CERITA tentang oposisi di Singapura mungkin tak bisa dibanggakan sebagaimana pembangunannya. Satu-satunya oposisi di negeri pulau itu adalah Singapore Democratic Party (SDP), yang baru 1 tahun umurnya. Chiam See Tong, ketua SDP, satu-satunya wakil oposisi di parlemen sekarang. Chiam, bapak satu anak yang sehari-harinya bekerja sebagai pengacara, baru berhasil menembus parlemen lewat SDP pada 1984. "Saya memperjuangkan demokrasi," katanya di kantornya yang sempit, di pertokoan India di kawasan High Street. Sebenarnya, ada oposisi lain di parlemen. Yakni Dr. Lee Siew Choh, dari Worker's Party (WP). Hanya saja, Dr. Lee oposisi kelas dua. Ia duduk di parlemen karena jatah yang diberikan pada oposisi. Memang ada ketentuan, bila pihak oposisi hanya berhasil meraih kurang dari tiga kursi, akan ada anggota oposisi yang diangkat sampai jumlah kursi oposisi menjadi tiga. Anggota istimewa ini kemudian disebut sebagai Non-Constituency Members of Parliament (NCMP). NCMP disebut anggota parlemen kelas dua karena mereka tak boleh memberikan suara untuk hal yang berkaitan dengan undang-undang atau anggaran. Jika misalnya ada mosi tidak percaya terhadap pemerintah, NCMP juga tak boleh ikut ambil bagian. Lee Kuan Yew memang keras terhadap oposisi. Ia tak segan menuntut oposisi yang dianggapnya membahayakan. J.B. Jeyaretnam, Sekjen WP, adalah salah satu contoh korban sikap keras itu. Pada 1981, setelah 15 tahun parlemen dikuasai hanya oleh PAP, Jeya berhasil duduk di lembaga itu. Pada pemilu 1984 ia masih bisa bertahan. Namun, dua tahun kemudian ia ditangkap, dituduh membuat pernyataan palsu dan memindahkan dana partai secara tidak jujur. Ia bukan cuma kehilangan kursi di parlemen, tetapi juga sempat dilarang melanjutkan prakteknya sebagai pengacara. Baru setelah ia mengajukan banding ke Privy Council di London, hak prakteknya dipulihkan. Namun, Agustus lalu, ia kena denda hampir Rp 300 juta karena pengadilan memutuskan ia mencemarkan nama baik Lee Kuan Yew. Ceritanya, dalam sebuah kampanye pemilu di Bedok, Agustus 1988, ia menghubung-hubungkan Lee dengan kematian Teh Cheang Wan bekas menteri pembangunan nasional yang dinyatakan secara resmi mati karena bunuh diri. Karena denda itu, Jeya hampir bangkrut. Untung, anggota WP membuka sumbangan, lewat media dua bulanan milik mereka, The Hammer. Karena hukum Singapura tak membenarkan soal mencari dana, Low Thia Kiang, Sekretaris WP, didatangi dan dibawa ke kantor polisi pada pukul 1.00 dini hari. Ia diinterogasi soal pengumpulan dana. Ada tokoh oposisi yang terpaksa pindah ke Amerika, yakni Francis Seow, anggota WP yang diangkat sebagai NCMP bersama Dr. Lee Siew Choh. Desember tahun lalu ia diadili dengan tuduhan menghindari pajak. Seow terkena denda 19.000 dolar Singapura. Artinya, ia harus pergi dari parlemen karena anggota parlemen yang terkena denda lebih dari 2.000 dolar harus mundur. Seow memang sudah lama diincar. Sebelumnya ia sempat 27 hari ditahan berdasarkan Internal Security Act (ISA). Berdasarkan ISA itu, pemerintah punya hak menahan orang tanpa diadili jika dianggap membahayakan keamanan negara. Banyak korban ISA, antara lain Chia Thye Poh, bekas anggota Barisan Sosialis (BS), yang dituduh menjadi anggota partai komunis dan berniat menggulingkan pemerintah lewat aksi kekerasan. Sampai 19 tahun lamanya ia ditahan, pemerintah tak mengeluarkan pernyataan apa pun. "Baru tahun 1985 Menteri Dalam Negeri menjelaskan penahanan saya karena ada pertanyaan di parlemen," tutur Chia, yang kurus dan berkaca mata tebal ini. Akhirnya, Mei tahun lalu ia dibebaskan dengan syarat. Yakni harus tinggal di Pulau Sentosa, kawasan wisata yang luasnya 3,5 km2. Ia menempati sebuah rumah kecil, 6 X 4 meter, bekas rumah jaga di Fort Siloso bekas benteng Inggris. Ia menyewa ruangan itu dari pemerintah, 90 dolar Singapura sebulan. Memang cukup nyaman, ada listrik, telepon, TV, kulkas kecil, dan tempat tidur. "Namun, ini ibarat kurungan. Biar dari emas juga tetap kurungan," kata Chia yang sehari-hari sibuk jadi penerjemah. Ia boleh naik ke daratan Singapura, cuma harus balik ke pulau begitu hari gelap. Adakah masa yang lebih cerah di bawah Goh? Yopie Hidayat (Singapura)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini