)lebih populer disebut Star Warssistem pertahanan supercanggih yang membuat rudal Uni Soviet mati kutu.
Pada awalnya, mengikuti analisis penasihat keamanannya, Yevgeny Velikhov, Gorbachev yakin Uni Soviet mampu menandingi Star Wars. Namun, tiga tahun kemudian pikirannya berubah. Dalam pertemuan empat mata dengan Reagan di Reykjavik, Islandia, ia menawarkan perlucutan 50 persen senjata nuklir bagi kedua negara.
Tapi, bak master catur, Reagan balik menawarkan perlucutan tuntas semua hulu ledak (zero-nukes)tawaran skak-mat yang cukup telak. Gorby tercengang. Akhirnya ia menerima proposal itu dengan syarat: Reagan tidak akan melakukan tes nuklir apa pun di ruang angkasaelemen Star Wars yang justru paling penting.
Pada 1987, mereka sepakat menghapus seluruh senjata nuklir tingkat menengah. Inilah kesepakatan yang kemudian merupakan kartu pertama dari sederet domino effect yang terjadi di tahun-tahun berikutnya: rontoknya paham komunisme, pupusnya Federasi Uni Soviet dari peta dunia, dan berakhirnya Perang Dingin.
Akmal Nasery Basral (BBC, AFP, dan The Washington Post)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo