SUATU hari di suatu tempat di pantai timur Amerika Serikat. Sekitar 100 orang pejabat Gedung Putih sibuk bekerja di dalam sebuah stasiun bawah tanah. Sebagian mengikuti rapat serius, sebagian lainnya terpaku di depan layar komputer. Yang lain hilir-mudik atau terlibat percakapan santai di antara mereka sambil sesekali meneguk secangkir kopi pahit.
Ini bukan adegan dalam serial televisi The X-Files. Kejadian ini adalah sebuah kisah nyata. Tanpa banyak diketahui orang, pasca-tragedi 11 September 2001, Presiden Amerika Serikat George W. Bush ternyata telah membentuk pemerintahan darurat yang beroperasi di bawah tanah. Artinya, pemerintah AS telah mendesain dan membangun sebuah bungker untuk menjalankan roda pemerintahan jika ibu kota AS, Washington, DC, luluh-lantak oleh bom nuklir teroris.
Semula tak banyak orang yang tahu tentang bungker itu. Tapi, 1 Maret lalu, harian The Washington Post terbit dengan kepala berita yang menyentak: "Pemerintahan Bayangan AS Tengah Bekerja di Suatu Tempat Rahasia." Kepada TEMPO, wartawan Washington Post Barton Gellman menuturkan, meski ia tak melihat langsung, kepastian tentang keberadaan bungker itu diperolehnya dari petinggi Gedung Putih sendiri. "Saya melihat foto dan dokumen-dokumennya," kata Gellman. Presiden Bush, meski tak tegas mengakui berita itu, menyatakan, "Tugas saya sebagai presiden adalah memastikan pemerintahan tetap berjalan jika Washington, DC, diserang."
Menurut Gellman—salah seorang finalis penerima penghargaan dari International Consortium of Investigative Journalists 2001—semula ia tak secara khusus mencari tahu informasi tentang bungker itu. Ketika itu, ia sedang menyusun cerita panjang tentang upaya AS mengantisipasi serangan teroris yang menggunakan senjata perusak massal. Alih-alih menyelesaikan proyeknya, ia malah mendapat berita tentang bungker itu.
Apa yang disampaikan Washington Post segera menjadi topik pembicaraan publik AS. Soalnya, inilah untuk pertama kalinya Amerika menjalankan praktek pemerintah "cadangan" secara permanen. Sebelumnya, di era Perang Dingin, kabinet bayangan semacam ini hanya dibentuk dalam sebuah latihan untuk mengantisipasi kalau-kalau Amerika benar-benar terlibat perang dengan Uni Soviet. Kini semuanya nyata terwujud.
Tak terlalu jelas di mana bungker rahasia itu berada. Gellman dalam artikelnya hanya menyebut kawasan pantai timur. Jadi, bungker itu bisa saja tersembunyi di daerah Maine, Boston, Florida, atau negara bagian di kawasan timur lainnya. Gellman mengaku terikat perjanjian dengan pejabat Gedung Putih agar tak menyebutkan wilayah atau menyajikan foto. Meski demikian, harian New York Post edisi 3 Maret memuat foto pintu masuk bungker itu: sebuah bangunan berukuran sedang, lengkap dengan portal dan pos penjaga.
Bungker yang diperkirakan berjumlah lebih dari satu buah itu didesain modern. Para staf pemerintahan dijamin tak akan kekurangan makanan meski kehidupan di atas tanah luluh-lantak oleh bom musuh. Pasokan makanan dan air bersih telah disiapkan untuk beberapa bulan. Jalur transportasi, jaringan telekomunikasi, suplai listrik, dan sarana kesehatan rapi tersedia.
Keamanannya ketat. Pintu-pintu masuk dipastikan aman dan tak dapat ditembus serangan musuh. Pangkalan militer mini juga dibangun di dalam liang-liang rahasia. Meski demikian, beberapa sumber menyebutkan tak semua peralatan komputer di sana itu keluaran mutakhir.
Staf pemerintah yang "ditanam" di sana tak sembarangan. Umumnya mereka adalah pe-jabat eselon yang posisinya satu-dua tingkat di bawah menteri. Setiap departemen mengirimkan wakilnya. "Dari Gedung Putih ikut beberapa pejabat senior. Posisi mereka cukup penting, tapi jabatannya masih di bawah level Kepala Rumah Tangga Kepresidenan atau Penasihat Dewan Nasional," kata seorang sumber di kantor Presiden Bush.
Jumlah personelnya bisa berkurang atau bertambah, tergantung tingkat ancaman di atas tanah. Diperkirakan staf yang bekerja antara 75 dan 150 orang. Sementara ini, pemerintah bayangan yang dalam lingkungan Gedung Putih kerap disandikan COG atau "continuity of government" itu hanya terdiri atas aparat eksekutif. Anggota parlemen atau hakim tidak ikut serta.
Roda pemerintahan bawah tanah ini dipimpin langsung oleh Wakil Presiden Dick Cheney. Keterlibatan Chaney di sana menjawab pertanyaan banyak orang mengapa setelah 11 September ia tak kerap muncul di depan publik.
Untuk menjaga kerahasiaan, para penghuni liang itu diisolasi dari publik bahkan keluarga. Mereka bekerja ber-gantian selama 24 jam terus-menerus. Setelah 90 hari, baru petugas lama keluar dan petugas baru masuk. Mereka juga disumpah untuk tak memberitahukan ke mana saja selama ini mereka pergi dan untuk keperluan apa. "Mereka hanya boleh mengatakan bahwa mereka pergi bekerja," kata seorang sumber di Gedung Putih.
Tanda-tanda ke arah pembentukan pemerintahan darurat sebetulnya sudah mulai terlihat beberapa jam setelah dua menara World Trade Center dan gedung Pentagon remuk dihantam pesawat bajakan pada 11 September lalu. Ketika itu, beberapa saksi mata melaporkan bahwa sejumlah perwira militer dengan menumpang bus, helikopter, dan pesawat F-16 dievakuasi ke tujuan yang tak jelas. Diduga perwira militer inilah yang kemudian mempersiapkan pembukaan bungker rahasia itu.
Apalagi, pada 8 Oktober 2001, sehari setelah AS menyerang Afganistan, Bush membentuk Kantor Keamanan Negeri (Homeland Security Office) dengan perintah khusus bernomor 13228. Salah satu tugas instansi ini adalah mempersiapkan pemerintahan bayangan yang akan dipakai jika serangan teroris meluas hingga membahayakan pemerintahan. Ketika itu, Bush menunjuk bekas Gubernur Pennsylvania Tom Ridge sebagai ketuanya.
Meski telah jauh-jauh hari direncanakan, bungker Bush itu tak urung menimbulkan ketegangan baru di parlemen. Seteru Bush dari Partai Demokrat menuding presiden dari Partai Republik itu jalan sendiri. "Tak satu pun dari kami yang mengetahui perihal pemerintahan rahasia tersebut," kata Tom Daschle, salah seorang senator Partai Demokrat, dengan berang, "Posisi kami sejajar dengan pemerintah. Kami bukan stempel presiden."
Daschle pantas meradang. Soalnya, belum lama ini pemerintah telah mengajukan anggaran perang tak terbatas melawan terorisme, yang nilainya tak kepalang tanggung, US$ 379 miliar atau sekitar Rp 3.790 triliun. Jika disetujui, biaya itu diperkirakan akan merongrong anggaran pemerintah hingga defisit US$ 350 miliar. Anggaran itu diduga sebagian akan dipakai untuk membiayai kelanjutan proyek pemerintahan bawah tanah Bush.
Menurut kurator dan sejarawan Jacqueline Springwater, 67 tahun, problem yang lebih mendasar adalah apakah pembangunan bungker yang harganya jutaan dolar itu—dengan menggunakan uang dari pajak—akan efektif. "Lalu pertanyaan lain yang mendasar: siapa yang berhak bersembunyi di sana? Bush dan punggawanya saja? Bagaimana dengan oposisi? Senat? Rakyat pembayar pajak?" demikian kata Springwater kepada Hermien Y. Kleden dari TEMPO di Washington.
Sejauh ini, sumber sengketa memang lebih pada ketersinggungan karena parlemen tak dilibatkan dan bukan karena proyek bungker itu sendiri. Politisi AS tampaknya sepakat bahwa pemerintahan cadangan memang perlu disiapkan sebagai jaga-jaga bila serangan teroris besar-besaran benar-benar terjadi.
Apalagi soal pemerintahan cadangan itu bukan tak punya preseden. Di masa kepemimpinan Presiden Ronald Reagan, AS pernah mengeluarkan keputusan tentang perlunya "koordinasi pemerintah untuk persiapan negara dalam keadaan darurat." Pada November 1988, Reagan juga pernah meminta agar setiap departemen menginventarisasi kebutuhan publik jika perang nuklir terjadi.
Perihal kantor pemerintahan bawah tanah juga bukan yang pertama. Pada 1958, di ujung masa jabatan Presiden Dwight D. Eisenhower, Amerika pernah membangun sebuah bungker antinuklir di kawasan Greenbier, Virginia Barat. Bungker seluas lebih dari 112 ribu kaki persegi dengan kedalaman 700 kaki itu dirancang untuk mengevakuasi anggota Kongres AS. Di kalangan politisi Gedung Putih, bunker ini kerap disebut dengan nama sandi "Project Casper" atau "Operation Greek Island".
Selayaknya tempat persembunyian, "Casper" dibuat ekstra-aman. Pintu liang ini dibuat dari besi berkualitas nomor satu dengan berat 28 ton. Dindingnya terbuat dari logam setebal 60 sentimeter. Bungker ini terdiri atas dua lantai dengan luas masing-masing seluas lapangan sepak bola. Di sana dibangun kafetaria, ruang sidang, ruang tidur, dan ruang untuk konferensi pers. Di tengahnya masih ada terowongan rahasia sepanjang 400 kaki yang menghubungkan ruang tengah dengan pintu masuk. Untuk menghindari serangan nuklir, pintu masuk dan terowongan dirancang tak tembus radiasi.
Di dalam perut bumi, sekitar 1.000 orang bisa hidup enak selama dua bulan. Makanan, minuman, dan listrik lengkap tersedia. Masalah fentilasi udara dan sistem pembuangan sudah didesain dengan baik.
Meski mati-matian dirahasiakan pemerintah AS, pada 1992 bungker itu bocor ke telinga pers. Harian The Washington Post jugalah yang pertama kali menyiarkannya. Kadung malu, pemerintah akhirnya menutup bungker itu dan belakangan menjadikannya sebagai tempat wisata. Paul Bugas, salah seorang petinggi pembangunan proyek itu, kini menjadi direktur operasi sekaligus pemandu wisata bungker Virginia Barat tersebut. Dulu Bugas adalah orang yang selalu menyangkal keberadaan kantor bawah tanah itu.
Tak jelas apakah bungker terbaru AS nantinya juga bernasib menjadi tempat pariwisata. Jika ya, semoga saja pengunjungnya kelak bukan Usamah bin Ladin—musuh nomor satu Amerika dan orang yang telah membuat negeri adikuasa itu membuat pemerintahan di bawah tanah.
Arif Zulkifli (Washington Post, New York Post), Ahmad Fuadi (Washington, DC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini