Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah 'Fajar Keemasan' Membunuh Fyssas

Protes terhadap partai politik ekstrem kanan meluas setelah pembunuhan seorang penyanyi hip-hop. Krisis ekonomi memupuk perkembangannya.

7 Oktober 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAVLOS Fyssas bukan Herkules. Fyssas, 34 tahun, adalah sosok Yunani modern, musikus hip-hop kondang di Athena. Pemilik nama populer Killah P. ini dikenal juga sebagai aktivis kiri.

Kemampuan laganya tentu tak bisa dibandingkan dengan Herkules, manusia setengah dewa dalam mitologi Yunani kuno. Seandainya Herkules dikeroyok 15 orang, mungkin pengeroyoknya terjungkal. Ini tak berlaku untuk Fyssas.

Pada 18 September lalu, Fyssas menonton siaran langsung pertandingan Liga Champions antara Olympiakos Piraeus dan Paris St Germain di sebuah kafe di Keratsini—daerah buruh di luar Kota Piraeus dengan banyak pendukung sayap kanan.

Fyssas dan teman-temannya bertengkar dengan sesama pengunjung kafe, dan berlanjut di jalanan. Sebanyak 15 orang menyerang Fyssas dan teman-temannya.

Dalam tawuran itu, Giorgos Roupakias, 45 tahun, menikam Fyssas dua kali dengan pisau hingga tewas. Roupakias anggota Partai Golden Dawn (Chrysi Avgi), yang berhaluan ekstrem kanan. "Peristiwa pembunuhan ini menunjukkan niat (Golden Dawn) sebenarnya," kata Menteri Keamanan Publik Nikos Dendias.

Di Yunani, aksi kekerasan rasial memang meningkat sejak tahun lalu. Salah satu biang keroknya adalah partai dengan lambang mirip simbol swastika itu demen mengganggu warga asing. Menurut catatan pemerintah, sejak Januari 2012 sampai April 2013, terjadi sekitar 280 aksi kekerasan—mengakibatkan 4 nyawa melayang dan 400-an orang terluka.

Aktivis ekstrem kanan juga mengincar mereka yang dianggap sebagai lawan politik. Contohnya peristiwa penusukan Fyssas. Sepekan sebelumnya pecah bentrokan antara kaum ekstrem kanan dan kiri di Perama, daerah buruh di luar Athena. Pekan yang sama, sejumlah orang ekstremis kanan menyerbu acara peringatan korban perang sipil Yunani (1946-1949) di Peloponnes. Tujuannya menyerang pembicara utama yang berhaluan politik lain.

Maka pembunuhan Fyssas pun memicu reaksi publik yang gelisah atas agresivitas kelompok itu. Puluhan ribu orang menggelar aksi protes hingga pekan lalu menentang kelompok Neo-Nazi. Demonstrasi digalang partai-partai kiri dan organisasi buruh sejak sehari sesudah pembunuhan Fyssas. Ratusan orang menghadiri pemakamannya di Athena, sebagian meneriakkan yel-yel "Babi, Fasis, Pembunuh!".

Pemerintah juga beraksi keras. "Pemerintah bertekad tidak membiarkan keturunan Nazi meracuni kehidupan sosial, melakukan kejahatan, serta meneror dan merongrong fondasi negara yang melahirkan demokrasi," ujar Perdana Menteri Yunani Antonis Samaras melalui siaran televisi nasional sehari sesudah pembunuhan.

Komitmen itu diulangi lagi secara resmi Senin pekan lalu dengan nada lebih keras. "Kami berdedikasi dalam memberantas kelompok ini," kata Samaras dalam pidato di depan Komite Yahudi Amerika di New York.

Dua hari sebelumnya, aparat menangkap para petinggi Golden Dawn. Mereka antara lain pemimpin partai Nikolaus Mihaloliakos, juru bicara partai Ilias Kasidiaris, dan tiga anggota parlemen. Mereka dituduh terlibat dalam organisasi kriminal dan didakwa atas sejumlah bukti yang mengaitkan partai dengan berbagai aksi kekerasan.

Penangkapan itu adalah tindakan paling keras pemerintah terhadap partai politik sejak berakhirnya masa diktator militer pada 1974. Bagi Golden Dawn, penangkapan ini menjadi titik balik setelah gerakan mereka berkembang beberapa tahun terakhir.

Dalam pemilihan umum Juni 2012, partai ini berhasil merebut 22 kursi dari total 300 kursi parlemen Yunani. Golden Dawn berhasil mencuri suara dengan mengusung agenda anti-imigran sekaligus memanfaatkan momentum krisis ekonomi.

Golden Dawn juga memperkuat jaringan luar. Deutsche Welle mencatat, pada 2004, mereka bergabung ke Front Nasional Eropa dengan organisasi ultra-kanan, seperti Partai Nasional Demokratis Jerman (NPD) dan La Falange dari Spanyol. Maka partai merasa kuat. "Tak ada yang bisa menakuti kami," ucap Ilias Kasidiaris saat digiring polisi.

Harun Mahbub (BBC, Deutsche Welle, Guardian, Reuters, USA Today)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus