SUDAH berbilang tahun Dalai Lama, pemimpin spiritual rakyat Tibet, malang-melintang memperjuangkan nasib rakyatnya, tapi tak kunjung berhasil juga. Tibet masih saja tetap berada dalam cengkeraman RRC. Tapi Dalai Lama, yang "terbuang" ke Dharmsala, India, bersama 7.000 pengikutnya, tetap berharap suatu ketika kelak bisa kembali dan bermukim di Lhasa, ibu kota Tibet. Di Lhasa, sejak September lalu, rakyat Tibet memang telah bangkit melawan pemerintah pendudukan. Mereka menuntut RRC angkat kaki, dan mengelu-elukan kepulangan Dalai Lama. Selama gelombang anti-Cina melanda Tibet, 10 bulan terakhir, 11 demonstran terbunuh, ratusan orang cedera, dan sekitar 200 orang ditahan. "Cina punya persoalan hak asasi manusia yang harus diselesaikan di Tibet," kata Menteri Luar Negeri Australia, Bill Hayden, yang berkunjung ke Lhasa, akhir pekan lampau. RRC kelihatan tak bergeming oleh tudingan itu. Mereka mengecam setiap campur tangan luar mengenai masalah Tibet. Juru bicara Kementerian Luar Negeri RRC, Li Zhaoxing, bahkan terang-terangan mengatakan, "Soal Tibet adalah urusan dalam negeri RRC." Sadar aksi kekerasan yang dilakukan rakyat bersama pendeta-pendeta justru akan merangsang RRC menambah kekuatan militer di Tibet, pertengahan bulan lalu, Dalai Lama menawarkan sebuah kompromi: Tibet diberi otonomi mengatur urusan dalam negeri, RRC tetap mengendalikan politik luar negeri, dan kekuatan militer mereka bercokol sampai proses demiliterisasi di negeri atap dunia itu tuntas. Untuk mempromosikan gerakan kompromi itu, belum lama berselang Dalai Lama melakukan lawatan keliling Eropa. Ketika singgah di London, ia diwawancarai oleh majalah Life. Berikut petikannya: Bagaimana rasanya tumbuh sebagai Tuhan yang hidup? Terjemahan dari bahasa Cina memang menyebut Dalai Lama sebagai Budha yang hidup. Selama saya mematuhi ketentuan-ketentuan sebagai pendeta memang tak seorang bisa mengubah penahbisan saya. Tapi gelar Dalai Lama bisa dimiliki oleh siapa saja. Anda terpilih lantaran mampu mengidentifikasikan barang-barang milik Dalai Lama terdahulu. Dapatkah Anda menjelaskan peristiwa itu? Saya sudah tak ingat lagi bagaimana saya bisa melakukan hal itu. Saya cuma ingat bahwa saya sangat gembira ketika kami (keluarga Dalai Lama) akan pindah ke Lhasa. Ketika RRC menduduki Tibet, apakah mereka sekadar melaksanakan hak sejarah untuk mengontrol? Di masa lampau, Tibet memang minta semacam perlindungan dari Cina. Tapi Tibet bukan bagian dari Cina. Tibet adalah negara merdeka yang dijajah dengan kekerasan. Rakyat Tibet tak bisa menerima pendudukan itu. Apakan Anda pernah berusaha menghentikan kerusuhan? Tentu saja pernah. Tapi ekspresi ketidakpuasan saya rasa memang diperlukan untuk membuat pemimpin Cina waspada pada hal-hal yang tidak memuaskan. Apakah Anda pernah belajar teori politik? Tidak. Semua itu saya peroleh dari pengalaman. Guru politik saya adalah Cina, dan teman-teman dari India. Dulu saya sering diomeli oleh (Perdana Menteri) Nehru. Apa saja kelebihan orang Tibet dari orang Amerika? Orang Amerika selalu terburu-buru. Semua harus serba cepat. Orang Tibet menganut kehidupan yang sederhana. Saya kira perlu dilakukan riset apa yang membuat mereka menjadi seperti sekarang. Barangkali salah satu penyebabnya, karena di masa lampau tak banyak terjadi tekanan ekonomi di Tibet. aktor lain, agama yang kami anut melarang mencari kesalahan pada orang lain. Di Amerika, orang mulai bertanya soal menghilangkan ketamakan. Caranya? Ada beberapa tingkat ketamakan. Sampai batas tertentu, kemajuan berasal dari sikap tamak. Sebuah keinginan terbatas menolong pembangunan sebuah masyarakat. Dengan kesenangan terlalu banyak, tak ada yang bisa dikerjakan. Anda akan selalu menginginkan sesuatu yang lebih, dan Anda tak akan mendapatkannya. Ini adalah penyiksaan diri sendiri. Di negara mana ada keseimbangan berjalan? Di Muangthai. Muangthai adalah sebuah negara dengan keyakinan Budhis yang kuat. Rakyatnya sangat spiritual. Tapi pada saat yang sama pembangunan materiil juga terjadi. Bagaimana dengan Jepang? Dalam berbagai kesempatan, ide keseimbangan saya utarakan kepada teman-teman dari Jepang. Meski secara teknologi mereka sangat maju, saya kira pengetahuan mereka soal keseimbangan terbatas. Bagaimanapun mereka punya kesempatan membuat keseimbangan. Di beberapa negara, agama kelihatannya berhubungan dengan kekerasan, seperti di Iran. Bagaimana pendapat Anda tentang Ayatullah? Saya pernah bertemu dengan banyak orang yang pernah ke Iran setelah Revolusi Islam. Menurut mereka, para mullah mengumpulkan dana dari orang kaya untuk diserahkan kepada rakyat yang lebih miskin. Tanggung Jawab sosial seperti itu bagus. Agama apa saja yang digunakan dengan tepat dapat benar-benar berguna. Dua orang pemimpin agama d Amerika, Jesse Jackson dan Pat Robertson, mencalonkan diri sebagai presiden. Kami tampaknya menginginkan kepemimpinan spiritual oleh para politikus. Apakah itu baik? Saya percaya para politikus punya banyak pengalaman spiritual. Itu akan mcmbantu mereka melaksanakan kegiatan politik dengan prinsip moral. Banyak orang Amerika mempelajari Budhisme, termasuk Bintang Film Richard Gere dan Penyanyi Tina Turner. Apakah mereka belajar serius? Tentang Tina Turner, saya tidak tahu. Tapi Richard Gere belajar sangat giat. Anda pernah mengatakan, RRC kini lebih terbuka dan wajahnya lebih manusiawi. Apakah Anda mau berunding dengan pemimpin yang sekarang? Ya, tentu saja. Apakah Anda akan bisa kembali ke Tibet? Ini bukan pertanyaan yang penting. Saya hanya berkepentingan mengenai soal masa depan rakyat Tibet. Apakah merindukan untuk bisa melakukan keinginan-keinginan normal manusia, seperti cinta, seks, kecemburuan, marah? Hampir semua tak saya rindukan. Orang tertentu berpikir bahwa tanpa seks dan kemarahan, mereka seperti tak hidup. Bagi saya, itu semua membuat hidup lebih berwarna, sekaligus juga bisa membuat pergolakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini