Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengatakan kepada para pemimpin Israel selama kunjungan kerjanya ke negara itu bahwa tindakan militernya di Gaza “sudah keterlaluan”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia juga menyerukan gencatan senjata segera agar bantuan segera mengalir ke Gaza, dan menyatakan keprihatinan mendalam Singapura terhadap situasi kemanusiaan yang mengerikan, kata Kementerian Luar Negeri Singapura dalam pernyataan pada Rabu 20 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat berada di Israel pada Selasa dan Rabu sebagai bagian dari perjalanan kerja 10 hari ke Timur Tengah, Balakrishnan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Isaac Herzog, serta pejabat lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, ia menyampaikan simpati Singapura kepada seluruh keluarga yang terkena dampak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Meskipun ia menyatakan bahwa apa yang terjadi pada hari itu adalah "tindakan teror yang jelas, mencolok, dan keji", ia juga berbicara tentang tindakan militer Israel yang terjadi setelahnya.
"Kami mempunyai perbedaan dengan Israel, dan itulah sebabnya diskusi hari ini, menurut saya, jujur, terus terang, kadang-kadang bahkan brutal, jika perlu. Kami yakin bahwa respons militer Israel kini sudah keterlaluan. Saya sudah menyampaikan hal itu kepada perdana menteri, menteri luar negeri, dan warga Israel lainnya yang kami temui.”
Menyerukan pembebasan yang aman, tanpa syarat dan segera semua sandera sipil dari Gaza, ia juga mengharapkan gencatan senjata kemanusiaan segera.
Pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dilanjutkan di ibu kota Qatar minggu ini, setelah usulan balasan Hamas pekan lalu ditolak oleh Israel.
Kedua belah pihak telah membahas gencatan senjata selama enam minggu, yang akan membebaskan sekitar 40 sandera Israel dengan imbalan ratusan tahanan Palestina dan bantuan yang akan dikirim ke Jalur Gaza.
"Saya tidak tahu apakah perundingan di Doha akan membuahkan hasil. Saya masih berharap akan ada gencatan senjata kemanusiaan segera. Saya berharap para sandera akan dibebaskan," kata Balakrishnan.
"Tetapi saya tidak tahu seberapa dekat atau kapan hal itu akan terjadi. Tapi menurut saya sekarang, konflik ini belum selesai. Anda mungkin mendapat jeda sementara, tapi saya pikir kita harus bersiap bahwa hal ini mungkin masih berlanjut."
Untuk saat ini, semua mata tertuju pada Rafah, tempat perlindungan terakhir di Gaza bagi lebih dari satu juta pengungsi Palestina di Gaza. Meski Israel menjanjikan lokasi ini aman bagi warga Palestina, mereka berkukuh untuk melakukan serangan darat karena yakin pejuang Hamas bersembunyi di sana.
Netanyahu mengatakan pada Selasa bahwa dia telah menolak permintaan Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk membatalkan rencana serangan darat di Rafah.
Ketika ditanya tentang sikap Singapura mengenai kemungkinan operasi Rafah, Balakrishnan mengatakan: "Kami sangat prihatin bahwa serangan ini, atau serangan yang direncanakan, ke Rafah akan berdampak signifikan pada orang-orang yang saat ini berada di wilayah tersebut. Kami telah menyatakan keprihatinan itu."
Balakrishnan juga menjelaskan bahwa warga Singapura perlu "memahami pentingnya keterlibatan secara menyeluruh", dan bahwa Singapura "tidak boleh bersembunyi".
“Kami harus menghadapi dunia apa adanya. Kita harus mampu menyampaikan posisi secara akurat, tidak dengan cara yang provokatif, tapi jelas dan tidak ambigu,” ujarnya.
Mengenai apakah hubungan Singapura-Israel akan terpengaruh jika Netanyahu menolak untuk tunduk pada tekanan internasional, Balakrishnan mengatakan bahwa "kita harus melihat apa yang terjadi".
“Pada akhirnya, dialah orang yang harus membuat keputusan untuk Israel. Kami bukan pemimpin Israel. Dia bertanggung jawab kepada rakyatnya. Dan dia juga akan bertanggung jawab atas konsekuensinya.”
“Kami mengharapkan yang terbaik, namun kami juga harus bersiap bahwa ini adalah satu lagi kekerasan yang terjadi di wilayah yang sangat bermasalah ini,” tambahnya.
Dalam siaran persnya pada Rabu, Kemlu Singapura mengatakan Balakrishnan menyoroti dukungan Singapura terhadap solusi dua negara yang dinegosiasikan sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan selama kunjungannya.
Ini adalah “satu-satunya jalan menuju perdamaian yang komprehensif, adil dan tahan lama” antara Israel dan Palestina”, kata Kemlu.
Singapura akan terus bekerja sama dengan mitra regionalnya, termasuk Yordania dan Israel, untuk memfasilitasi misi penerjunan udara Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Balakriishnan meninggalkan Israel pada Rabu menuju Uni Emirat Arab. Ia juga akan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi sebagai bagian dari perjalanannya ke Timur Tengah.
Selama kunjungannya ke Ramallah pada Senin, Balakrishnan memberikan informasi terbaru kepada para pemimpin Palestina tentang bantuan kemanusiaan Singapura ke Gaza, termasuk bantuan tahap ketiga dan sumbangan sebesar S$6,1 juta yang dikumpulkan oleh Yayasan Rahmatan Lil Alamin untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Pilihan Editor: Sekolah di Singapura bakal Ajarkan Konflik Israel Palestina sesuai Kelompok Usia Siswa
CHANNEL NEWSASIA