AUSCHWITZ, Birkenau, Treblinka. Nama yang terakhir bergema lagi dalam sidang pengadilan di Yerusalem sejak Februari silam. Delapan orang Yahudi -- yang lolos dari sergapan maut di kamp konsentrasi Treblinka -- tengah didengar kesaksiannya. Ada yang marah, ada yang menuding, ada yang terisak-isak. Hampir semua tidak bisa mengendalikan perasaannya. Duduk di kursi tersangka adalah John Demjanjuk, yang tahun lalu diekstradisikan dari AS dengan tuduhan membunuh sekitar 900.000 orang Yahudi di Treblinka, Polandia. Nama John Demjanjuk masuk dalam daftar hitam Israel secara kebetulan. Tahun 1975, Yatchenko, asal Ukraina, memberi informasi kepada petugas imigrasi AS bahwa seorang temannya, Feodor Fedorenko, pernah bekerja sama dengan Nazi Jerman. Dia ditugasi sebagai penjaga kamp konsentrasi di Treblinka. Dua tahun kemudian, 1977, petugas imigrasi AS menyerahkan tujuh foto orang Ukraina, termasuk Fedorenko, kepada Israel. Spontan, para saksi menunjuk foto lelaki bertubuh besar itu. "Dialah si Ivan Grozny," kata mereka. Ternyata, yang dijuluki "Ivan" adalah John Demjanjuk, 66, lelaki asal Ukraina yang beremigrasi ke Amerika Serikat, tahun 1952 dan mendapat kewarganegaraannya enam tahun kemudian. Bekerja sebagai mekanik di pabrik mobil Ford Cleveland, Ohio, Demjanjuk, setelah "diproses" dua tahun, akhirnya diekstradisikan ke Israel oleh pemerintah AS (1986). Menurut keterangan para saksi mata, Demjanjuk alias Ivan bertugas sebagai penjaga kamp konsentrasi Treblinka (1942-1944). Ketika itulah, konon, ia berlaku kejam. Tentang kekejaman Ivan, Josef Czarny, 60, dengan terisak-isak memberikan kesaksian, "Maafkan, Tuan Hakim ... saya merasa seperti di Treblinka lagi, ... nyawa seolah tak ada artinya ... setiap saat dihantui ketakutan." Katanya lagi, "Di sana, anjing dilatih untuk mengoyak-ngoyak alat vital dan bagian tubuh lainnya." Saksi lain, Pinhas Epstein, 62, melihat sendiri bagaimana Ivan menekan tombol kamar gas yang menelan korban 900.000 orang Yahudi itu. Tersedu-sedan ia menceritakan bagaimana Ivan melecut seorang tawanan yang dipaksa mengadakan hubungan seks dengan gadis kecil berusia 12 tahun. Epstein mencerca Ivan binatang buas yang mencungkil mata orang dan menusuk perut wanita hamil. Wajar kalau sidang pengadilan menarik perhatian seantero bangsa Israel. Ruangan tak mampu menampung mereka yang ingin melihat tampang "algojo" itu. Setiap hari televisi meliput persidangan, sedangkan PM Yitzhak Shamir memerlukan hadir Ahad baru lalu. Kabarnya, ada anggota keluarga Shamir yang menjadi korban keganasan Nazi di Treblinka. Sementara itu, Alex Ish-shalom, asisten bidang investigasi kriminal kepolisian nasional Israel, mengatakan bahwa pemerintahnya, pekan ini, menerima dokumen identitas John Demjanjuk alias Ivan dari pengusaha minyak AS, Armand Hammer. Hammer berhubungan erat dengan pihak Soviet dan ia dipakai Israel untuk memperoleh data pribadi John Demjanjuk -- dari file rahasia KGB. Saksi lain, Gustav Boraks, tukang cukur, 85, mengenali Ivan "si algojo" setelah melihat foto aplikasi visa Demjanjuk dari pihak imigrasi AS -- dengan tampang yang masih muda, 20 tahun yang silam -- dan arsip Nazi. Sampai kini, persidangan terus berjalan, kendati timbul protes dari kedua pengacara John Demjanjuk. "Bagaimana bisa bersidang, bukti saja belum terkumpul," kata Mark O'Connor, pengacara John. Malah ia dituduh telah menyuap para saksi dari Polandia. Sedangkan Yoram Scheftel, pengacara berkebangsaan Israel, berkata, "Saya tak mau di negara ini seseorang dijatuhi hukuman mati hanya karena selembar kertas yang diberikan KGB." Keruan saja, Scheftel mendapat kecaman keras, termasuk dari ibunya sendiri. "Saya tak akan mengambil keputusan seperti yang dianjurkan ibu saya.... Ia sudah mengalami cuci otak-persis seperti yang lain -- yang mengaku mengenali Ivan," kata Scheftel. Menurut pengacara Demjanjuk, kasus ini tidak sama dengan kasus Adolf Eichmann, lebih dari 20 tahun lalu. Ketika Eichmann dijatuhi hukuman gantung, 1962, bukti-bukti yang terkumpul tak lagi bisa diragukan. Dalam hal Demjanjuk, ada kecenderungan pengadilan dipengaruhi dendam kesumat rakyat Israel. Demjanjuk berkata, "Saya hanyalah korban keadaan ... dan saya tak bersalah." Masih ada enam "algojo" lain, di antaranya Klaus Barbie, yang akan diadili Mei mendatang. Yang lain adalah: Heinrich Muller, Alois Brunner, Walter Kutschmann, Walter Rauff, dan Heinrich Himmler. Yulia S. Madjid, Laporan kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini