Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Heboh "syair-syair setan"

Pemerintah india melarang buku: the satanic verses karya salman rushdie, beredar di india. pemuka islam menuduh buku itu berisi bagian-bagian yang menghina agama islam. tapi salman menolak tuduhan itu.

5 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADILKAH kalau segelintir orang boleh menentukan bacaan untuk 800 juta orang lainnya? Pertanyaan itu dilontarkan oleh surat kabar The Statesman, terbitan New Delhi, dua minggu lalu, dan masih saja bergaung sampai hari ini. Rakyat India, terutama yang beragama Hindu, masih saja mengunyah pertanyaan koran berbahasa Inggris yang sangat berpengaruh di kalangan intelektual itu. Adapun sumbu yang menyulut pertanyaan itu adalah buku The Satanic Verses (Syair-Syair Setan) buah tangan Salman Rushdie, seorang muslim keturunan India yang tinggal di London. Karena, segera setelah buku itu terbit, berdatangan protes dari organisasi-organisasi dan pemuka-pemuka Islam di Inggris. Mereka menuduh buku The Satanic Verses berisi bagian-bagian yang menghina agama Islam. Atas dasar itu, mereka menuntut agar buku tersebut dilarang dimasukkan ke India. Pemerintah India ternyata cukup tanggap terhadap protes tersebut. Mereka melarang buku itu diedarkan, di India. Alasannya: demi terpeliharanya hidup berdampingan secara damai antarberbagai penganut agama. Pelarangan itu, kata juru bicara Departemen Dalam Negeri India tidak dimaksudkan untuk mengecilkan arti The Satanic Verses sebagai karya kesusastraan. "Tindakan itu hendaknya dilihat dari keinginan untuk mencegah keributan dan pertentangan antarkaum," tambahnya. Alasan pemerintahan Perdana Menteri Rajiv Gandhi melarang pengedaran buku itu cukup kuat. Mereka tak mau kerusuhan rasial seperti tiga tahun silam terjadi lagi. Waktu itu, yang menimbulkan kemarahan orang-orang Islam adalah dimuatnya terjemahan cerita pendek Malayalam, yang isinya mengandung beberapa referensi buruk mengenai Nabi Muhammad, di sebuah surat kabar berbahasa Inggris di Bangalore. Tapi kali ini tindakan pemerintah melarang The Satanic Verses malah menempatkan mereka ke posisi sulit. Justru keinginan menghindarkan kerusuhan etnis itu yang kemudian menyulut perasaan perkauman di kalangan mereka yang tak menyetujui pelarangan buku tersebut. Ada yang menyebut, tindakan pemerintah itu sepihak dan merupakan langkah pengebirian kemerdekaan berkreasi dan berekspresi. Pengecam-pengecam pelarangan itu mengemukakan, mereka yang berkeberatan sebenarnya belum membaca buku tersebut. Mereka yang menuntut pelarangan The Satanic Verses mengatakan, tuntutan mereka didasarkan pada tinjauan dan pendapat ahli-ahli kesusastraan dan kolomnis terkemuka India. Sastrawan Khuswant Singh, penasihat redaksi Penguin Books, yang menerbitkan The Satanic Verses, misalnya, mengakui buku itu berisi bagian-bagian yang menghina Muhammad. Tapi, Salman, 41 tahun, yang pernah belajar teologi Islam, menolak tuduhan bukunya menghina Muhammad. Ia menyebut tindakan pemerintah India sebagai langkah yang menghantam kemerdekaan dan akan memberi malu diri sendiri. Dari segi bisnis, pelarangan buku itu justru menguntungkan penerbit. Segera setelah buku itu dilarang beredar, orang lalu menyerbu toko-toko buku untuk membelinya. Seorang pengulas mengatakan, pemerintah India tidak belajar dari kecerobohan pemerintah Inggris melarang peredaran buku Spy Catcher baru-baru ini. Buku itu justru jadi laris setelah pelarangan. Apa sesungguhnya yang dikisahkan The Satanic Verses ? Novel yang dianggap sebagai salah satu karya besar Salman itu bercerita tentang dua orang yang selamat dari sebuah pesawat yang diledakkan pembajak di atas London. Di sanalah keduanya mengalami proses metamorfosa. Dalam perjalanan historis dan religius yang mirip cerita dalam buku anak-anak Alice in Wonderland, kedua penumpang pesawat yang selamat itu bertemu dengan tokoh-tokoh imajiner yang sebenarnya ada di Quran. Mulai dari nabi, termasuk Muhammad, malaikat, sampai setan, dan semuanya sempat mengobrol dengan mereka. Walau nama Muhammad tidak disebut Salman secara langsung, toh pembaca tahu bahwa tokoh Mahound yang dimunculkan sesungguhnya gambaran mengenai rasul terakhir itu. Adalah dalam percakapan-percakapan itu, kata mereka yang anti, banyak bagian-bagian yang menghina Islam. Tambahan lagi, pembaca dibikin bingung menentukan apakah yang berbicara itu nabi, malaikat, atau setan. Tak heran kalau masyarakat muslim menuntut pelarangan The Satanic Verses. A. Dahana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus