Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Skandal Kedua Takhta Suci

Seorang petinggi Vatikan dan pakar humas Italia ditangkap gara-gara membocorkan informasi. Buku berdasarkan informasi itu mengungkap proses reformasi Fransiskus dan kebobrokan di Vatikan.

16 November 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semoga Tuhan mengampuni, tapi kami tak akan membayar!" Kalimat ini terlontar dari bibir Paus Fransiskus I, saat mendengar pengeluaran tak terkendali Vatikan, beberapa bulan setelah ia berkuasa pada 2013. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik asal Argentina ini murka saat mendapati keuangan Vatikan morat-marit akibat salah urus, persekongkolan, dan korupsi.

Seharusnya kemarahan sang Paus hanya didengar oleh sejumlah petinggi Vatikan serta pejabat dalam komisi khusus untuk mereformasi struktur ekonomi dan administrasi Gereja. Tapi seseorang di dalam ruangan saat itu diam-diam merekam luapan emosi pria yang memiliki nama asli Jorge Bergoglio tersebut.

Dua tahun kemudian, transkrip rekaman ini muncul dalam dua buku karya dua wartawan spesialis Vatikan. Salah satu buku, bertajuk Merchants in the Temple, mulai dijual ke publik pada Rabu tiga pekan lalu. Gianluigi Nuzzi, sang penulis buku, dalam konferensi pers mengatakan, "Mengungkap rahasia ini adalah untuk mencari kebenaran. Tujuan yang sama seperti yang dicari sang Paus."

Nuzzi bukanlah nama baru bagi Vatikan. Pada 2012, ia meluncurkan buku Ia Yang Kudus. Sebagian besar buku ini memuat informasi yang bocor dari Paolo Gabriel, mantan kepala pelayan paus emeritus Benediktus XVI. Ia menyerahkan informasi rahasia kepada Nuzzi setelah mencuri beberapa dokumen dari meja kerja Paus. Skandal yang diikuti penangkapan dan pemenjaraan Gabriel itu terkenal sebagai Vatileaks.

Kali ini fokus tulisan Nuzzi adalah angin perubahan di Gereja Katolik menyusul terpilihnya Paus Fransiskus. Paus yang kini berusia 78 tahun itu membentuk sebuah komisi untuk memeriksa keuangan Vatikan. Komisi itu—ditulis Nuzzi dalam bukunya dengan singkatan COSEA—menemukan banyak kejanggalan.

Nuzzi, misalnya, mengungkap laporan aset kekayaan Vatikan yang hanya dinilai sepertujuh dari yang tertulis dalam laporan keuangan, yakni 2,7 miliar euro. Program kanonisasi atau penetapan orang suci juga diduga menjadi lahan korupsi karena panitia meminta upeti kepada kandidat hingga jutaan dolar.

Ketidakjelasan keuangan terlihat pada pengelolaan pungutan tahunan dari gereja Katolik di seluruh dunia. Menurut Nuzzi, hanya 20 persen yang benar-benar dikembalikan kepada umat. "Dari setiap 10 euro donasi, enam euro digunakan untuk menutup lubang dalam keuangan Vatikan," ujarnya kepada wartawan.

Buku lain bertajuk Avarice atau Ketamakan, ditulis oleh Emiliano Fittipaldi. Dalam buku ini, Fittipaldi menulis bahwa dana US$ 220 ribu milik yayasan rumah sakit anak-anak di Roma justru digunakan untuk memperbaiki apartemen mewah milik Tarcisio Bertone. Kardinal ini pernah sangat berkuasa karena bertugas sebagai menteri luar negeri di bawah kepemimpinan Benediktus.

Terungkapnya rahasia dalam proses reformasi Vatikan membuat Fransiskus berang. The Guardian melaporkan, di Vatikan, pembocoran informasi kepada media hampir selalu menjadi cara mendiskreditkan paus. Walau baru sebentar menjabat, Fransiskus sudah sering menjadi korban. Tak sedikit yang menduga pembocoran informasi kali ini merupakan upaya menghalangi reformasi sang Paus.

"Pembocoran informasi rahasia adalah sebuah kejahatan," kata Fransiskus di hadapan ribuan orang dalam misa di Lapangan Santo Petrus, Ahad pekan lalu. "Untuk apa membocorkan informasi lama jika perbaikan sedang berjalan?"

Fransiskus berkata jujur. Sejumlah pihak yang ditulis dalam kedua buku itu telah disingkirkan sejak ia menjabat. Saat memulai reformasi ekonomi, Vatikan menggandeng sejumlah kantor akuntan publik ternama untuk memeriksa keuangan mereka. Takhta Suci bahkan untuk pertama kalinya membentuk auditor internal yang akan mengawasi penggunaan keuangan. Meski demikian, tangan kanan Fransiskus, Kardinal Pietro Parolin, mengakui reformasi masih menghadapi perlawanan.

Kali ini kemarahan Fransiskus tak berhenti di ucapan. Sepekan sebelumnya, polisi Vatikan menangkap Lucio Angel Vallejo Balda, petinggi Vatikan dari ordo tua Opus Dei, dan Francesca Immacolata Chaouqui, pakar hubungan masyarakat. Kedua orang yang pernah terlibat dalam COSEA ini dituduh membocorkan dokumen rahasia kepada kedua wartawan Italia tersebut.

Sita Planasari Aquadini (Catholic Herald, Yahoo News, The Independent, CBS News)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus