SAMPAI Ahad malam lalu, 53 penumpang ditemukan tewas, 82 dinyatakan hilang, 408 lainnya dapat diselamatkan. Mereka baru saja menikmati pelayaran sekitar 20 menit ketika feri Herald of Free Enterprise tiba-tiba miring dan terbalik. Kecelakaan itu terjadi hanya dalam satu menit Jumat malam pekan lalu, tapi meninggalkan teka-teki yang belum terjawab sampai cerita ini dibuat. Pemerintah Inggris masih terus mempelajari sebab-musababnya. "Ini musibah laut terburuk yang pernah saya tangani," kata John Moore, menteri transportasi Inggris, yang sengaja datang ke tempat musibah di Zeebrugge, lepas pantai Belgia itu. Dalam pelayaran rutin ke Dover (Inggris) -- yang biasanya ditempuh dalam 4 jam mendadak "kapal seakan menabrak sesuatu," kata Leer Gazond, pejabat pelabuhan Zeebrugge, pada TEMPO. Andrew Simons, ahli reparasi, sedang duduk-duduk di koridor dengan temannya Clifford Byrne. "Lampu tiba-tiba padam, dan air deras menerpa muka," ujar Andrew. Untung, mereka berhasil meraih pintu keluar. Kapal segera miring ke kiri lalu tenggelam. Suasana gelap mencekam diikuti teriak penumpang ketakutan. Andrew dan Simon sempat melihat seorang ayah sedang berdiri memanggul anak perempuannya yang berusia dua tahun. "Ia sudah tak sanggup bergerak karena kedinginan," ucap Andrew, yang mengangkat anak itu ke helikopter. "Air sangat dingin di sekitarku dan di mana-mana ada darah," kata Susan Hames, 33, yang lolos dari maut. Ia baru pulang berlibur dengan pacarnya dari Jerman Barat. "Saya belum tahu apakah ia juga selamat," katanya dengan sedih. Pihak Belgia cepat membentuk regu penolong. Di bawah pimpinan Jacques Thas, komandan angkatan laut Belgia, mereka berusaha mencari para korban lewat kaca jendela. Dalam waktu delapan jam, mereka berhasil mengangkat 20 mayat dari lokasi itu, sementara kelompok penyelam lain sibuk mencari korban yang terjebak di tempat parkir kendaraan. "Kegelapan mempersulit pencarian," keluh seorang penyelam. Dave Lewry, kapten kapal tambang asal Inggris, itu tertolong kendati ia luka parah. Mereka yang dilaporkan hilang mungkin sekali mati terkubur dalam tubuh kapal. "Tak mungkin bertahan dalam suhu sedingin ini," kata Thas. Kapal berbobot mati 7.951 ton milik perusahaan Townsend Thorensen itu mengangkut penumpang -- sebagian besar turis asal Inggris -- yang habis berlibur dari Eropa. Kapal jenis roll-on roll-off ini dioperasikan sejak 1980 -- biasa dipakai mengangkut kendaraan bermotor, dan belakangan banyak orang tertarik naik kapal tambang ini karena tarifnya yang miring, hanya 1 poundsterling atau sekitar Rp 2.600. Diduga keras pintu kapal tempat parkir kendaraan di lantai bawah belum tertutup rapi saat kapal melaut. "Feri roll-on roll-off memiliki desain yang cukup aman ... tapi sangat mudah rusak," kata konsultan Clive Langmead, bekas pejabat Towsend Thorensen. "Kapal ini seperti kotak besar ... kalau ada air masuk akan segera tenggelam," komentar Alan Thorpe, ahli perkapalan. Y.S.M., Laporan Adi Pradana (London) & kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini