Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tarian untuk Masa Depan

Delapan puluh juta warga Pakistan menentukan pilihan. Partai Rakyat Pakistan (PPP) berharap meraih lebih dari separuh suara dalam pemilihan umum parlemen yang berlangsung pada Senin pekan ini. Hasil akhir bisa tak terduga. Wartawan Tempo Akmal Nasery Basral melaporkan dari Karachi, Pakistan.

18 Februari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM merayap ditemani rembulan separuh di atas kawasan Gulshan-e-Jauhar, pusat Kota Karachi. Sekitar satu jam lagi hari berganti, meninggalkan kemeriahan selebrasi Valentine yang ikut menenggelamkan warga kota terbesar di Pakistan itu dalam gemerlap ”tradisi modern” penduduk metropolis di pelbagai penjuru dunia, Kamis pekan lalu.

Lima tahun silam, Valentine masih dirayakan diam-diam karena merupakan isu sensitif di Republik Islam ini. Sekarang? Tak ada yang melebihi keindahan senyum pedagang kembang: harga satu buket mawar merah yang biasanya Rs 100-150 (sekitar Rp 15 ribu sampai Rp 22.500) pada hari biasa mendadak jadi Rs 4.000 (Rp 600 ribu)—dan tetap laris.

Toh, bukan gema selebrasi ”hari cinta kasih” itu yang menyebabkan sekelompok pemuda menari di depan panggung berukuran 2x2 meter milik Partai Rakyat Pakistan (PPP). Diiringi lagu tradisional Lyari, yang menghunjamkan lengking dinamis penyanyi perempuan dengan dominasi perkusi, sejumlah pemuda lain membagikan selebaran dalam bahasa Urdu kepada penonton serta pengemudi kendaraan bermotor yang merambat perlahan terjebak macet.

”Saya Aslam, ketua baru PPP,” seorang pemuda berbadan gempal dengan wajah sehangat kelakarnya menyodorkan tangan kepada Tempo. Pemilihan umum parlemen, 18 Februari, merupakan saat pertama bagi Aslam memberikan suaranya, dan ia memilih partai yang didirikan Zulfikar Ali Bhutto itu. Mengapa PPP? ”Saya bersimpati atas nasib tragis Mohtarma (Benazir Bhutto),” katanya. Benazir terbunuh pada 27 Desember 2007 seusai kampanye di Rawalpindi.

Sekitar 50 meter dari panggung PPP, pada sisi lain jalan, berdiri panggung serupa milik Muttahida Qaumi Movement (MQM), partai kaum intelek, juga dengan dentum musik yang mengundang kaki bergoyang. Belum banyak yang menari, memang, kecuali beberapa bocah lelaki seusia murid SD.

Panggung kecil seperti itu tersebar sepanjang jalan, hampir setiap 100 meter, lengkap dengan atribut partai, bendera, serta potret besar pemimpin mereka. Namun, tak terlihat panggung partai lain semisal Liga Muslim-Quaid-e-Azzam (PML-Q) yang berkuasa, atau Liga Muslim-Nawaz (PML-N) yang dikendalikan mantan perdana menteri Nawaz Sharif. ”Karachi adalah kota milik PPP dan MQM,” ujar Syed Zaigham Hussain, pemimpin redaksi majalah berbahasa Inggris, Ambassador.

Hussain sendiri loyalis PPP, meski lahir dan besar di kawasan North West Frontier Province (NWFP), wilayah para mullah, yang secara historis adalah konstituen Partai Nasional Awami (ANP) pimpinan Asfandyar Ali Khan, tokoh berpengaruh puak Pashtun. ”Ketika Zulfikar Ali Bhutto dihukum gantung, ibu saya yang aktivis PPP juga dipenjarakan selama tiga bulan,” ujarnya. Ia yakin PPP akan menang dalam pemilu parlemen kali ini.

Hussain seperti menggaungkan optimisme Ketua PPP, Asif Ali Zardari, yang siangnya berkampanye di Faisalabad, Punjab Tengah. ”Jika pemilu berlangsung jujur dan adil, PPP akan meraih lebih dari 50 persen suara dan membentuk pemerintahan,” katanya di depan ribuan warga PPP di Taman Iqbal. Simpati masyarakat pada puak Bhutto, yang tercermin pada kehadiran tiga juta warga yang menjemput kepulangan Benazir dari pengasingan, 18 Oktober 2007, menopang keyakinan Zardari.

Di Provinsi Sindh—Karachi termasuk wilayahnya—slogan ”Vote Bhutton jo kariz aa” (memilih Bhutto adalah utang bersama yang harus dilunasi) terdengar seperti koor. Dari Kahuta, Provinsi NWFP, Nawaz Sharif juga menyatakan keyakinannya akan kekalahan PML-Q, kendaraan politik Presiden Pervez Musharraf. ”Dukungan Amerika Serikat memperbesar sentimen anti-Musharraf, karena kami berjuang untuk demokrasi, sedangkan dia demi kediktatoran,” katanya. Di hari-hari terakhir menjelang pemilu, sebuah jajak pendapat menunjukkan anjloknya popularitas Musharraf.

Amerika memang memiliki kepentingan besar di Pakistan dengan dalih memerangi Al-Qaidah dan Taliban. Menurut para pengamat, sekarang Amerika terjepit antara mendukung Musharraf, yang merupakan teman sejalan melawan terorisme, atau berpihak pada kelompok prodemokrasi yang digerakkan oposisi. Namun, kubu Partai Demokrat yang menguasai Kongres sudah meminta Presiden George W. Bush mengaitkan semua bantuan bagi Pakistan dengan alasan meningkatkan demokrasi dan kebebasan di negeri itu.

Chaudry Shujaat Hussain, nakhoda PML-Q yang kini menentukan arah pemerintahan, tidak terlalu mengkhawatirkan kebangkitan oposisi. ”Klaim Zardari itu sangat khas PPP,” katanya dalam wawancara dengan majalah Herald, edisi khusus pemilu 2008. ”Jika menang pemilu, mereka bilang prosesnya jujur dan adil, tapi jika pihak lain yang menang, mereka berkoar-koar terjadi kecurangan dan penggelembungan suara.”

Dalam sejarah dinamika pemilu Pakistan, hasil akhir bisa saja tak terduga, seperti ketika pada 1997 Nawaz Sharif naik ke kursi perdana menteri. Ketika itu para analis politik sepakat tak akan ada pemenang mayoritas, sehingga terjadi pemerintahan koalisi. Tak dinyana, Nawaz justru mencetak kemenangan mengesankan yang hanya bisa dilakukan pendiri PML, Mohammad Ali Jinnah, setengah abad sebelumnya.

Senin pekan ini Pakistan menentukan masa depan. Belum jelas betul apakah para pemilih ikut ”menari” untuk simpati mereka pada Benazir, seperti dilakukan Aslam dan kawan-kawan di Ghuslan-e-Jauhar, atau justru mempercayakan kelanjutan dominasi PML-Q di panggung politik negeri itu.

Akmal Nasery Basral (Karachi, Pakistan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus