Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Demaoisasi, satu lompatan lagi

Setelah mao meninggal, proses demaoisasi telah berlangsung di cina. sejak akhir th 1970-an proses demaoisasi memang dijalankan di segala front. regenerasi juga dianggap masalah mendesak.

25 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONGRES ke-12 Partai Komunis Cina (PKC) yang baru saja berakhir sebenarnya tidak menelurkan hal yang mengejutkan. Apa yang diumumkan hasil kongres merupaa klimaks/antiklimaks perkembangan politik di negeri satu milyar manusia itu sejak Septemher 1976. Namun, satu hal yang jelas: Kedudukan Deng Xiaoping makin kokoh. Kalau kita menengok ke belakang, serentetan kejadian sejak akhir tahun 1976, tatkala Mao meninggal, menunjukkan proses Demaoisasi. Walaupun itu dijalankan secara terselubung. Lihat saja: Jiang Qing (janda Mao) dan rekan-rekan radikalnya digulung. Itu disusul dengan kembalinya Deng buat kedua kalinya, ditambah dengan tergesernya Ketua Hua Guofeng ke kedudukan yang tidak begitu penting. Padahal, konon Hua ditunjuk oleh Mao secara pribadi dengan sabda terkenal, "Kau yang mengatur, aku jadi lega" (Ni Bashi Wo Fangxin). Beberapa ahli Cina, seperti Joseph Camilleri, berpendapat bahwa proses Demaoisasi dan deradikalisasi sebenarnya sudah dimulai sejak musim semi tahun 1973. Ketika itu Deng direhabilitasikan oleh mendiang PM Zhou Enlai. Dalam Agustus tahun itu juga ia duduk kembali dalam Politbiro Partai. Ada lagi para pengamat Cina yang mengatakan bahwa proses itu sudah berjalan sejak awal lagi. Menurut pendapat terakhir ini tewasnya Lin Biao dalam tahun 1971 merupakan awal kejatuhan radikalisme yang membawa ke arah politik Demaoisasi seperti sekarang. Sejak akhir tahun 1970-an, proses Demaoisasi memang dijalankan di segala front. Dalam bidang politik dan pendidikan dikipas-kipaskan bahwa tidak semua apa yang dikatakan Mao bnar. Dalam beberapa hal, katanya, seringkali Lin Biao dan klik Jiang Qing mencatut nama dan ajaran Mao untuk ambisi politik mereka dalam persiapan merebut kekuasaan. Kampanye tadi dikombinasikan dengan membuat citra Mao sedikit buram. Misalnya Mao dianggap tidak akan berhasil memimpin revolusi tanpa bantuan rekan-rekan separtai yang lain. Li Dazhao, tokoh pendiri partai di tahun 1920-an dianggap sebagai Bapak Marxisme di Cina. Zhou Enlai digambarkan sebagai "Nakhoda Kedua" yang mendampingi "Nakhoda Agung" Mao. Mendiang Zhu De mendapat kehormatan sebagai "Bapak Tentara Pembebasan" sedangkan Liu Shaoqi, yang di zaman Revolusi Kebudayaan dicap sebagai "Pejalan Kapitalis No. 1", direhabilitasikan namanya secara anurmerta. Demikian pula mendiang Marsekal Peng Dehuai yang berani mengecam program Lompatan Jauh ke Muka Mao di tahun 1950-an. Semua itu merupakan kampanye terencana tak langsung buat mendiskreditkan Mao. Kampanye itu dilakukan dengan metode Membunuh Mao dan Maoisme dengan Maoisme, dan dijalankan pula dengan jubah Maoisme. Barangkali dengan melangsungkan kongres partai dan mengumumkan hasilnya secara terbuka, Deng dkk berpendapat waktunya sudah matang untuk menjalankan hal-hal yang berlawanan dengan ajaran Mao secara institusional. Walaupun hasil kongres yang dihadiri oleh 1.574 anggota delegasi dan 147 delegasi pengganti itu tidak merupakan kejutan, tidak berarti itu tidak punya arti penting. Bahkan boleh dibilang merupakan suatu tonggak sejarah, seperti yang dikatakan oleh Ketua Hu Yaobang dalam pidato pembukaan: "Perubahan historis yang menciptakan tugas besar bagi kita." Ada empat masalah politik yang jadi tema kongres, yakni perubahan konstitusi, penyusutan dan tertib organisasi, regenerasi pimpinan, dan rencana pelaksanaan kampanye pembetulan atau rektifikasi. Yang paling drastis dari semua itu adalah penghapusan kedudukan ketua partai. Sejak tahun 1945 kedudukan ketua diciptakan dan dipegang Mao, bahkan sinonim dengan nama Mao. Sebagai ketua, Mao bisa menguasai partai. Baru pada tahun 1955 kekusaan Mao dikurangi dengan diciptakannya kedudukan sekjen, maksudnya untuk membantu ketua dalam urusan organisasi partai. Di sinilah kerunyaman mulai timbul, karena Deng sebagai sekjen dulu sering bertindak sendiri, tanpa konsutasi dengan Mao. Mao pernah mengeluh bahwa "kawan Deng itu tuli. Tapi dalam setiap rapat partai duduknya selalu jauh dari saya." PENGHAPUAN kursi ketua nampaknya untuk mencegah dualisme kebijaksanaan yang menunjang timbulnya konflik. Sekarang organisasi PKC mirip dengan Partai Komunis Uni Soviet. Wewenang dipusatkan pada sekjen yang akan mengetuai Politbiro dan Sekretariat. Adalah Hu Yaobang (bekas ketua, yang bersekutu dengan Deng) yang terpilih sebagai sekjen. Sesuai dengan tertib organisasi, kongres memutuskan untuk mencegah terulangnya kultus individu. Pidato Hu yang diterima sebagai hasil kongres menyatakan antara lain: "Dalam masalah ideologi kita mencampakkan belenggu dogmatisme dan kultus individu yang sudah lama merajai pemikiran kita. Kini kita kembali pada garis ideologi Marxisme yang mencari kebenaran dari fakta." Sejak tahun 1977 "mencari kebenaran dari fakta" (Shi shi qiu shi) telah jadi semboyan politik Deng. Hu seterusnya mengatakan bahwa partai mulai sekarang akan mendorong terciptanya pimpinan kolektif. Banyak tokoh senior yang mesti mundur. Masalah regenerasi memang merupakan hal yang mendesak. Para pemimpin PKC masih terdiri dari generasi revolusi, artinya mereka yang bergabung dengan partai sekitar masa Long March (pertengahan tahun 1930-an) dan dalam periode Yanan (sekitar awal sampai pertengahan tahun 1940-an). Ada juga orang relatif muda yang bergabung setelah pembebasan (akhir tahun 1940-an), tapi golongan terakhir ini belum menduduki posisi kunci. Bahkan kebanyakan posisi puncak masih berada di tangan orang yang segenerasi dengan Mao. Keputusan kongres ke-12 antara lain melancarkan proses regenerasi. Tema terakhir yang cukup menarik adalah pidato Hu yang berkenaan dengan masalah pendidikan kembali dan kampanye pembetulan. Hu mengatakan bahwa suatu kampanye pembetulan yang menyeluruh untuk mengoreksi langgam kerja partai dan konsolidasi organisasi akan dimulai sekitar awal tahun depan secara bertahap. Perubahan seperti itu, kata Hu, penting karena "sejak tahun-tahun terakhir ini kerja partai makin buruk." Belum ada kabar terperinci yang menerangkan tahap tahap kampanye itu, namun Hu mengatakan rencana pendaftaran kembali seluruh anggota partai. Sedangkan konstitusi partai yang baru, kata Hu, akan menuntut persyaratan tinggi untuk mereka yang ingin masuk. Ini berarti menyangkut nasib sekitar 40 juta anggota. Para pengulas masalah Cina umumnya berpendapat, sasaran kampanye itu sebenarnya adalah mereka yang masuk partai selama Revolusi Kebudayaan, di masa jayanya kaum radikal. Jumlah mereka cukup besar, sekitar 50 % dari seluruh anggota. Berat dugaan kampanye itu ditujukan untuk membersihkan partai dari anasir radikal. Menarik sekali diikuti bagaimana kedudukan Deng (otak modernisasi dan Demaoisasi) dalam partai. Ia pernah berikrar, hanya mau nonaktif kalau usianya mencapai 80 tahun, dua tahun lagi. Sekarang ia belum pensiun. Selain memimpin Komisi Urusan Militer, suatu kedudukan yang sangat penting Deng juga jadi Ketua Dewan Penasihat Pusat partai. Bahkan Deng juga terpilih duduk dalam Komite Tetap Politbiro - jabatan inti yang paling berpengaruh--bersama Sekjen Hu (67 tahun), Marsekal Ye Jianying (85 tahun), PM Zhao Ziyang (64 tahun), Li Xiannian dan Chen Yun (keduanya 77 tahun). Ye Jianying, yang sudah tua renta itu, sering didampingi empat perawat. Toh ia masih tetap dipelihara dalam Politbiro untuk memuaskan tentara yang kabarnya tidak begitu puas dengan kebijaksanaan Demaoisasi. Tentara pun, konon, kecewa karena anggaran belanja harus mengalah pada tiga elemen lain dalam program empat modernisasi. Tapi Hua Guofeng (ahli waris kepemimpinan Mao), yang lebih muda (61 tahun), masuk kotak. Walaupun tetap dipelihara--tentu sebagai kambing hitam--dalam Komite Sentral (210 anggota), Hua disingkirkan sepenuhnya dari Politbiro.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus