Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah Pemilu Berlalu

Hasil pemilu yang diraih oposisi tidak mungkin mampu mempreteli hak-hak istimewa marcos. Pemilu tidak banyak menolong citra marcos dimata IMF yang keadaan ekonominya semakin gawat. (ln)

9 Juni 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BADAI pemilu di Filipina mulai reda. Pihak oposisi, di luar dugaan, meme nangkan 81 kursi. Partai Marcos, Gerakan Masyarakat Baru (KBL), beroleh 101 kursi. Sisanya, 17 kursi, dikhususkan bagi wakil-wakil yang ditunjuk Presiden. Dengan perimbangan kekuatan seperti ini maka suara yang dihimpunkan oposisi, meski lebih banyak, belum cukup bergigi untuk, misalnya, "mempreteli hak-hak istimewanya Marcos". Ke dalamnya termasuk hak membuat UU, hak membubarkan parlemen dan wewenang untuk menetapkan apakah seseorang melakukan tindak subversif atau tidak. "Saya berpendapat, semua hak itu adalah alat yang sah . . . ," ucap Marcos dalam konperensi pers pekan silam. Bersiap-siap menyongsong sidang Batasang Pambansa (Parlemen) 30 Juni mendatang, Marcos jauh-jauh hari sudah menegaskan bahwa dia akan tetap menggunakan hak hak istimewa itu yang, katanya, amat perlu bila menghadapi keadaan darurat. Diingatkannya, gerakan komunis semakin kuat. Tapi ucapan itu dinilai pemimpim oposisi Salvador Laurel sebagai, "Dalih usang yang sudah tidak lagi dipercaya orang." Bertolak dari kenyataan ini, Laurel bilang, Marcos tidak perlu lagi diimbau supaya turun. "Telinganya sudah tuli . . . ," kata pemimpin UNIDO itu penuh kesal. Di bagian lain dari keterangannya, Laurel menyatakan kesediaan UNIDO untuk bekerja sama dengan KBL, mengatasi kesulitan ekonomi. Dalam sidang pertama Parlemen . 70 wakil UNIDO nanti akan mencantumkan isu-isu ekonomi dengan perhitungan bahwa pemerintah pun bersikap blak-blakan membeberkan kegawatan ekonomi Filipina. Terlepas dari kecurigaan banyak pihak yang menuduh Laurel "bersekongkol dengan Marcos", keadaan ekonomi Filipina memang sangat memprihatinkan. Utang Filipina sebesar US$ 25 milyar yang perlu diJadwal kembah, serta lalu inflasi yang mencapai 50% bulan lalu, telah menciutkan semangat 400 kreditor swasta. Diperkirakan, mereka ini tidak akan menyediakan US$ 206 juta sekaligus, seperti yang diharapkan pemerintah Filipina. Pinjaman baru itu konon akan dipenuhi dalam jangka waktu 12 sampai 18 bulan mendatang. Dan ini pun masih belum pasti. Soalnya, para kreditor itu menunggu IMF (Dana Moneter Internasional) yang masih memperhitungkan dengan amat hati-hati apakah Filipina pantas dijadwal utangnya untuk kemudian beroleh paket pinjaman baru sebesar US$ 412 juta. Melihat kenyataan ini, para bankir berspekulasi bahwa IMF tidak akan meringankan beban Filipina, kecuali pemerintahan Marcos membuktikan bahwa mereka benar benar melangkah ke arah perbaikan ekonomi. IMF mengharap agar Marcos membatasi jumlah uang yang beredar, sesuatu yang justru amat sulit karena jumlah itu kini membesar sampai 32 milyar peso - 4% lebih banyak dari tahun lalu. Celakanya, jika IMF menunda pemberian utang baru sampai beberapa bulan mendatang, suntikan dana paling cepat akan diperoleh awal tahun depan. Sementara itu, 300.000 orang Filipina diperkirakan akan kehilangan lapangan kerja. Tampaknya, praktek demokrasi lewat pemilu tidak banyak menolong citra Marcos di mata IMF. Pengusutan oleh komisi Agrava, yang sampai sekarang belum memunculkan titik-titik terang, tidak banyak menyelamatkan nama baik Marcos. Komisi ini telah mendengar kesaksian dari 161 orang, terakhir Mario Lasaga, seorang dari lima saksi personil militer - di antaranya panglima AB Filipina Jenderal Fabian Ver. Menurut Lasaga, dia melihat Rolando Galman menembak Aquino, pada 21 Agustus tahun lalu. Adalah pembunuhan Aquino yang mengguncang kebuntuan demokrasi di Filipina dan menyeret negeri itu pada kegawatan ekonomi seperti sekarang. Tidak lama setelah peristiwa berdarah itu, terjadi pemindahan modal secara besar-besaran ke luar negeri. Sekarang, dalam kaitan dengan misteri pembunuhan Aquino, pihak oposisi akan mengajukan resolusi yang mengutuk pembunuhan itu dan menuntut Komisi Agrava secepatnya mengumumkan hasil pengusutan mereka. Ny. Corazon Agrava sendiri awal pekan ini berangkat ke AS untuk mendengar kesaksian sejumlah orang. Marcos diarndiam mengikuti dari jauh kegiatan komisi pengusut. Terakhir ia malah membentuk sebuah komite tingkat tinggi, khusus untuk mempelajari mengapa partamya sampai mengalami kemunduran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus