ORANG kuat Cina, Deng Xiaoping ternyata tak kebal kritik. Sejak dua minggu lalu bermunculan imbauan, agar ia segera mengundurkan diri. Pekan lalu, kecaman mulai merembet ke keluarganya. Deng Pufang, putra Deng Xiaoping, ramai digunjingkan mengorupsi dana penderita cacat, yang dikumpulkannya bersama pengusaha Kang Hua. Tapi Deng tak berkomentar terhadap tuduhan korupsi yang dialamatkan kepada putranya itu, yang juga seorang penderita cacat. Pengkritik Deng paling vokal adalah Profesor Fang Lizhi, tokoh pembangkang Cina. "Dapat dipastikan, Deng Xiaoping akan terus memegang kendali pemerintahan sampai meninggal," katanya. "Padahal, sekarang sangat diperlukan Cina mempersiapkan angkatan pemimpin yang lebih muda." Ternyata, bukan hanya Fang yang buka suara. Hampir semua surat kabar di Cina, yang semuanya dikuasai pemerintah, ikut menyuarakan apa yang dipikirkan kaum intelektual itu. Majalah Suara Dunia Ekonomi, terbitan Shanghai, 3 Oktober lalu menurunkan sebuah artikel yang secara tersamar menyerang Deng. Penulis artikel itu, yang tak disebutkan namanya, mengkritik adanya "seorang tertentu" yang dengan enak saja menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak buat Cina. "Kalau kita membiarkan seorang atau sejumlah kecil orang tertentu menentukan apa-apa yang menjadi larangan di Cina, kita tak akan mencapai suatu apa pun dalam usaha kita," tulisnya. Pengarang tanpa identitas itu dengan berani mengatakan, hal itulah yang menjadikan Cina terbelakang. Ia mengambil contoh pada sejarah masa lalu, ketika seorang pikun memimpin negara, sehingga Cina hampir terjerumus ke jurang kehancuran. Tak pelak lagi, yang dimaksud penulis itu adalah Cina di masa Mao Zedong berkuasa sampai meninggalnya pada 1976. Sementara itu, Direktur Institut Ilmu Politik, Yan Jiaqi, menyerang tradisi rakyat Cina yang terpesona oleh pemujaan terhadap ular naga pada surat kabar Renim Raibao (Harian Rakyat). "Tradisi menyembah Kaisar, yang dilambangkan dengan naga, masih menjajah pikiran rakyat Cina," tulisnya. Yan menambahkan, semua itu berakibat mengganggu perkembangan politik, ekonomi, dan pembangunan Cina. Kemenangan besar Deng Xiaoping pada Kongres Partai Komunis Cina (PKC) Ke-13 November tahun lalu, adalah keberhasilannya mendepak tokoh-tokoh tua dari pucuk pimpinan partai maupun pemerintahan. Ia dengan manuver politik, berhasil memensiunkan orang-orang tua yang sebagian besar menentang reformasi yang dilaksanakannya. Maka, suara tokoh-tokoh sepuh, seperti Peng Zhen, Ye Jianying, dan Li Xiannian, tak lagi terdengar. Akan halnya Deng, sekalipun sudah 84 tahun, dengan alasan masih diperlukan untuk terjaminnya program Empat Modernisasi, masih berperanan. Dari semua pengkritik itu adalah Fang yang membikin penguasa-penguasa Cina frustrasi. Mereka sebetulnya bisa memenjarakan atau membungkam mulut Fang. Tapi karena Fang merupakan ilmuwan yang kondang, setiap langkah untuk menindas aktivitasnya akan bergaung di dunia. Itu akan merugikan Cina di mata negara-negara Barat. Padahal, Cina masih membutuhkan mereka untuk modernisasi teknologi. Fang, 52 tahun, kelihatan sadar betul akan "kekebalan" yang dimilikinya itu. Tak heran, selain mengkritik Deng, ia juga menuduh pemimpin-pemimpin tertinggi Cina bersama keluarga mereka memiliki rekening pada bank-bank di Hong Kong. Pernyataan itu tentu saja menggusarkan banyak pejabat. Kabar terakhir dari Cina menyebutkan pejabat-pejabat itu akan menyeret Fang ke meja hijau atas dasar penghinaan dan laporan palsu. Tapi Fang balik menantang. Ia mengatakan, kesempatan berbicara di muka pengadilan itu merupakan saat terbaik baginya. Selama ini, namanya beberapa kali dicemarkan pejabat-pejabat Cina, tapi ia tak pernah mendapat kesempatan membela diri. Belum jelas apakah ancaman terhadap Fang itu hanya gertak sambal atau sungguh-sungguh. Tapi kalau itu terjadi, akan merupakan suatu pertunjukan menarik dan sekaligus menunjukkan pembaruan yang lebih jauh dalam sistem peradilan dan hukum di negara komunis tersebut. A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini