Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perseteruan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Partai Demokrat tentang dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan umum 2016 memasuki babak baru. Rabu, 8 Mei lalu, Trump menggunakan hak istimewanya untuk tidak menyerahkan laporan lengkap tanpa disunting dari tim penyelidikan campur tangan Rusia dalam pemilu 2016 yang disusun penasihat khusus Robert Mueller dan dokumen-dokumen pendukungnya.
Penyelidikan oleh Biro Penyelidik Fe-de-ral (FBI) itu dimulai pada 2016 untuk me--lihat apakah benar ada campur tangan Moskow dalam pemilu yang dimenangi Trump tersebut. Mueller bertanggung jawab atas penyelidikan itu sejak 16 Mei 2017 atas penunjukan Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein. Dalam penyelidikan yang berlangsung setahun, Mueller memeriksa sekitar 500 saksi dan mengajukan 13 per-mintaan kepada pemerintah asing untuk mendapatkan bukti.
Hingga April lalu, 34 orang dan entitas didakwa oleh tim penyelidik Mueller. Be-berapa di antaranya orang dekat Trump, seperti ketua tim kampanye Trump, Paul Manafort; anggota tim kampanye, Rick Gates; penasihat kampanye, Roger Stone; pe--ngacara pribadi, Michael Cohen; dan man-tan penasihat keamanan nasional, Michael Flynn.
Mueller menyerahkan laporan akhir setebal 448 halaman kepada Jaksa Agung William Barr pada 22 Maret lalu. Dua hari kemudian, Barr membuat ringkasan temuan itu dalam surat setebal empat lembar untuk Kongres. Dia menyatakan, “In-ves-tigasi penasihat khusus tidak me--nemukan kampanye Trump atau siapa pun yang terkait dengannya berkonspirasi atau berkoordinasi dengan Rusia dalam upa-ya mempengaruhi pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016.”
Laporan Mueller juga tidak menjelaskan apakah Trump merintangi hukum atau tidak. “Laporan ini tidak menyimpulkan Pre-siden melakukan kejahatan, tapi juga tidak membebaskannya,” kata Barr. Na-mun Trump mencuit di Twitter, “Tidak ada kolusi. Bebas.”
Tak sependapat dengan Barr, Mueller mengirim surat keberatan yang me-nya-ta-kan Barr tidak memberikan konteks yang tepat atas temuannya.
Barr menyebutkan laporan lengkap akan dibuka kepada publik pada pertengahan April setelah ada penyuntingan untuk me-lindungi sumber dan metode penyelidikan. Ia memenuhi janjinya dengan merilis la-poran yang sudah banyak disunting itu pada 18 April. Komite Hukum Senat meminta Jaksa Agung memberikan laporan yang tak disunting beserta dokumennya kepada Senat pada 1 Mei. Senat juga berencana memanggil Mueller dan mantan penasihat Gedung Putih, Don McGahn.
McGahn adalah saksi penting dalam du-gaan upaya menghalangi hukum oleh Trump karena hendak memecat Mueller. Menurut laporan Mueller, Trump beberapa kali memanggil McGahn dan memintanya memberi tahu Rosenstein bahwa Mueller tidak seharusnya mengawasi penyelidikan itu karena dugaan “konflik” kepentingan. Rosenstein-lah yang menugasi Mueller memimpin tim khusus FBI ini.
Sampai tenggat terlewati, Barr tak kunjung menyerahkan bahan yang diminta Senat. Komite Senat lantas melakukan pemungutan suara dengan hasil 24 : 16 yang me--nyetujui penyampaian rekomendasi bahwa Jaksa Agung melakukan peng-hi-naan terhadap Senat. Pada hari yang sama, lewat surat kepada Ketua Komite Kehakiman Senat Jerrold Nadler, De-par-temen Kehakiman menyatakan pre-siden menggunakan hak eksekutifnya. De--ngan kata lain, pemerintah tidak akan mem-berikan bahan yang diminta Senat. Gedung Putih juga meminta McGahn dan Mueller tidak memenuhi panggilan Senat.
Langkah Trump ini mendorong De-mokrat, yang menguasai Kongres, merasa penting menegaskan bahwa kekuasaan mereka setara dengan pemerintah. Be-be-rapa orang yang sebelumnya berhati-hati ber-bicara tentang pemakzulan presiden kini mulai berubah pikiran. “Jika fakta membawa kami ke tujuan itu, jadilah itu,” tutur Steny H. Hoyer, pemimpin Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat. Nadler menepis pertanyaan tentang kemungkinan pemakzulan, tapi menyatakan, “Kita se-karang dalam krisis konstitusi.”
Robert Mueller di Washington, DC, 17 April 2019./ REUTERS/Joshua Roberts
ROBERT Mueller, yang menjadi tokoh sentral penyelidikan terhadap Rusia, meniti kariernya dalam pemerintahan. Dilahirkan dari keluarga kaya Manhattan pada 7 Agustus 1944, dia menjadi sar-jana dari Princeton University dan men-da-patkan gelar master dari New York University. Saat pecah Perang Vietnam, ia mendaftar ke Korps Marinir dan memimpin peleton senapan di Vietnam. Mueller, yang memperoleh Bintang Perunggu, me-ninggalkan dinas militer pada Agustus 1970 dengan pangkat kapten.
Sempat beberapa kali bekerja sebagai pengacara di firma hukum swasta, Muel-ler lantas menjadi advokat negara. Awalnya ia bergabung dengan kantor pe-nga-cara Amerika Serikat di Distrik Northern Ca-li-fornia, kemudian di Boston. Dia men-jabat kepala divisi kriminal di kan-tor-nya di San Francisco dan berfokus pada kasus penipuan keuangan besar di Boston.
Pada 1990, Mueller bergabung dengan Departemen Kehakiman di Washington, DC. Dia menjadi asisten Jaksa Agung Dick Thornburgh dan mengawasi sejumlah kasus investigasi besar, termasuk yang me-libatkan bos mafia John Gotti dan pengeboman pesawat terbang Pan Am 103.
George W. Bush, presiden dari Partai Republik, kemudian mengusulkan Mueller, yang juga seorang Republikan, menjadi Direktur FBI pada 5 Juli 2001. Senat dengan suara bulat menyetujuinya pada 2 Agustus tahun itu. Mueller memimpin FBI tepat beberapa hari sebelum terjadi serangan teroris pada 11 September 2001, yang me-newaskan sekitar 3.000 orang.
Sebagai anggota pemerintah Bush, Mueller adalah tokoh kunci dalam ke-bi-ja-kan keamanan setelah 11 September. Seperti pejabat tinggi pemerintah Bush lain, dia bersaksi di hadapan Kongres men-jelang Perang Irak dan berada di pusaran kontroversi penyadapan dan pengumpulan informasi dengan dalih memburu teroris.
Ketika akhir masa jabatan sepuluh tahun Mueller sebagai Direktur FBI tiba, Barack Obama, presiden dari De-mo-krat, memintanya bertahan. Senat me-nye-tu-juinya dengan suara bulat. Perpanjangan ini membuat Mueller menjadi Direktur FBI terlama setelah J. Edgar Hoover, yang memimpin FBI selama 37 tahun. Pada akhir masa perpanjangan, Obama menunjuk James Comey sebagai penggantinya.
Setelah meninggalkan FBI, Mueller menjadi dosen di Stanford University dan konsultan. Ia kembali ke pemerintah saat aparat penegak hukum negeri itu sedang dalam krisis setelah Presiden Donald Trump memecat Comey pada 9 Mei 2017. Trump marah karena Comey dinilai kurang serius menyelidiki kasus dugaan penyalahgunaan surat elektronik man-tan Menteri Luar Negeri, Hillary Clinton. Kemarahan terbesarnya dipicu penyelidikan FBI terhadap dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu 2016.
Jaksa Agung Jeff Session, yang se--harus--nya mengontrol penyelidikan tersebut, memilih mundur karena ada konflik kepentingan. Ia anggota tim kampanye Trump. Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein lantas menunjuk Mueller sebagai pengawas. Sesuai dengan mandatnya, Mueller akan mengawasi pe-nye-lidikan dalam “setiap hubungan dan/atau koordinasi antara pemerintah Rusia dan individu yang terkait dengan kampanye Pre-siden Donald Trump, serta segala hal yang muncul atau mungkin timbul secara lang-sung dari penyelidikan”.
Penunjukan Mueller mendapat du-kung-an dari Demokrat dan sebagian Republikan. “Robert Mueller adalah pilihan luar biasa sebagai penasihat khusus. Reputasinya sem-purna dalam hal kejujuran dan integritas,” tulis Newt Gingrich, mantan Ketua Partai Republik di DPR, di Twitter.
Trump dan pendukungnya menyebutkan penyelidikan ini bias kepentingan politik. Ia mencelanya sebagai “perburuan pe-nyihir”. “Perburuan penyihir termahal di dunia tidak menemukan apa pun di Rusia dan saya, jadi sekarang mereka mencari ke seluruh dunia!” demikian komentar Trump di Twitter pada 20 Mei 2018.
Menurut Time, Mueller dikenal memiliki reputasi sebagai orang yang berdedikasi, tak banyak bicara, dan taat prosedur. Setiap pagi, ia bermobil dari rumahnya di lingkungan yang hijau di barat laut Wa-shington dan melalui jalanan yang masih sepi di Ibu Kota. Ia tiba di mejanya sebelum sebagian besar penghuni kota itu turun dari tempat tidur.
Kantor penasihat khusus berada be-be-rapa blok di selatan National Mall. Ketika para saksi tiba di kantor itu, mereka diantar melalui garasi parkir bawah tanah ke ruang konferensi tanpa jendela. Para jaksa mewawancarai mereka. Mueller, jika hadir, biasanya menyambut para tamu dengan jabat tangan sopan, kemudian mundur dan duduk di kursi dekat dinding.
ABDUL MANAN (NEW YORK TIMES, CNN, TIME)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo