Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Vietnam To Lam, menilai dunia internasional, khususnya Asia Tenggara, telah mengalami berbagai pergeseran dan perubahan transformatif selama beberapa dekade terakhir, terutama setelah pandemi Covid-19. Menurut dia, setidaknya ada tiga tantangan yang kini menonjol dan berpengaruh dalam membentuk masa depan dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pertama, pembentukan kembali lanskap global menuju dunia multipolar dan multipusat," kata To Lam dalam acara peringatan 30 tahun keanggotaan Vietnam di kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta Selatan, pada Senin, 10 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam tatanan yang baru muncul ini, To Lam menyampaikan, persaingan strategis dan pemisahan di antara negara-negara besar semakin meningkat. Kondisi ini, jelas dia, menghadirkan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya sekaligus tantangan berat bagi tatanan internasional pasca-Perang Dunia II dan komunitas ASEAN.
Lebih lanjut, To Lam menyoroti tantangan kedua, yakni lonjakan kemajuan ilmiah dan teknologi, khususnya dalam bidang artificial intelligence atau kecerdasan buatan, teknologi kuantum, blockchain, dan bioteknologi.
"Inovasi-inovasi ini secara mendasar mengubah dimensi budaya, ekonomi, politik, dan sosial di tingkat global, nasional, dan individu," ujarnya.
Selanjutnya, tantangan ketiga menurut To Lam ialah peningkatan ancaman keamanan non-tradisional, seperti perubahan iklim, penipisan sumber daya, epidemi, keamanan siber, dan populasi menua.
"Hal ini mengharuskan setiap negara untuk menyesuaikan strategi pembangunannya dan bergabung dalam tata kelola global," tuturnya.
To Lam memaparkan bahwa ketiga tantangan ini sangat memengaruhi aspek politik, keamanan, ekonomi, dan sosial di seluruh dunia. Tantangan-tantangan itu, jelas dia, juga menghadirkan peluang sekaligus tantangan bagi negara-negara dan organisasi internasional, termasuk ASEAN dan Vietnam.
To Lam mengatakan bahwa kini dunia lebih menyadari dari sebelumnya akan berbagai hambatan dan risiko yang mengancam perdamaian, keamanan, dan stabilitas.
Menurut dia, ketegangan dan konflik antarnegara mencapai titik tertingginya dalam tujuh puluh lima tahun terakhir. Dia menyebut keamanan global menjadi semakin tidak menentu dengan 15 persen populasi dunia tinggal di zona konflik.
Menurut To Lam, kerja sama internasional dan mekanisme multilateral menghadapi ujian yang belum pernah terjadi sebelumnya karena kepercayaan berubah menjadi perselisihan dan kecurigaan. Meski begitu, To Lam menilai tantangan dan kesulitan ini justru menjadi katalisator potensi.
To Lam berpendapat bahwa krisis mendekatkan negara-negara dalam upaya mencari solusi bersama. Keadaan seperti itu, jelas dia, memberi ASEAN peluang unik untuk maju dan memposisikan ulang diri di atas fondasi prinsip, nilai, dan pencapaian bersama selama enam dekade.
"Yang kita butuhkan adalah tekad dan persatuan yang kuat dalam menghadapi kesulitan kita, memperkuat kerja sama, memelihara inovasi, dan menciptakan dorongan baru untuk pertumbuhan di seluruh ASEAN, masing-masing negara anggotanya, dan mitranya," ucapnya.
Pilihan Editor: Sekjen ASEAN Puji Kepemimpinan Sekjen Partai Komunis Vietnam