SELEPAS menghadiri pembukaan Muktamar Kadin dan Pertukaran
Komoditi Islam ke-4 di Istana Negara Senin lalu, Menlu Mochtar
Kusumaatmadja menyisihkan tempo 1/2 jam untuk menjawab
pernyataan Isma Sawitri dari TEMPO. Berikut ini petikannya:
PM Nakasone menyatakan usaha Jepang memperkuat potensi
pertahanannya tidak perlu dipandang sebagai ancaman terhadap
ASEAN. Pendapat Anda?
Kalau memang ini benar tentu menggembirakan. PM Nakasone rupanya
menyadari peningkatan potensi militer itu menimbulkan tantangan,
tidak hanya dari ASEAN, juga dari dalam negeri sendiri.
Pernyataan Nakasone itu akan disambut baik sebagai usaha
menenteramkan kekhawatiran di kawasan ini.
Bagaimana penilaian Anda tentang konsep 1.000 mil laut dari
Jepang Hubungannya dengan sea-lane?
Seribu mil itu merupakan perimeter. Dalam jarak itu Jepang,
kalau tidak salah, akan memperkuat pertahanannya. Antara lain,
karena AS meminta mereka mengawasi lalu-lintas kapal perang Uni
Soviet dari wladiwostok ke selatan. Memang pernah ada statement,
seolah-olah konsep itu bermaksud melindungi alur laut. Ini
menimbulkan kekhawatiran juga karena semua alur laut berada di
luar perimeter 1.000 mil. Tapi saya yakin konsep 1.000 mil itu
untuk pertahanan Jepang, bukan untuk alur laut. Setidaknya untuk
perlindungan kaal-kapal Jepang yang berlayar di alur laut sejauh
perimeter 1.000 mil.
Benarkah dalam pembicaraan dengan Nakasone akan disinggung
masalah Cina?
Saya rasa akan ada pertukaran pandangan. Nakasone akan memberi
informasi tentang Cina. Tapi dalam hal ini inisiatif datang dari
mereka, bukan kita.
Bagaimana tentang bantuan kerja sama Jepang?
Dalam hal ini kita bisa menelusuri pengalaman lama. Dulu waktu
PM Fukuda berkunjung ke mari, dia datang dengan Fuksda Plan.
Dia menawarkan bantuan 1 milyar yen dimaksudkan untuk proyek
bersama ASEAN. Tapi ini belum sepenuhnya dilaksanakan,
tersendat-sendat. Kemudian datang Suzuki dengan program empat
pasalnya, antara lain, mengutamakan alih teknologi, kerja sama
budaya, dan human resources development. Bila Nakasone datang
kita tinggal menagih pemenuhan rencana Fukuda dan program Suzuki
itu yang sampai sekarang belum sepenuhnya terpenuhi.
Ada hal lain yang akan dibicarakan? Ya. Akan dibicarakan gagasan
untuk bersama-sama mengembangkan kekayaan hayati laut - marine
resources development program. Dilihat dari sudut Indonesia ini
merupakan konsekuensi logis dari diakuinya Wawasan Nusantara.
Masalahnya, setelah wawasan diakui mau diapakan? Kemampuan
teknologi dan permodalan kita sangat terbatas. Di pihak lain
Jepang berkeinginan dengan kekayaan hayati ini. Terutama ikan.
Jadi diharapkan ada kerja sama Indonesia-Jepang dalam bidang
kekayaan laut ini. Gagasannya saja dulu yang akan dibicarakan,
persetujuan belum tentu tercapai sekarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini