Betulkah ia dekat dengan Jenderal Benny Moerdani? AKSESORI-aksesori yang dulu memenuhi ruang kerja Soerjadi, di kantor pusat PDI, di Jalan Diponegoro 58, Jakarta, sudah dikeluarkan satu per satu. Segala macam gambar dinding, termasuk potret ketua umum terpilih versi Kongres IV itu, piagam, dan vandel sudah diturunkan. Buku-buku dan pelbagai dokumen tak lagi memenuhi rak. Pertanda Soerjadi resmi turun dari kursi kepemimpinan partai? Ada yang mengatakan demikian. Apalagi, sejak pekan lalu, Ketua Umum Karteker PDI, Latief Pudjosakti, sudah resmi berkantor di Jakarta. Dialah orang yang ditugasi menyiapkan penyelenggaraan kongres luar biasa, yang akan memilih pemimpin definitif PDI. Tapi, pagi-pagi sudah ada yang pesimistis tim Latief akan berjalan mulus. Sekjen PDI periode 19861993, Nico Daryanto, misalnya, mengatakan bahwa karteker sama sekali tak mencerminkan semangat rekonsiliasi, seperti digembar-gemborkan sebelumnya, karena tidak mengikutsertakan seorang pun anggota kelompok Soerjadi. Selain itu, tim karteker juga belum mencapai kata sepakat dalam merehabilitasi kelompok Marsoesi, yang sudah hampir sewindu jadi sempalan. Jumat sore pekan lalu, seusai memimpin rapat pimpinan komisi di DPR-RI, Soerjadi menerima tiga wartawan TEMPO, Ahmed Kurnia Soeriadjaja, Putut Trihusodo, dan Toriq Hadad, untuk sebuah wawancara khusus sekitar kemelut di PDI. Petikannya: Karteker PDI sudah dibentuk, dan kongres luar biasa akan dilaksanakan akhir tahun ini. Apa langkah Anda menghadapi semua itu? Saya tidak ingin membicarakan dengan orang lain apa yang akan saya lakukan. Saya ini terlalu mencintai partai sehingga saya tidak akan melakukan langkah-langkah yang dengan sadar sudah diperhitungkan akan membawa musibah. Anda tahu, saya terpilih dengan aklamasi dan demokratis. Artinya, pengangkatan saya cukup kuat. Tapi saya tidak ingin menggunakan dokumen yang cukup kuat itu untuk merusak partai. Di Medan, Anda terpilih sebagai ketua umum baru secara aklamasi, dan juga sebagai ketua formatur. Mengapa Anda belum membentuk dewan pengurus pusat? Siapa yang bilang tidak dibentuk? Mengapa tak diumumkan? Dibentuk dan tidak diumumkan itu dua masalah yang berbeda. Saya maunya semua bisa terselesaikan dengan baik. Kalau itu bisa merusak keadaan, saya bersedia berkorban. Kalau Anda bilang akan merusak keadaan, itu artinya Anda menganggap keputusan Kongres IV tidak legal? Saya tidak pernah berbicara mengenai keputusan Kongres IV tidak legal. Bagaimana Anda menilai orang-orang yang Anda besarkan, seperti Alex Asmasoebrata (Ketua DPD PDI Jakarta Red.) dan Latief, yang kini berbalik menentang Anda? Mereka itu tidak boleh bergantung pada saya atau siapa pun, kecuali pada partai. Jadi, nggak ada persoalan bagi saya. Apalagi kan ada yang mempunyai prinsip ''hari ini kawan, besok lawan'', dan itu diumumkan. Sekarang saya sadar baru ketemu orang yang mengemukakan sikapnya seperti itu. Selama ini Anda diam. Apakah karena sudah punya kesepakatan dengan karteker? Nggak ada itu. Waktu Ismunandar (sekjen karteker Red.) menemui Anda, selain minta kunci kantor, apa lagi yang dibicarakan? Apa ada pembicaraan agar Anda dan kawan-kawan Anda tak diusik di DPR dan DPRD? Tak ada pembicaraan mengenai itu. Menurut Anda, apakah karteker punya hak untuk me-recall? Apa tugas karteker, apa ruang lingkup tanggung jawabnya, dan sampai seberapa jauh wewenangnya, saya nggak bisa menjelaskannya. Buat saya, karteker ini nggak jelas dasarnya. Kalau nanti karteker me-recall Anda, apakah Anda akan melawan? Saya tidak berpikir ke sana. Awal pekan ini, karteker mencabut penskorsan orang-orang, seperti Jacob Nuwawea (bekas Ketua DPC Jakarta Timur Red.). Apakah mereka berhak? Menurut Anggaran Dasar PDI, satu-satunya instansi yang boleh melakukan peninjauan hanya kongres. Jadi, saya nggak tahu, karena karteker bukan lembaga yang jelas-jelas disebutkan dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga partai. Kalau memang juga diberikan wewenang kongres oleh pembentuk karteker itu, ya, saya nggak tahu lagi akan dibawa ke mana partai ini. Apakah PDI memerlukan rekonsiliasi? Sebetulnya, kami tak pernah bicara mengenai rekonsiliasi. Kami tak pernah bicara mengenai perpecahan. Orang lain yang berbicara. PDI, katanya, sudah tak disukai rakyat, tak disukai Pemerintah. Saya sendiri tak termasuk yang berpendapat seperti itu. Bagi saya, rekonsiliasi secara prinsip itu adalah kembali kepada komitmen partai. Partai ini didirikan, komitmennya apa? Ini yang menyatukan partai, yang menyatukan seluruh warga partai. Nah, dalam pelaksanaannya, ada aturan, ada mekanisme, ada pembagian tugas, ada wewenang, ada hak, ada kewajiban, dan sebagainya. Jadi, bagi saya, kembali kepada pengertian dasar, rekonsiliasi tentu berkaitan dengan ini. Apakah memang PDI sudah kehilangan komitmen terhadap eksistensinya itu? Menurut Anda? Saya beranggapan tidak. PDI dapat berkembang dengan baik, mendapat sambutan dari rakyat. Akhirnya kan PDI ini milik rakyat, milik masyarakat. Masyarakat kemudian digerakkan melalui media massa, mengatakan PDI pecah, dan perlu rekonsiliasi. Apa komentar Anda atas keterlibatan Alex Asmasoebrata sebagai anggota formatur pembentukan karteker? Penilaian yang ada untuk saya sebagai saksi sudah dianggap cacat hukum. Tapi orang sudah jadi terdakwa dianggap bersih. Mbok segala sesuatu dikembalikan ke pengertian yang benar. Nanti, kalau cacat hukum itu artinya seperti yang ditujukan pada saya, semua saksi adalah cacat hukum. Bukankah ini merupakan pergeseran terhadap pengertian dasar tentang hukum? Sejak semula saya juga mengatakan, orang yang cacat hukum wajarnya memang tak menjadi pemimpin. Itu saya sependapat. Satu hal lagi, arti cacat hukum sebenarnya tidak berkaitan dengan orang, kok. Mengapa Anda tak disenangi Pemerintah? Apa karena PDI menambah 32 kursi di DPR dalam dua pemilu terakhir? Jangan tanya kepada saya. Tanya pada yang tidak senang. Wong mereka tidak pernah memberi tahu. Kalau saya sendiri ditanya siapa yang tidak suka pada saya, saya sendiri tidak tahu, kecuali yang terang-terangan mengatakannya, seperti Alex (Asmasoebrata). Kalau yang lain, nggak jelas. Sejak ada karteker, bagaimana nasib Fraksi PDI di DPR? Apakah mereka harus melapor kepada karteker? Saya kira ini adalah keadaan tidak normal. Sulit juga buat saya untuk bicara. Wong ini bukan sesuatu yang ada di anggaran dasar. Jelasnya? Tanyakan sama yang membentuk karteker. Ini terlepas dari sah atau tidak. Jika saudara membuat suatu penugasan, ya, harus jelas tugasnya apa, tanggung jawabnya apa, haknya apa. Masa saudara menugasi orang, terus diloskan saja. Ya, nggak gitu. Apakah rakyat mendapat pendidikan politik dari kemelut PDI ini? Saya kira rakyat tahu mana yang benar dan tidak. Bagaimana bisa ada orang yang tidak berhak malah dengan leluasa mengambil alih kongres. Mengapa DPD dan DPC begitu mudah digarap agar berubah sikap tak lagi mendukung Anda? Enaknya, Anda tinggal di Jakarta. Jika Anda wartawan di Ponorogo, misalnya, barangkali Anda nggak akan bertanya seperti itu, karena Anda sendiri akan mengalami hal yang sama. Saya menghargai dukungan teman-teman dan mereka tetap konsisten ketika kongres berlangsung. Tapi saya sempat bilang, ''Begitu Anda pulang, Anda akan berhadapan secara pribadi dengan kekuasaan seperti yang saya hadapi di sini.'' Kalau sudah begitu, sebagai manusia, ya, kalau berubah, saya juga tidak bisa menyalahkan teman-teman. Apa saja yang sudah Anda lakukan selama memimpin PDI? Membangun kemandirian. Itu terbukti dalam kongres. Ada pesanan atau titipan supaya jangan memilih Soerjadi, ternyata tidak jalan. Tetapi kemandirian saja belum cukup. Proses membangun kemandirian suatu partai berkaitan pula dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kami belum melakukannya secara intensif konsepsional. Rencananya, program tersebut akan dilaksanakan lima tahun mendatang ini. Melihat kondisi partai sekarang ini, apa akan ada pengaruh terhadap perolehan suara PDI di pemilu mendatang? Pada Pemilu 1997, suara buat PDI mungkin masih bisa naik. Tapi, menurut perhitungan saya, itu tidak sebaik sekarang ini. Bagi saya, sebetulnya kendala yang akan datang bukan karena perpecahan. Yang paling saya perhitungkan dan akan sangat berpengaruh terhadap citra partai adalah penilaian dari tokoh- tokoh PDI terhadap PDI sendiri. Mereka menggambarkan bahwa PDI ini jelek, PDI dipimpin diktator, PDI membohongi rakyat, demokrasi di PDI sudah sekarat. Hal-hal yang diucapkan oleh pemimpin-pemimpin PDI ini terlalu sulit untuk diluruskan pada masa yang akan datang. Jika yang bilang PDI jelek adalah orang lain, kan wajar itu, orang bisa menganggap itu sesuatu yang bisa dimengerti. Tapi, jika yang mengatakan PDI jelek adalah pemimpin PDI sendiri, ya, bagaimana? Dari nama-nama pengurus karteker itu, siapa yang pantas menjadi Ketua Umum PDI nanti? Saya tak mau menjawab. Dalam kondisi PDI seperti sekarang, diperlukan seorang figur. Anda tahu, waktu mula pertama saya memimpin DPP, semua orang juga bilang, ''Itu semua anak kemarin sore, mana figurnya.'' Tapi, akhirnya toh muncul juga. Saya berharap dalam karteker ini nanti juga akan begitu. Kabarnya Anda dekat dengan Jenderal Benny Moerdani? Saya jadi Ketua Umum PDI lewat keputusan pemerintah. Orang yang ditugasi Presiden ketika itu adalah Pak Soepardjo Roestam sebagai Mendagri, Pak Benny Moerdani sebagai Pangab, lalu ada Pak Moerdiono sebagai Mensekab, dan Pak Sudharmono sebagai Mensesneg. Jadi, sulit kalau saya membantah bahwa saya ini bukan orangnya Pak Pardjo, Pak Benny, Pak Moer, atau Pak Dhar. Karena tangan-tangan beliau itulah saya jadi Ketua Umum PDI. Sebagai ketua, salah satu tugas saya adalah membangun hubungan baik dengan ABRI. Apalagi pada 1986 di dalam PDI masih banyak yang mempersoalkan dwifungsi ABRI. Saya harus bekerja keras untuk menjelaskan dwifungsi ABRI kepada mereka. Nah, selama tujuh tahun itulah saya membina hubungan dengan Pangab, Menhankam, dan Mendagri. Yang jadi Pangab kan Pak Benny. Begitu Pak Benny diganti sama Pak Try (kini Wapres), ya saya berhubungan dengan Pak Try. Dengan Pak Benny tetap berhubungan karena ia jadi Menhankam. Kalau ditanya sudah berapa kali saya ke rumah Pak Benny, ya cuma sekali, waktu Natal. Setelah Pak Benny tak jadi Menhankam, saya tak berhubungan lagi dengan dia. Jadi, saya berhubungan dengan Pak Benny karena fungsional. Apa Anda masih mau mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PDI di KLB nanti? Saya kira akan lebih bijaksana apabila saya tidak menjawab masalah itu. Apakah Anda sekarang merasa tergusur atau tidak? Saya kira tidak relevan saya mengungkapkan perasaan saya kepada orang banyak. Perasaan saya hanya saya bicarakan dengan istri saya, anak saya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini