Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi, tampaknya Barak sulit berharap mendapat kemenangan yang gilang gemilang dalam perundingan di Camp David. Butir-butir yang dibicarakan dalam perundingan di Camp David adalah persoalan fundamental yang sulit dirundingkan, seperti batas wilayah Palestina dengan Israel, status Yerusalem, dan nasib pengungsi Palestina. Dan sikap kekuatan politik Israel terhadap masalah mendasar adalah tidak bisa ditawar: bangsa Yahudi harus tetap bertahan di tanah yang dikuasai sejak 1967.
Yang lebih parah lagi, Barak maju ke perundingan tanpa dukungan solid dari dalam negeri. Posisi koalisi partai pemerintah yang sudah goyah dalam sebulan terakhir akhirnya benar-benar pecah. Dua hari sebelum Barak terbang ke Washington, D.C. (9 Juli 2000), tiga dari enam partai koalisi Partai Buruh Barak dan enam orang menteritermasuk Menteri Luar Negerimengundurkan diri. Mereka tidak percaya bahwa Barak mampu membawa pulang hasil perundingan yang memuaskan.
Pecahnya koalisi tersebut sebenarnya dapat menumbangkan pemerintahan Barak, pada Minggu malam (9 Juli 2000). Tapi, untungnya, dua partai yang tidak masuk dalam koalisi, yaitu satu partai Arab dan sayap kiri, malah mendukung Barak. Maka, Barak pun berhasil pergi ke Maryland untuk bertemu dengan Arafat. ''Saya pergi tidak untuk memperjuangkan kepentingan partai, tapi untuk kepentingan yang lebih tinggi, yaitu rakyat Israel," kata Barak di televisi sebelum berangkat. ''Inilah saatnya untuk mengakhiri perseteruan berdarah dengan tetangga," ia menambahkan.
Rentannya dukungan dari dalam negeri Israel mudah dipahami. Sistem politik Israel memang terbangun dari koalisi kekuatan politik. Apakah Partai Likud atau Buruh yang menang, masing-masing tidak mungkin mengendalikan parlemen Knesset, tanpa koalisi. Selain itu, politik dalam negeri selalu diwarnai dengan gesekan kepentingan politik antara kubu sekuler dan religius.
Sejarah Israel membuktikan bahwa petinggi-petinggi politik bisa dengan mudah terpental dari kedudukannya karena serangan rumor yang dahsyat dari lawan politik mereka. Presiden Ezer Weizman dari Partai Likud mengundurkan diri, Senin pekan silam, karena gempuran berita bahwa dia terlibat skandal keuangan. Bekas Perdana Menteri Yitzak Rabin dari Partai Buruh juga mati dibunuh oleh lawan politiknya dari garis keras sayap kanan karena Rabin dianggap terlalu lunak terhadap Palestina.
Alhasil, Barak harus benar-benar pandai bermain ''dua muka" untuk kepentingan dalam dan internasional. Barak, yang terkenal sebagai orang yang paling memperhatikan pencarian solusi permanen untuk konflik Israel-Palestina, juga tetap melanjutkan pembangunan permukiman Yahudi di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Padahal, dengan semakin banyak hunian Yahudi di kawasan yang dipertentangkansekarang ada 155 ribu hunian Yahudi di Tepi Barat dan 6.000 di Jalur Gazasemakin tersisih pula orang Palestina, dan semakin jauh pula jalan perdamaian. Itu sebabnya sejumlah pengamat meramalkan: Barak tinggal menunggu saat terpental dari percaturan politik Israel.
Bina Bektiati (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo