Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tentara Myanmar membantai dan membakar 12 warga desa.
Mahkamah Agung Filipina mecabut pasal Undang-Undang Antiterorisme yang melanggar kebebasan berekspresi.
13 pesawat tempur Cina memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
Myanmar
Militer Membantai Warga Desa Done Taw
TENTARA Myanmar atau Tatmadaw menyerbu Done Taw, desa di Wilayah Sagaing, pada Selasa, 7 Desember lalu. Mereka membantai dan membakar 12 warga desa, termasuk seorang anak. Penduduk menyatakan semua korban tidak bersenjata dan dibakar hidup-hidup. Korban diduga anggota pasukan perlawanan lokal. Serangan itu terjadi setelah gerilyawan menyerang sepasukan tentara di dekat desa tersebut pada 6 dan 7 Desember lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah seorang korban adalah penyandang gangguan ingatan yang juga pemilik kebun sirih tempat pembantaian terjadi. “Dia mengelola kebun sirih dan dibunuh di kebunnya sendiri,” ucap pemimpin Pasukan Pertahanan Rakyat Done Taw kepada Myanmar Now. Penduduk tidak dapat mengidentifikasi orang-orang yang hilang di antara 2.000 penduduk desa, yang sebagian besar mencari nafkah dengan bertani bawang merah dan sirih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ribuan penduduk telah mengungsi dalam beberapa bulan terakhir akibat serangan militer besar-besaran di kawasan tersebut. Tentara dilaporkan telah membantai penduduk di berbagai tempat. Akhir Juli lalu, penduduk Kotapraja Kani di Sagaing menemukan selusin mayat, termasuk anak berusia 14 tahun, di dekat hutan. Pada bulan yang sama, penduduk menemukan 15 mayat di dekat hutan Yin dan 13 mayat di dekat Desa Zee Pin Twin.
Filipina
Mahkamah Agung Menolak Sebagian Undang-Undang Antiterorisme
MAHKAMAH Agung Filipina menyatakan dua bagian dari Undang-Undang Antiterorisme yang kontroversial tidak konstitusional pada Kamis, 9 Desember lalu. Putusan ini mengecewakan 37 kelompok hak asasi manusia yang meminta pembatalan undang-undang yang dinilai mengancam kebebasan sipil dan dapat disalahgunakan untuk menyasar lawan pemerintah tersebut.
Mahkamah antara lain membatalkan definisi terorisme, yang memasukkan ihwal advokasi, protes, perbedaan pendapat, mogok kerja, aksi industrial atau massa, dan kegiatan serupa berdasarkan hak-hak sipil dan politik. Mahkamah menilai hal-hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai terorisme. Hal ini inkonstitusional, “Karena (definisinya) terlalu luas dan melanggar kebebasan berekspresi,” kata Kantor Informasi Publik Mahkamah Agung sebagaimana dikutip Philstar.com.
Mahkamah tidak mencabut salah satu ketentuan yang paling dikritik, yakni mengenai masa penahanan tersangka teroris selama 14 hari yang dapat diperpanjang 10 hari sebelum diadili. Dua petani ditahan dengan undang-undang ini selama hampir setahun pada 2020. Belakangan, pengadilan membebaskan mereka karena jaksa gagal membuktikan identitas keduanya sebagai pelaku terorisme. Pemerintah juga menetapkan Partai Komunis Filipina (CPP), Tentara Rakyat Baru, Front Demokratik Nasional Filipina, dan 19 orang yang diduga anggota CPP sebagai teroris. Padahal empat di antara mereka adalah konsultan perdamaian.
Taiwan
Pesawat Tempur Cina Memasuki Zona Pertahanan Udara
KEMENTERIAN Pertahanan Taiwan mengatakan 13 pesawat Cina memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) pada Jumat, 10 Desember lalu. Pesawat itu antara lain jet tempur, pesawat pengebom, dan pesawat patroli anti-kapal selam. Pada Selasa, 7 Desember lalu, Kementerian juga mengidentifikasi enam pesawat tempur di kawasan tersebut. Sebagai tanggapan, Taiwan mengirim pesawat tempur, memberi peringatan melalui radio, dan mengaktifkan sistem rudal pertahanan udara. Demikian dilaporkan Taiwan News.
Sejak September tahun lalu, jumlah pesawat tempur Cina yang memasuki ADIZ Taiwan meningkat. Ini bersamaan dengan makin dekatnya hubungan Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai bagian dari Cina, dengan Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden. Kerja sama militer Cina dan Amerika kemudian juga meningkat.
ADIZ disebut sebagai zona abu-abu karena berada di luar wilayah udara suatu negara. Pesawat yang melintas hanya diminta mengidentifikasi dirinya kepada pengawas lalu lintas udara. Taktik Cina ini dinilai sebagai bentuk gertakan terhadap Taiwan. Global Times, media Cina pro-Beijing, menyatakan tentara Cina akan menyerang pasukan Amerika yang datang untuk menyelamatkan Taiwan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo