Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sikat habis

Eks menlu sadegh ghotbzadeh, menjalani hukuman tembak, dituduh akan melakukan makar, bagi dunia luar, ia merupakan salah satu tokoh yang mencoba meluruskan kembali jalannya revolusi islam di iran.(ln)

25 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAKIM Mohammad Rey Shari mengadilinya selama dua hari saja. Sadeq Ghotbzadeh, 46 tahun, terdakwa yang tidak didampingi pembela, diberondong dengan berbagai pertanyaan dan tuduhan. Ghotbzadeh akan melakukan makar, menggulingkan pemerintahan yang sah. Komplotannya sudah siap dengan senjata artileri jarak jauh untuk menghancurkan rumah Ayatullah Khomeini di Qom. Dia juga dituduh telah menerima sejumlah uang (US$ (0.000) sebagai "uang balas jasa" atas sikapnya di bulan Juni 1980. Waktu itu, Ghotbzadeh masih Menteri luar Negeri Iran, yang menghalangi tuntutan kaum militan supaya 52 sandera Amerika yang terkurung di gedung kedutaan besar mereka diadili sebagai mata-mata, agen CIA. Banyak tuduhan lainnya yang tampaknya sulit ditelusuri kebenarannya. Tapi, menurut kantor berita Iran, Ghotbzadeh mengakui tuduhan berniat menggulingkan pemerintahan Republik Islam yang sekarang. "Tetapi bukan untuk membunuh Imam Khomeini," kata Ghotbzadeh sambil menunjuk ke potret sang ayatullah yang terpampang di ruang pengadilan di penjara vin, sebelah utara Teheran. Berjenggot dan kini tampak lebih gemuk, Ghotbzadeh menambahkan "Saya tetap percaya kepada beliau, tetapi tidak kepada yang lain yang akan menghancurkan negara dan Islam." Dua hari kemudian, 16 September, Sadeq Ghotbzadeh, menjalani hukuman tembak. Dan hilanglah tokoh yang menyuarakan pikiran dan prinsipnya yang selalu kokoh. Bagi dunia luar, Ghotbzadeh salah satu tokoh yang mencoba meluruskan kembali jalannya revolusi Islam di Iran. Kalau memang dia meyakini langkahnya untuk merombak rezim yang tak menentu di Iran, imbalan bahaya yang akan dihadapinya, sudah pasti disadarinya. Meski dia tidak berusaha melarikan diri, seperti bekas Presiden Bani Sadr tahun lalu (atau memang ia tidak mempunyai kesempatan), kematiannya tetap mengejutan. Pemerintah Suriah --yang dalam perang Irak-Iran mendukung Iran --mengeluarkan pernyataan marah, serelah Ghotbzadeh dieksekusi. Aktivis mahasiswa di tahun 1953 ini pernah dipenjara dua kali di bawah rezim Syah Reza Pahlevi. Ghotbzadeh kemudian minggat ke Amerika Serikat dan sempat kuliah di Universitas Georgetown. Ketika dia semakin gencar menghimpun kelompok anti-Syah pemerintah AS merasa risi akan kehadirannya. Tahun 1962, Ghotbzadeh diminta meninggalkan AS. Ghotbzadeh pernah bergabung dengan Khomeini, baik di Irak maupun di Prancis. Sejak tahun 1978 kesetiannya kepada pimpinan mullah itu tidak pernah berkurang. Sampai di akhir hayatnya. Bersama Khomeini dalam satu pesawat, Ghotbzadeh--yang kemudian jadi anggota Dewan Revolusi--kembali ke Teheran. Jabatan yang dipegangnya ialah Direktur Radio dan Televisi sampai November 1979. Ia menjabat Menlu ketika Bani Sadr berhasil menjadi Presiden. Ketika Bani Sadr berselisih paham dengan Partai Republik Islam (PRI) yang dipimpin almarhum Ayatullah Behesti yang menguasai suara Majlis (parlemen). Ghotbzadeh cenderung sependapat dengan Presidennya. Karena gayan) a yang dianggap terlalu kebarat-baratau, dia akhirnya dianggap sangat berbahaya. Dia memang suka berdasi. Juni 1980, dia ditahan tapi kemudian dilepas lagi. Lebih-lebih setelah Bani Sadr berhasil melarikan diri (Juni 1981) Ghotbzadeh bagi golongan Islam fundamentalis dianggap duri dalam daging. Dan dia tetap saja melancarkan kritiknya, seolah beroposisi terhadap pemerintah. Presiden Iran Ali Khamenei, 41 tahun, pernah menandaskan bahwa tindakan pemerintah masih lemah terhadap kaum oposisi. "Musuh mullah harus dibasmi habis," demikian Khamenei. AKIBATNYA Februari lalu, Musa Khaibani, tokoh Mujahidin dari kelompok sayap kiri bawah tanah dilerondong di rumahnya. Pertengahan April lalu, Ghotbzadeh dan Ayatullah Kazem Shariatmadari, 82 tahun, juga ditangkap. Shariatmadari dianggap saingan bagi Khomeini. Pemerintah telah mencopot semua gelar keagamaan, mengobrak-abrik rumah Shariatmadari di Qom dan menutup perpustakaan berikut pesantrennya. Tetapi nasib yang aneh meliput Ghotbzadeh, mungkin karena tekanan Suriah. (Dia memakai paspor Suriah selama perlawatan dulu). Yaitu setelah beberapa hari ditangkap, Ghotbzadeh dilepas kembali. Sementara sekitar 40 orang pengikutnya masih disekap. Shariatmadari juga kemudian cuma dikenakan tahanan rumah, tapi mantunya, Ahmad Abbasi dan sekitar 70 orang pengikutnya, tetap masuk penjara. Mungkin karena pantang mundur (dan juga malu), Ghotbzadeh kemudian menantang: "Tangkap dan adili, atau bebaskan saya." Permintaannya ini dikabulkan. Dia ditangkap, diadili dengan cepat dan dieksekusi. "Iran sudah menjadi kuburan massal," demikian pendapat Bani Sadr di Paris, "dan merekasemakin haus darah." Dalam keadaan inflasi di atas 50% dan tabungan tinggal sekitar US$ 1 milyar -- dibanding dua tahun lalu masih US$ 14,5 milyar--ekonomi Iran tetap tidak menentu. Yang berjalan cuma balas dendam dan hukuman mati. Diduga Shariatmadari tak akan dibawa ke pengadilan, karena selain telah uzur, juga sakit-sakitan. Kemungkinan besar Ahmad Abbasi mendapat giliran setelah Ghotbzadeh. Selama Ayatullah Khomeini menguasai Iran 3 tahun, kabarnya sekitar 8.000 orang menjalani hukuman mati. Di samping itu, sekitar 40.000 orang meringkuk dalam penjara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus