MUN~GKINKAH mendatangkan kemakmuran di Polandia dalam 30 hari? Dengan inflasi 200% per tahun, pengangguran yang lebih dari 5% dari angkatan kerja, yang dibutuhkan tentulah seorang tukang sulap, bukan ekonom, untuk mencapai itu. Itu soalnya bila Stanislaw Tyminski, salah satu calon Presiden Polandia dalam pemilu putaran kedua kemarin, mula-mula mendapat cukup dukungan. Dalam kampanyanye, tokoh yang latar belakangnya kurang jelas ini menjanjikan kemakmuran akan datang di Polandia dalam waktu sebulan. Janji gombal itu, dalam putaran pertama bulan lalu, cukup dipercaya. Tyminski, yang punya tiga kewarganegaraan, berhasil menyodok Tadeuz Mazowiecki, perdana menteri non-komunis pertama di Polandia. Pemilik pabrik komputer di Kanada, rumah makan, dan jaringan televisi di Peru yang suka berkalung ular hidup ini berada di urutan kedua setelah tokoh Solidaritas Lech Walesa. Kemenangan yang membuat Mazowiecki mengundurkan diri dalam putaran kedua. Tapi.38 juta rakyat Polandia, meski merindukan perbaikan ekonomi dalam waktu dekat, rupanya tak bisa dirayu dengan "lelucon dalam sejarah" - kata-kata mengejek dari salah seorang kardinal Warsawa atas kemunculan Tyminski. Terbukti, lagu tradisional Polandia Sto Lat (Semoga Ia Hidup 100 Tahun), menggema di markas besar Solidaritas di Gdansk, Ahad malam kemarin, ditujukan pada Walesa. Lech Walesa, bapak delapan anak, orang yang dinyanyikan "hidup 100 tahun itu", meski masih hanya unggul dalam perhitungan pertama -- ia menjaring 75% suara - hampir bisa dipastikan telah mengalahkan Tyminski. Padahal, yang dijanjikan Walesa, pemenang Nobel Perdamaian 1983, untuk mengangkat ekonomi Polandia tak beda dengan kebijaksanaan Perdana Menteri Mazowiecki yang kalah itu. Yakni, pelaksanaan ekonomi pasar dan demokrasi gaya Eropa. Kritik Walesa terhadap pemerintahan Wazowiecki memang bukan prinsip dasarnya, melainkan pelaksanaan ekonomi pasar yang dianggapnya kurang radikal, karena itu makan banyak korban. Akibat swastanisasi perusahaan-perusahaan di Polandia, negeri Eropa Timur pertama yang meninggalkan sistem sosialisnya, banyak pihak menjadi korban, menganggur. Hal yang bisa dianggap biasa dalam sistem kapitalis inilah penyebab ketidakpopuleran PM Mazowiecki. Dan kini pun, menjelang kemenangan Walesa yang pasti, sudah terdengar kritik. "Walesa tak bakal bisa menghasilkan keajaiban ekonomi," kata Stanislaw Stomma anggota senat Polandia. Setelah Soviet dan Rumania, disebut-sebut Polandia adalah negeri bekas sosialis ketiga terburuk ekonomnya. Tapi harapan selalu ada di negeri yang sebagian besar rakyatnya memeluk Katolik ini. Setidaknya pimpinan baru mendatangkan angin baru. Dari Tokyo, pemerintah Jepang mungkin akan merealisasikan bantuan hampir US$ 2 milyar, yang dijanjikan PM Toshiki Kaifu saat berkunjung ke Warsawa awal tahun ini. Selain itu, Dana Moneter Internasional juga sudah menyiapkan paket bantuan. Yang tak jelas, apakah itu karena kemenangan Walesa atau karena bantuan sudah diprogramkan sebelumnya. Bila itu memang rencana lama Jepang dan Dana Moneter Internasional Walesa memang terancam mengalami nasib serupa Mazowiecki. Mungkin menyadari hal ini, pagi-pagi tokoh serikat buruh bebas ini, konon, sudah mengatakan akan memerintah dengan menurunkan dekrit-dekrit, bila diperlukan. Suatu sikap yang berbahaya, mengingat rakyat Polandia, yang belum lama terbebas dari pemerintahan diktator proletariat, tentu tak bakal menerima pemerintah yang otoriter. Buat Walesa, 47 tahun, kemenangan kali ini merupakan puncak perjalanan kariernya dalam panggung politik. Anak tukang kayu ini lahir di Popow, Polandia, pada 1943. Setelah tamat sekolah, ia bekerja sebagai tukang listrik di galangan kapal di Gdansk. Kondisi buruk di tempat kerjanya membuat Walesa kerap menjadi tukang protes. Namanya menonjol dalam aksi-aksi mogok yang dilancarkan para buruh di tempat kerjanya, terutama setelah ia dipecat. Pada awal 1980, gerakan aksi mogok para buruh meluas di seantero Polandia. Saat itu Walesa sudah menjadi pimpinan aksi mogok. Para buruh berhasil menekan pemerintah komunis memenuhi tuntutan mereka. Juga berhasil mendirikan serikat buruh bebas yang diberi nama Solidaritas. Walesa terpilih sebagai ketua serikat buruh bebas pertama di Eropa Timur itu. Tapi setelah Jenderal Wojciech Jaruzelski naik panggung kekuasaan, pada 1981, karena tekanan Kremlin, keadaan darurat diumumkan Polandia. Lech Walesa dan ribuan tokoh Solidaritas ditangkap dan dipenjara (1981-1982). Baru dua tahun silam UU darurat dicabut rezim komunis, dan Walesa diberi sedikit kelonggaran bergerak. Tahun silam, para kandidat Solidaritas memenangkan pemilihan parlemen dalam pemilihan bebas pertama di Polandia. Walesa memilih Mazowiecki, salah seorang penasihat terdekatnya, sebagai perdana menteri. Tapi kemudian Walesa menuduh Mazowiecki sebagai intelektual yang "di luar jangkauan rakyat jelata". Akhirnya, keduanya bertarung, beserta si kuda hitam Tyminski, dalam pemilihan presiden. Siapa tahu, di negeri yang mayoritasnya Katolik ini, sekali lagi Walesa berhasil. Menurut Danuta, istri Walesa, "Leszek (Lech Kecil) selalu percaya bahwa ia ditakdirkan Tuhan untuk sesuatu yang besar." FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini