KETIDAK-PASTIAN kini melanda Iran. Para pengikut Ayatullah
Khomeini pekan silam nyaris terlibat dalam suatu bentrokan besar
dengan demonstran golongan kiri. Khomeini berhasil mencegah
pertumpahan darah, tapi gagal menghentikan pawai besar-besaran
kaum Fedayeen yang berhaluan kiri. Pawai bersenjata kaum Marxis
hari Jumat pekan silam itu diikuti oleh 50 ribu orang Di pusat
kota Teheran, tidak jauh dari tempat berlangsungnya pawai
golongan kiri, berlangsung pula demonstrasi para pengikut
Khomeini.
Di depan pengikutnya Khomeini -yang menolak menerima pawai kaum
Fedayeen -- menuduh orang-orang kiri itu "anti Islam".
Orang-orang Fedayeen kebanyakan orang muda. Mereka secara
terbuka menyatakan ketidak-senangan mereka kepada Khomeini.
"Kami inginkan persatuan, bukan monopoli satu golongan atas
kerugian golongan lain," kata seorang pembicara pada acara itu.
"Persatuan berarti keturut-sertaan semua golongan dan klas serta
pendapat untuk mencapai tujuan bersama menghancurkan
imperialisme," katanya pula penuh slogan
Savak Dan Massad
Hari-hari di sekitar acara pawai kedua golongan yang makin lama
makin tampak sulit bekerja sama itu ditandai dengan tembak
menembak secara sporadis. Selain antara mereka yang bermusuhan,
pasukan bersenjata ini juga sibuk memilih sasaran masing-masing.
Para pengikut Khomeini mendahului penyerangan ke kantor
perwakilan Israel, sedang golongan kiri menjadikan milik Barat,
terutama Amerika, sebagai sasaran mereka. Polisi dan tentara
Iran tidak berdaya mengatasi kekisruhan ini. Reorganisasi
tentara dan polisi Iran masih terus berlangsung. Karena itulah
Khomeini mempelopori terbentuk pasukan Pembela Revolusi Islam.
Mengenai keadaan di Iran hari-hari terakhir ini, berikut ini
adalah laporan wartawan TEMPO, Jusfiq Fadjar, dari Teheran:
Revolusi Iran sekarang ini ternyata tidak cuma merontokkan Shah
Iran dan para pengikutnya. Api pergolakan juga melanda beberapa
kedutaan asing. Pertentangan yang makin mendalam antara mereka
yang baru saja menggulingkan Shah, menyebabkan sulitnya
mempertahankan keamanan orang asing di Iran sekarang. Untunglah
lapangan terbang antar bangsa Mehrabad telah dibuka, hingga
evakuasi warga asing bisa berlangsung.
Sebelum evakuasi, beberapa kedutaan sempat jadi sasaran. Yang
mula-mula rontok adalah milik Israel Negeri Yahudi itu dimusuhi
oleh orang Iran bukan melulu karena penderitaan bangsa
Palestina. Di Iran sendiri Israel menimbulkan kesengsaraan.
Polisi Rahasia Iran, Savak, hanya bisa terbentuk berkat bantuan
Mossad, agen rahasia Israel. Bahkan Israel dikabarkan
mengirimkan pasukan komando untuk mengawal Shah Iran pada saat
pergolakan anti-Shah mulai menjalar akhir tahun silam.
Giliran berikutnya jatuh pada Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Negeri ini dianggap bersalah mengirimkan senjata modern kepada
Shah, hal yang menyebabkan Iran harus mengorbankan sejumlah
besar hasil penjualan minyaknya. Amerika Serikat juga dituduh
bertanggung jawab atas tindakan penindasan Shah, karena
Washington yang menaikkan Shah ke singgasana "burung merak" pada
tahun 1953 dan terus mendukungnya sejak itu.
Tidak luput dari sasaran adalah Ke-dutaan Besar Maroko. Ini
karena Raja Hassan II memberi perlindungan kepada Shah Iran di
Istana Marrakesh. (Kabar terakhir menyebutkan Hassan II secara
halus meminta Shah meninggalkan Maroko ) .
Yang luput dari sasaran, meski nyaris jadi korban, adalah
Kedutaan Besar Indonesia yang terletak di Park Boulevard Orang
Iran kabarnya sejak lama melihat kantor perwakilan kita itu
dengan rasa tidak suka cita. Persahabatan Indonesia denan Shah
Mohammad Reza tidak menyenangkan rakyat Iran. Tapi
ketidak-senangan mereka mendapatkan bentuk nyata ketika
pemerintah Indonesia tidak kunjung mengakui rezim Khomeini --
setelah sebagian besar negara, termasuk Amerika Serikat
mengumumkan pengakuannya. Para pemuda Iran yang dengan mata
marah memandang gedung milik Rl itu rupanya tidak tahu bahwa
pemerintah Indonesia menganut asas tidak mengakui pemerintahan,
tapi negara. Pemerintahan boleh ganti, negara tetap berada di
salm. Sekali diakui, ya, cukuplah.
Kampanye Sheik
Rencana penerangan terhadap KBRl tercium diplomat Indonesia di
Iran setelah koran-koran Iran menyiarkan berita disitanya foto
Ayatullah Khomeini di Purwakarta, Jawa Barat, pertengahan
Pebruari yang lalu. Langkah pengamanan segera dilakukan.
Sebagian staf diungsikan keluar, keluarga dubes diphldahkan ke
gedung baru milik kedutaan yang belum rampung. Karena baru,
belum dikenal oleh para pejuang bersenjata itu.
Usaha menghubungi Jakarta dilakukan, sementara di Teheran,
kontak dengan Khomeini dicoba. Untunglah ada seorang putera
Indonesia yang secar. pribadi mengenal Dr Ibrahim Yazdi pembantu
dekat Khomeini. Dari Jakarta datang "lampu hijau" untuk
mengulurkan tangan kepada pemerintahan Bazargan, dari Khomeini
ada -- lewat jasa baik putera Indonesia itu -- datang
kesanggupan melindungi. Beberapa sal KBRI sempat menggigil
ketakutan, memang. Tapi semuanya berakhir dengan aman.
Di Jakarta, beberapa hari yang lalu, muncul keterangan Letkol
Mussingih, Dan Dim 0619 Purwakarta. Perwira ini membantah
disitanya foto Khomeini. Yang terjadi adalah kekeliruan
petugas. Yang disita adalah foto Sheik Yusuf Nabahani, seorang
sheik Arab Saudi yang biasa mengurusi Jemaah haji Indonesia
Penyebaran fotonya di Purwakarta nampaknya merupakan kampanye
kepada calon haji agar memilih Sheik Yusuf sebagai shekh yang
akan mengurusnya di tanah suci pada musim haji yang akan datang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini