Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalisme memasuki era baru dengan meluasnya praktek jurnalisme warga atau citizen journalism. Dilansir dari digitalcommons.wku.edu, jurnalisme warga merujuk pada praktik pemberitaan atau peliputan berita yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak berprofesi sebagai jurnalis. Praktik jurnalisme warga ini meluas seiring dengan banyaknya penggunaan situs web, blogspot, dan media daring lainnya yang memberi kebebasan untuk menyebarluaskan informasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun erat kaitannya dengan penggunaan media daring, jurnalisme warga diketahui telah berkembang sejak media daring belum populer. Dilansir dari howstuffworks.com, praktik jurnalisme warga bahkan diketahui telah terjadi pada 1700-an, tepatnya pada era Revolusi Amerika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu praktek jurnalisme warga yang dikenal pada waktu itu adalah penyebaran pamflet-pamflet yang dilakukan oleh Thomas Paine, intelektual Britania Raya di Amerika Serikat, pada periode menjelang kemerdekaan Amerika Serikat. Pamflet-pamflet tersebut ditulis oleh Thomas Paine sendiri dan disebarkan olehnya sendiri.
Sementara itu, sebagaimana dilansir dari britannica.com, praktik dan istilah jurnalisme warga baru diperkenalkan pada 2000 di Korea Selatan. Praktik dan istilah jurnalisme warga diperkenalkan oleh Oh Yeon-ho, seorang pengusaha daring asal Korea Selatan. Ia bersama tiga mahasiswa Korea Selatan menciptakan sebuah kolom berita daring independen dengan slogan “Setiap orang adalah jurnalis”. Kolom berita tersebut merupakan reaksi Oh Yeon-ho terhadap pemberitaan media Korea Selatan yang dianggap tidak berorientasi pada kepentingan publik.
Dalam kolom berita Oh Yeon-ho, semua warga Korea Selatan dapat menulis dan mengunggah berita mereka masing-masing. Dilansir dari sociologygroup.com, praktik ini terbukti sukses karena jumlah penulis di media Oh Yeon-ho mencapai 50.000 orang. Karena kesuksesannya, praktik jurnalisme warga ini kemudian diadopsi di negara-negara lain dengan menyesuaikan konteks pemberitaan negara tersebut.
Meskipun berangkat dari rasa skeptis terhadap pemberitaan media konvensional, pada praktiknya, jurnalisme warga atau citizen journalism mampu melengkapi informasi dari media konvensional. Dilansir dari ut.ac.id, hal tersebut dapat terjadi karena jurnalisme warga mampu membawa informasi dari lingkup kecil yang mungkin sulit untuk dijangkau jurnalisme konvensional.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.