Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Senjata arias di amerika tengah

Presiden costa rica, oscar arias sanchez menerima hadiah nobel perdamaian 1987. ia penggerak rencana pakta perdamaian 5 negara amerika tengah. diduga membawa dampak positif atas rencana damai.

24 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

OSCAR Arias Sanchez "kejatuhan bintang". Presiden Costa Rica ini melejit namanya, setelah terpilih sebagai pemenang Nobel Perdamaian 1987, Selasa pekan lalu. Dan ini di luar dugaan. Lagi pula, saingan Arias untuk hadiah bergengsi itu cukup berat: presiden Filipina Cory Aquino dan aktivis pembangkang Afrika Selatan, Nelson Mandela. Arias terlambat dicalonkan, sesudah lewat waktu, Februari silam. Dia pun hanya didukung satu anggota pemilih saja. Dibandingkan popularitas Cory dan Mandela, Arias bukan apa-apa. Tapi kalau bintang lagi terang, apa pun bisa terjadi. Arias, 47 tahun, baru "dikenal" sejak mencetuskan kemudian menjadi motor penggerak rencana pakta perdamaian 5 negara Amerika Tengah, Agustus lampau. Upaya damai, yang dianggap mustahil ini, justru melambungkannya ke deretan pemenang Nobel. Rencana perdamaiannya disepakati presiden dari negara-negara Guatemala, El Salvador Nikaragua, Honduras, dan Costa Rica. Intinya ialah menghentikan perang gerilya di El Salvador, Nikaragua, dan Guatemala, serta menyerukan gencatan senjata dan penghentian bantuan dari luar kepada pemberontak di Amerika Tengah. Memang prakarsa Arias punya beberapa kelemahan. Selain tak menyinggung masalah sanksi jika terjadi pelanggaran, rencana itu juga tak melibat kelompok pemberontak di sana. Namun, ada sedikit kemajuan. Presiden Nikaragua Daniel Ortega membolehkan penerbitan kembali sejumlah media oposisi, sementara sensor dicabut. Presiden El Salvador, Duarte, bertemu dengan para pemimpin pemberontak sayap kiri. Pemberontak sayap kiri Guatemala juga, untuk pertama kalinya sejak 25 tahun, berembuk dengan penguasa militer di sana. Walaupun tak tercapai kesepakatan, pertemuan itu dianggap langkah awal ke arah perdamaian. Ini kemajuan, terutama jika diingat perang saudara di Amerika Tengah telah menelan sekitar 200.000 korban jiwa, dalam 30 tahun terakhir. Hadiah Nobel bagi Arias diduga akan membawa dampak positif atas rencana damainya, yang resmi diterapkan 7 November mendatang. Arias pun merasa yakin. "Memang banyak hambatan. Tapi jika ada kemauan, kami akan dapat mengatasinya. Hadiah itu justru memacu dan menjadi tanggung jawab seluruh rakyat di kawasan ini," kata Arias. Arias berjanji akan menyumbangkan hadiah Nobelnya yang sebesar US$ 340.000 kepada kaum miskin. Presiden termuda dalam sejarah Costa Rica -- terpilih tahun lalu -- memang tak butuh uang untuk kehidupan pribadinya. Ia berasal dari keluarga pengusaha kopi yang kaya-raya salah satu yang terkaya di Costa Rica. Lahir 13 September 1941, di Heredia, San Jose, Arias muda menamatkan pendidikan menengahnya di tanah air, lalu melanjutkan ke fakultas kedokteran Universitas Boston, AS. Terpengaruh oleh karisma Presiden John Kennedy dari AS, ia kemudian memutuskan pulang dan banting setir: masuk fakultas hukum di Universitas Costa Rica. Di sanalah pria pemalu ini mulai terlibat politik. Ia bergabung dengan partai sayap kiri-tengah NLP (Partai Nasional Liberal). Lulus dari fakultas hukum, Arias yang fasih bahasa Inggris ini berhasil memperoleh beasiswa di Universitas Essex dan London School of Economics, Inggris. Gelar doktor dengan mudah didapatnya dari Universitas Essex, pada 1969. Disertasi yang ditulisnya mengambil topik kepemimpinan di Costa Rica. Dari sana tak sulit bagi Arias untuk membina karier politik. Tahun 1970 ia ditarik Figuerres Ferrer, presiden Costa Rica ketika itu, menjadi salah seorang tim ekonominya. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai menteri perencanaan, sementara lima tahun berselang ia menjabat posisi kunci: Sekjen NLP. Sejak itu posisi presiden sebenarnya sudah berada dalam genggamannya, dan memang terwujud Februari tahun silam. Farida Sendjaja, kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus