CARA kerja mereka, terutama mereka yang membawa kamera televisi,
telah dituduh menyesatkan. Bukan saja Dewan Revolusi Iran, tapi
juga Departemen Luar Negeri AS telah menjadi jengkel. Peliputan
pers itu seringkali bersifat membakar, makin mengipas krisis
Iran-AS.
Akhirnya Dewan Revolusi memutuskan supaya mereka lebih baik
diusir saja. Pengusiran wartawan asing -- berjumlah 23 sampai
November lalu -- dari Iran sudah biasa. Tapi kejadian pekan lalu
itu sungguh luar biasa. Jumlah mereka yang diusir itu mencapai
100 -- semua wartawan Amerika dan wartawan asing lainnya yang
mewakili media AS. Mereka diberi waktu 48 jam untuk berkemas dan
mengepak barang sebelum batas waktu berangkat (18 Januari
malam).
"Para wartawan Amerika itu telah menyalahgunakan kebebasan dan
kerja sana yang kami berikan," kata Menteri Urusan Minyak, Ali
Akhbar Moinfar, anggota Dewan Revolusi, "Karena itu kami harus
mengusir mereka."
Masih bersisa 200 wartawan asing -- termasuk Inggris dan Jerman
-- yang diizinkan beroperasi di Iran. Mereka pun sudah mendapat
peringatan keras. "Bila mereka juga melakukan pemberitaan yang
tidak benar, mereka pun akan kami usir secepatnya," tambah
Moinfar.
Sikap Dewan Revolusi, yang ternyata memerintah Iran, tidak
terus-menerus membenci pers asing. Pernah kehadiran pers asing
dikehendakinya, bahkan diperalatnya. "Kami perlu menyampaikan
pesan kami ke dunia luar," kata Abolhassan Bani-Sadr ketika
menjadi menteri luar negeri November lalu. "Untuk itu, kami
harus memakai media."
Memang bukan sedikit pesan dari Qom, tempat Ayatullah Khomeini,
dan tokoh penting Iran lainnya yang sempat terbawa ke dunia luar
lewat pemberitaan pers asing. Bahkan Washington -- karena
kedutaan besarnya diduduki mahasiswa sejak 4 November -- juga
sering menggunakan saluran pers untuk menyampaikan pesan ke
Teheran.
Tapi pemberitaan pers itu, terutama oleh jaringan televisi,
sering membangkitkan kesan bahwa kejadian di Iran itu sudah
kacau betul. Para demonstran bertingkah semakin galak setiap
kali melihat kamera teve diarahkan pada mereka. "Bunuh Syah!
Bunuh Carter!" teriak mereka, dan agitasi itu sering memasuki
rumah keluarga AS. Dari Amerika, demonstran berteriak pula
"bunuh Khomeini" yang tak kurang memanaskan hati kaum ayatullah.
NBC, CBS dan ABC -- ketiganya jaringan teve AS yang saling
bersaingan keras -- Desember lalu ditawari untuk menginterpiu
Kopral (Marinir) William Gallegos, salah seorang dari 50 sander
di kedubes AS. Kaum penyamiera membuka kesempatan untuk tujuan
propaganda, guna menunjukkan bahwa para sandera itu diperlakukan
dengan baik. CBS dan ABC menolak, tapi NBC melakukan interpiu
itu yang hasilnya membangkitkan amarah publik Amerika dan
menjengkelkan pemerintah AS. NBC seolah membiarkan dirinya
diperalat, namun dari interpiu terbatas tadi Deplu AS mengetahui
bahwa usahanya mengirim pos untuk para sandera ternyata
berhasil, walaupun surat-surat disensur.
Desakan Boss
Kehadiran pers AS, sekalipun bisa dipakai untuk tujuan
propaganda, ternyata seringkali tidak menguntungkan Dewan
Revolusi Iran. Adalah akibat serangkaian penyajian mereka yang
profesional itu tergambar betapa perpecahan di kalangan
ayatullah, seperti demonstrasi di Qom dan Tabriz. Pernyataan
mereka, bila menginterpiu Khomeini, selalu diarahkan sampai sang
ayatullah menegaskan kembali bahwa para sandera AS akan tetap
diadili. Itulah berita rupanya.
"Para wartawan itu bukanlah diplomat," tulis International
Herald Tribune "Dalam mengemban profesi itu, mereka memperoleh
desakan dari boss selain tergencet oleh kepentingan Iran dan
AS."
Kepentingan Iran itu belakangan ini cenderung berubah. Ancaman
embargo AS dan invasi Soviet di Afghanistan, menurut sebagian
pengamat di Teheran, diduga akan mendorong Dewan Revolusi
mencari kesempatan untuk mengurangi ketegangan, walaupun belum
segera melenyapkan konfliknya dengan AS.
Minimal sekarang berkurang pertanyaan pers tentang bila para
sandera itu akan diadili. Dan berkurang pula berita teve dari
Iran yang membakar perasaan masyarakat AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini