Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Messina seakan-akan tak terselamatkan. Sebuah wilayah di tepi Selat Messina, di daerah otonomi Sisilia, Italia, itu begitu kelam. Bertahun-tahun kota itu dibekap kemiskinan, korupsi, dan kejahatan terorganisasi. Penduduknya tak percaya kepada pemerintah.
Harapan itu datang sejak pertengahan tahun ini, sejak Messina memiliki wali kota baru: Renato Accorinti, 59 tahun. Lihat salah satu aksinya dalam Festival Madonna di Sisilia pada akhir pekan di pengujung September lalu. Hajatan yang sudah digelar sejak lima abad lalu itu biasanya menjadi panggung bagi para pejabat dan penjahat alias mafia untuk unjuk kekuatan. Mereka pamer kekayaan dan pasukan pengaman.
Accorinti datang ke tengah kerumunan dengan bertelanjang kaki sembari menarik gerobak. Alih-alih bermanis-manis dengan para mafioso yang datang, dia justru menantang. Accorinti mengenakan kaus Addio Pizzo, gerakan antimafia, dengan tulisan tegas: "Orang yang tak perlu membayar untuk perlindungan adalah orang bebas." Publik menyambutnya dengan sorak-sorai.
Sang Wali Kota menyahut sambutan khalayak dengan melompat dari gerobak ke panggung di depan katedral. "Ini adalah festival terbuka, dan saya bagian dari masyarakat. Messina masih punya masa depan. Kita bisa kuat bersama-sama," katanya.
Di hari-hari biasa, Accorinti kerap terlihat di jalanan kota dan blusukan ke daerah-daerah permukiman, dengan tetap nyeker. Dalam perjalanannya itu, warga kota selalu menyambutnya hangat. Biasanya, tak lama ia berjalan, orang-orang sudah mengerumuninya. "Bagi kami, Anda seperti Paus." Pak Wali Kota pun dipeluk dan dicium warganya.
Awal Accorinti bertelanjang kaki adalah ketika dia terpilih. Diusung para pendukungnya. Accorinti menanggalkan sepatu dan bajunya, kemudian berlari ke balai kota. "Sekarang saya memiliki alat untuk membuat perubahan, tapi politik tidak lebih dari sebuah layanan," ujarnya.
Tanpa kendaraan partai, Accorinti maju sebagai kandidat independen. Dia berkampanye bersama gerakan arus bawah yang mengusung semangat "biarkan kami mengubah Messina dari bawah". Tak kenal lelah, dia berkampanye menawarkan perubahan langsung ke warga kota dari pintu ke pintu. Hasilnya, terpilihlah dia sebagai wali kota di daerah berpenduduk sekitar 250 ribu orang itu dengan perolehan suara 52,8 persen.
Kebijakan pertamanya adalah membuka akses seluas-luasnya kepada warga langsung ke balai kota. Kini balai kota menjadi tempat nyaman bagi penduduk untuk mengadu. Warga miskin dan gelandangan tak ditolak.
Berjuang bersama warga miskin bukan hal baru bagi Accorinti. Guru pendidikan jasmani yang tinggal di rumah susun khusus pekerja bersama ibunya yang sudah pikun ini pernah menolak megaproyek jembatan Selat Messina. Pada 2002, ketika pembangunan jembatan gantung yang dirancang sepanjang tiga kilometer itu diluncurkan, Accorinti memanjat menara transmisi di tempat yang direncanakan menjadi lokasi proyek. Di ketinggian 220 meter, dia membentangkan spanduk bertulisan penolakan pembangunan jembatan.
Proyek jembatan itu merupakan program ambisius pemerintah Silvio Berlusconi. Namun, bagi Accorinti, jembatan tersebut hanya akan memicu kerusakan lingkungan. Yang tak kalah merugikan, megaproyek tersebut hanya menjadi lahan baru bagi koruptor dan mafia untuk mengeruk keuntungan sendiri. Menurut Accorinti, dana dan sumber daya miliaran euro untuk pembangunan jembatan lebih berguna jika dialihkan buat pengembangan moda transportasi penyeberangan.
Kini Accorinti lebih punya kekuatan menentang rencana tersebut, walau penolakan itu hanya satu dari segunung tugasnya. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mengurusi publik. Bagian protokol balai kota mencatat waktu tidurnya hanya tiga jam sehari.
Pada suatu pernyataan di bar umum, seorang mantan siswanya sempat sangsi bahwa semangat dan kerja keras Accorinti bisa membuahkan perubahan. Sang Wali Kota menjawab kalem, "Yakinilah, semua bisa berubah membaik."
Harun Mahbub (Der Spiegel, Demotix, MafiaExposed)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo