Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara HAM yang selama ini menggeluti konflik Israel - Palestina, Qasim Rashid menjelaskan, ada 9 fakta mengenai konflik Israel-Palestina yang ia yakini semua pihak dapat menyetujuinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jika tujuan akhirnya adalah perdamaian, lalu kita harus mengetahui beberapa realita konflik Israel-Palestina tanpa mempolarisasi satu dengan lainnya. Mengabaikan fakta tidak menyelesaikan perbedaan," kata Rashid, anggota Komunitas Musllim Ahmadiyah seperti dikutip dari Huffington Post.
Baca: 2 Tokoh Ini Melahirkan Konflik Panjang Israel - Palestina
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Rashid, jka semua pihak sungguh-sungguh menginginkan perdamaian, sedikitnya ada yang mengakui ingin perdamaian, maka 9 fakta tentang konflik Israel-Palestina harus dibawa ke meja perundingan.
Berikut 9 fakta tentang konflik Israel-Palestina:
1. Tembakan roket-roket Hamas harus dihentikan tanpa syarat.
"Kita harus mengecam kekerasan Hamas, roket-roket mereka, dan tembakan mereka yang membabi buta yang menimbulkan resiko bagi warga sipil Israel. Roket-roket harus berhenti tanpa syarat."
2. Konflik ini jauh lebih tua usianya dibanding usia Hamas.
Fokus pada Hamas sebagai alasan bagi Israel untuk membela diri adalah bentuk pengalihan perhatian. Posisi seperti ini menunjukkan seolah-olah konflik terjadi 27 tahun lamanya. Padahal konflik ini terjadi sudah 65 tahun. Perlawanan Israel terhadap Palestina khususnya Gaza terjadi jauh sebelum Hamas ada.
Setiap pembicaraan yang mengabaikan sebelum tahun 1978 merupakan tidak utuh, tidak tulus, dan akan memberikan bukti yang tidak efektif di meja perundingan. Hamas hanyalah simptom dari konflik, tapi dia bukan akar masalah.
3. Jika Muslim ingin perdamaian di Palestina, maka mereka harus bersatu dalam damai di seluruh dunia.
Sebelum mencerca Israel, negara-negara mayoritas Muslim seharusnya memberikan contoh dan membangun perdamaian satu dengan lainnya.
Rasyid mengutip pidato Pemimpin suci Muslim Ahmadiya, Mirza Masroor Ahmad: "bagaimana anda dapat menuntut Israel memperlakukan Palestina dengan damai dan adil jika anda tidak mampu membangun damai itu di antara kalian sendiri?"
Baca: Mahmoud Abbas: Yerusalem Ibukota abadi Palestina
Peserta aksi membawa foto Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu serta kedua bendera negara tersebut saat melakukan demonstrasi menentang rencana Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, di Kota Gaza, 6 Desember 2017. REUTERS/Mohammed Salem
4. Perdamaian tidak akan hadir tanpa keadilan.
Keadilan hanya dapat bertahan hidup dalam perdamaian, dan perdamaian hanya akan mampu hidup dengan kepemimpinan yang memiliki prinsip.
5. Palestina menjadi surga bagi pengungsi Yahudi sebelum negara Israel.
Sebelum ada negara Israel, Palestina membuka pintunya untuk menerima sekitar 700 ribu pengungsi Yahudi yang melarikan diri dari Perang Dunia I dan Holocaust. Jumlah ini sangat besar jika mencermati populasi Muslim Palestina tahun 1947 yang hanya sekitar 1,2 juta orang. Itu sebabnya, Palestina tidak memberikan suaranya mendukung negara Isral didirikan. Pengakuan atas fakta ini penting untuk menggambarkan sejarah saat berusaha menemukan kesepakatan bersama untuk masa depan.
6. Sejak Israel dibentuk oleh PBB, maka ia harus tetap hidup oleh PBB.
Kelompok garis keras pro-Palestina berargumen bahwa Palestina tidak pernah menyetujui pembentukan negara Israel, maka mereka tidak akan mengakui Israel. Sedangkan kelompok pro-Israel sebaliknya berargumen bahwa PBB mendirikan Israel secara demokratis sehingga negara itu ada. Israel benar.
"Realitasnya adalah kita tidak bisa membalikkan sejarah. Israel berhak untuk bertahan hidup, tak ada perdebatan atau perkelahian akan membalikkannya."
Baca: Palestina Lobi Rusia dan Cina Jadi Mediator Damai dengan Israel
7. Darah orang Arab dan darah Yahudi adalah darah manusia dan seluruh darah adalah sederajat.
Tidak ada pembenaran untuk membunuh warga sipil. Ide bahwa darah Arab lebih bernilai daripada darah Yahudi atau darah Yahudi lebih bernilai daripada darah Arab, merupakan rasisme modern dengan segala keburukannya. Hak anak-anak Palestina sama dengan hak-hak anak-anak Israel, begitu sebaliknya. Setiap tindakan lain yang mengabaikan prinsip ini merupakan pelanggaran HAM dan menggelincirkan proses perdamaian.
8. Dua belah pihak berpotensi melakukan kejahatan perang dan harus mempertanggungjawabkannya.
Palestina harus dituntut pertanggungjawabannya atas kejahatan perang yang dilakukan Hamas. Israel harus bertanggung jawab ke PBB dan hukum internasional atas penggunaan bom fosfor dan menjadikan manusia sebagai perisai perang. Israel juga bertanggung jawab atas seluruh kejahatan perang di Gaza, pembunuhan terhadap anak-anak dan rumah sakit. Semua fakta ini ada di laporan PBB, liputan jurnalis independen, dan pengakuan prajurit-prajurit Israel.
9. Amerika harus adil dalam tindakannya dan begitu juga semua pemimpin Muslim di seluruh dunia.
Selama beberapa dekade, reputasi Amerika di mata seluruh dunia dan khususnya di dunia Muslim dianggap tidak jujur dan berpihak pada Israel. Kesan ini tidak mudah diperbaiki tapi harus diperbaiki demi tujuan menciptakan perdamaian.
Rashid menegaskan, perdamaian tidak akan hadir tanpa keadilan. Perdamaian di masa depan tidak akan hadir tanpa pengakuan atas fakta sejarah konflik Israel dan Palestina. Ironisnya, hanya ada dua tipe manusia yang akan mengabaikan hal ini, yakni Zionis kejam dan teroris Hamas.