Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Serba Nyaris, Juga Di KBRI Teheran

Pawai kaum fedayeen & pengikut Khomeini menyerang kedutaan Israel & AS, Maroko. Juga KBRI nyaris jadi korban. Gara-gara pemberitaan disitanya foto A. Khomeini di Purwakarta, padahal foto Sheik Yusuf. (ln)

3 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIDAK-PASTIAN kini melanda Iran. Para pengikut Ayatullah Khomeini pekan silam nyaris terlibat dalam suatu bentrokan besar dengan demonstran golongan kiri. Khomeini berhasil mencegah pertumpahan darah, tapi gagal menghentikan pawai besar-besaran kaum Fedayeen yang berhaluan kiri. Pawai bersenjata kaum Marxis hari Jumat pekan silam itu diikuti oleh 50 ribu orang Di pusat kota Teheran, tidak jauh dari tempat berlangsungnya pawai golongan kiri, berlangsung pula demonstrasi para pengikut Khomeini. Di depan pengikutnya Khomeini -yang menolak menerima pawai kaum Fedayeen -- menuduh orang-orang kiri itu "anti Islam". Orang-orang Fedayeen kebanyakan orang muda. Mereka secara terbuka menyatakan ketidak-senangan mereka kepada Khomeini. "Kami inginkan persatuan, bukan monopoli satu golongan atas kerugian golongan lain," kata seorang pembicara pada acara itu. "Persatuan berarti keturut-sertaan semua golongan dan klas serta pendapat untuk mencapai tujuan bersama menghancurkan imperialisme," katanya pula penuh slogan Savak Dan Massad Hari-hari di sekitar acara pawai kedua golongan yang makin lama makin tampak sulit bekerja sama itu ditandai dengan tembak menembak secara sporadis. Selain antara mereka yang bermusuhan, pasukan bersenjata ini juga sibuk memilih sasaran masing-masing. Para pengikut Khomeini mendahului penyerangan ke kantor perwakilan Israel, sedang golongan kiri menjadikan milik Barat, terutama Amerika, sebagai sasaran mereka. Polisi dan tentara Iran tidak berdaya mengatasi kekisruhan ini. Reorganisasi tentara dan polisi Iran masih terus berlangsung. Karena itulah Khomeini mempelopori terbentuk pasukan Pembela Revolusi Islam. Mengenai keadaan di Iran hari-hari terakhir ini, berikut ini adalah laporan wartawan TEMPO, Jusfiq Fadjar, dari Teheran: Revolusi Iran sekarang ini ternyata tidak cuma merontokkan Shah Iran dan para pengikutnya. Api pergolakan juga melanda beberapa kedutaan asing. Pertentangan yang makin mendalam antara mereka yang baru saja menggulingkan Shah, menyebabkan sulitnya mempertahankan keamanan orang asing di Iran sekarang. Untunglah lapangan terbang antar bangsa Mehrabad telah dibuka, hingga evakuasi warga asing bisa berlangsung. Sebelum evakuasi, beberapa kedutaan sempat jadi sasaran. Yang mula-mula rontok adalah milik Israel Negeri Yahudi itu dimusuhi oleh orang Iran bukan melulu karena penderitaan bangsa Palestina. Di Iran sendiri Israel menimbulkan kesengsaraan. Polisi Rahasia Iran, Savak, hanya bisa terbentuk berkat bantuan Mossad, agen rahasia Israel. Bahkan Israel dikabarkan mengirimkan pasukan komando untuk mengawal Shah Iran pada saat pergolakan anti-Shah mulai menjalar akhir tahun silam. Giliran berikutnya jatuh pada Kedutaan Besar Amerika Serikat. Negeri ini dianggap bersalah mengirimkan senjata modern kepada Shah, hal yang menyebabkan Iran harus mengorbankan sejumlah besar hasil penjualan minyaknya. Amerika Serikat juga dituduh bertanggung jawab atas tindakan penindasan Shah, karena Washington yang menaikkan Shah ke singgasana "burung merak" pada tahun 1953 dan terus mendukungnya sejak itu. Tidak luput dari sasaran adalah Ke-dutaan Besar Maroko. Ini karena Raja Hassan II memberi perlindungan kepada Shah Iran di Istana Marrakesh. (Kabar terakhir menyebutkan Hassan II secara halus meminta Shah meninggalkan Maroko ) . Yang luput dari sasaran, meski nyaris jadi korban, adalah Kedutaan Besar Indonesia yang terletak di Park Boulevard Orang Iran kabarnya sejak lama melihat kantor perwakilan kita itu dengan rasa tidak suka cita. Persahabatan Indonesia denan Shah Mohammad Reza tidak menyenangkan rakyat Iran. Tapi ketidak-senangan mereka mendapatkan bentuk nyata ketika pemerintah Indonesia tidak kunjung mengakui rezim Khomeini -- setelah sebagian besar negara, termasuk Amerika Serikat mengumumkan pengakuannya. Para pemuda Iran yang dengan mata marah memandang gedung milik Rl itu rupanya tidak tahu bahwa pemerintah Indonesia menganut asas tidak mengakui pemerintahan, tapi negara. Pemerintahan boleh ganti, negara tetap berada di salm. Sekali diakui, ya, cukuplah. Kampanye Sheik Rencana penerangan terhadap KBRl tercium diplomat Indonesia di Iran setelah koran-koran Iran menyiarkan berita disitanya foto Ayatullah Khomeini di Purwakarta, Jawa Barat, pertengahan Pebruari yang lalu. Langkah pengamanan segera dilakukan. Sebagian staf diungsikan keluar, keluarga dubes diphldahkan ke gedung baru milik kedutaan yang belum rampung. Karena baru, belum dikenal oleh para pejuang bersenjata itu. Usaha menghubungi Jakarta dilakukan, sementara di Teheran, kontak dengan Khomeini dicoba. Untunglah ada seorang putera Indonesia yang secar. pribadi mengenal Dr Ibrahim Yazdi pembantu dekat Khomeini. Dari Jakarta datang "lampu hijau" untuk mengulurkan tangan kepada pemerintahan Bazargan, dari Khomeini ada -- lewat jasa baik putera Indonesia itu -- datang kesanggupan melindungi. Beberapa sal KBRI sempat menggigil ketakutan, memang. Tapi semuanya berakhir dengan aman. Di Jakarta, beberapa hari yang lalu, muncul keterangan Letkol Mussingih, Dan Dim 0619 Purwakarta. Perwira ini membantah disitanya foto Khomeini. Yang terjadi adalah kekeliruan petugas. Yang disita adalah foto Sheik Yusuf Nabahani, seorang sheik Arab Saudi yang biasa mengurusi Jemaah haji Indonesia Penyebaran fotonya di Purwakarta nampaknya merupakan kampanye kepada calon haji agar memilih Sheik Yusuf sebagai shekh yang akan mengurusnya di tanah suci pada musim haji yang akan datang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus