Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah Israel Membalas

Israel menggempur Libanon Selatan sebagai balasan serbuan mendadak gerilyawan Palestina. Israel menyebutkan beberapa persyaratan bagi pengunduran diri pasukannya dari Libanon Selatan. (ln)

1 April 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI sudah bisa diduga, Israel pun membalas. Serbuan mendadak gerilyawan Palestina di hari Sabbath dua pekan lalu itu (TEMPO 18 Maret)dipakai sebagai alasan oleh Israel untuk menggempur Lebanon Selatan. Di Tel Aviv, sumber-sumber militer menyatakan bahwa pesawat Israel menyerang sasaran-sasaran Palestina dan bahwa infantrinya bertempur dari rumah ke rumah, untuk mengatasi perlawanan gerilyawan Palestina selama pertempuran tiga hari itu. 250 gerilyawan mati, demikian kata Menteri Pertahanan Israel Weizman. Tapi sumber Organisasi Pembebasan Palestina menyatakan 75 saja yang mati - sementara 200 orang sipil Palestina dan Lebanon tewas dan 150 hilang. Matinya penduduk sipil terang tak menguntungkan Israel dalam perang balas dendam ini. Tapi yang paling rugi adalah Lebanon. Sementara dunia internasional hanya mengutuk, sementara Israel buat pertama kalinya mempergunakan pesawat F-15--pesawat paling modern di negeri Barat--untuk menjaga campur-tangan negara Arab lain 40.000 penduduk Lebanon dari selatan terpaksa mengungsi ke utara. Weizman mencoba meyakinkan: masuknya pasukan Israel ke daerah itu "bukan untuk berada di Lebanon Selatan, bukan untuk tinggal di sana, bukan untuk merebutnya dan menaklukkannya atau sesuatu yang serupa itu." Menurut Weizman, "kami ingin agar Organisasi Pembebasan Palestina mengerti sekali ini dan seterusnya bahwa mereka tak akan beroperasi dari Lebanon Selatan atau lebih jauh ke utara." Bagaimana orang Palestina akan mengerti? Di PBB, tidak banyak orang mengerti, bagaimana Israel akan membebaskan diri dari percobaan teror selama perdamaian yang adil buat orang Palestina belum terjadi. Di PBB Amerika Serikat hanya AS yang mencoba mengerti dan mencari jalan keluar: di Dewan Keamanan Dubes AS Andrew Young mengusulkan dikirimnya pasukan penjaga keamanan PBB ke Lebanon Selatan. Usul ini tidak diveto oleh Uni Soviet. RRC tak akan memberi suara. Tapi Begin, dalam kunjungannya ke Washing ton, menyatakan keraguannya. Rakyat Israel, katanya, tak begitu yakin bahwa itu jalan yang terbaik. Setidaknya dalam hal itu Begin cocok dengan Yasser Arafat. Organisasi Pembebasan Palestina itu juga tidak setuju dengan campur-tangannya pasukan PBB di Libanon Selatan. Tapi prakarsa Amerika Serikat di PBB itu akhirnya menjadi kenyataan juga. Pasukan PBB yang mula-mula memasuki wilayah sengketa berdarah itu adalah pasukan-pasukan Iran. Laporan dari Libanon Selatan menyebutkan adanya usaha menghambat gerak maju pasukan Iran itu oleh gerilyawan sayap kanan Libanon yang beragama Kristen Maronit. Selama Israel melancarkan aksinya, milisia Kristen ini telah memberikan kerja sama yang erat terhadap pasukan penyerbu tersebut. Tapi karena terlalu banyak membunuh lawan-lawannya, pasukan Israel kemudian mencegah pasukan Kristen itu memainkan peranan penting dalam penyerbuan tersebut. Tingkat Tinggi Di bawah tekanan Israel, gerilyawan sayap kanan itu kemudian menghentikan usahanya mengganggu pasukan-pasukan Iran. Setelah itu menyusul memasuki arena adalah pasukan-pasukan Kanada, Swedia, dan Perancis. Yang terakhir ini diterbangkan langsung dari Paris, dan mereka adalah pasukan para yang selama ini amat dibanggakan oleh Perancis. Sementara kesibukan militer teriadi di kawasan Selatan Libanon, di ibu kota negara-negara Arab juga terjadi berbagai pembicaraan politis yang bersumber dari penyerbuan Israel tersebut. Sebuah pertemuan tingkat tinggi Arab nampaknya akan bersidang membicarakan invasi Israel ini. Belum jelas di mana, dan tidak diketahui pula apakah konflik sejumlah negara Arab dengan Mesir--akibat kunjungan Sadat ke Yerussalem--akan juga berpengaruh terhadap pertemuan tingkat tinggi tersebut. Di Israel, hingga awal pekan ini belum jua terdapat kepastian mengenai selesai atau belumnya penarikan seluruh pasukan invasi Israel di Libanon Selatan. Tapi Menteri Pertahanan Israel, Weizman, pekan silam menyebutkan beberapa hal yang mungkin menjadi persyaratan bagi pengunduran diri pasukannya dari Libanon Selatan. Syarat-syarat itu antara lain: ù Suatu tindakan yang meyakinkan sehingga PLO tidak lagi bakal berpangkal di Libanon Selatan. ù Orang-orang Libanon yang beragama Kristen yang telah bekerja sama dengan Israel sejak beberapa bulan terakhir ini supaya dijamin keamanannya dari kemungkinan gangguan dari PLO. PLO tidak ikut dalam segala perundingan antara Israel dan Libanon dalam membicarakan akibat-akibat penyerbuan yang baru lalu. Hingga awal pekan ini belum terdengar suatu debat mengenai penyelesaian politis terhadap tindakan militer Israel tersebut. Sedang pasukan-pasukan PBB terus juga memperbaiki posisi pengawasan mereka di berbagai tempat di Libanon Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus