PENGADILAN Berlin Barat membebaskan Marinus van der Lubbe. Tapi
ketetapan baru itu (diputuskan 15 Desember) tak akan mengubah
nasib Van der Lubbe menikmati udara kebebasan. Ia yang didakwa
membakar gedung Reichstag (Parlemen) telah menjalani hukuman
mati, Januari 1934, di zaman Hitler.
Sekalipun demikian nama keluarga Van der Lubbe kini dianggap
mulai bersih. Jan van der Lubbe, saudara kandung Marinus, kini
tinggal di Amsterdam yang kelak menikmati kemenangan itu secara
moral dan material. Ia bersama Dr. Robert Kempner, penasihat
hukum-nya, tampak akan meneruskan perkara itu dengan menggugat
pemerintah Jerman Barat. "Kini kami tinggal mencari peluang
memperoleh kompensasi atas kematian Marinus," ujar Kempner.
"Pengadilan mengatakan bahwa ia tidak bersalah sebagai
dituduhkan semula."
Jan dan Kempner sudah berusaha hampir 15 tahun untuk membebaskan
Marinus dari segala tuduhan -- kendati terdakwa sudah almarhum.
Pengadilan Berlin Barat, tahun 1967, pernah mengubah ketetapan
hukuman mati atas Marinus menjadi hukuman penjara delapan tahun.
Pengadilan juga mencabut ketetapannya yang menyebut tertuduh
seorang pengkhianat. Tapi ia tetap didakwa sebagai pemhakar
tunggal gedung Reichstag di Berlin.
Adalah Kempner, kini berusia 81 tahun, yang menemukan sejumlah
bukti kesaksian kuat bahwa pelaku pembakaran gedung Reichstag
(27 Februari 1933 malam) sesungguhnya bukan Marinus. Kempner
ketika jadi Jaksa Penuntut di Pengadilan Kejahatan Perang
Nuremburg pernah memeras sejumlah pengakuan dari mulut
Reicbmarshal Hermann Goering, tangan kanan Hitler, Kempner
tertarik dengan peristiwa itu karena kebetulan ia menyaksikan
kebakaran gedung tadi. Ia melihat Goering yang turun dari gedung
Reichstag mengumumkan bahwa pelakunya kaum komunis.
Kempner menginterogasi Goering di Nuremburg, Oktober 1945. "Saya
tanya padanya, bagaimana dia (Goering) tahu bahwa kaum komunis
pelaku pembakaran," tutur Kempner mengulangi peristiwa itu. "Dia
menjawab bahwa pernyataan tersebut berdasar penyelidikan." Tapi
setelah didesak, Goering akhirnya menjawab: "Fuhrer menyuruh
membuat pengumuman itu."
Para sejarahwan kemudian menemukan sejumlah bukti bahwa
kebakaran gedung Reichstag dilakukan pasukan gerak cepat Partai
Nazi sendiri. Lewat sebuah terowongan bawah tanah -- yang
menghubungkan tempat tinggal Goering dengan Reichstag -- pasukan
gerak cepat tadi menyebarkan bensin dan berbagai bahan yang
mudah terbakar di dalam gedung itu. Mereka kemudian menyulut dan
meledakkannya.
Hitler dan Menteri Propaganda Josef Goebbels bergegas melihat
nyala api yang mulai melahap gedung itu. Menurut sejarahwan,
Goering ketika itu segera berkata kepada Kepala Gestapo (Polisi
Rahasia): "Inilah awal revolusi komunis baru . . . Maka sejak
malam ini setiap pimpinan komunis harus segera digantung."
Ketika diinterogasi Kempner, Goering membantah pernah
mengeluarkan pernyataan tersebut. "Saya memang yang menyulut api
di Reichstag," katanya. Tapi justru peristiwa kebakaran itulah
yang kemudian menyeret para tokoh Partai Komunis Jerman
ketahanan dan Partai Komunisnya sendiri lalu dibubarkan.
Nasib malang memang sedang menimpa Marinus. Ia ditangkap ketika
petugas keamanan mendapatinya berada di dalam gedung Reichstag
yang sedang dijilat api. Para penyidik ketika itu kurang
mempercayai bahwa kebakaran besar tadi hanya dilakukan Marinus
sendiri. Bila toh ia memang benar melakukannya, pastilah ia
merupakan salah satu pelaku saja. Selain Marinus, pengadilan
dulu juga menyeret Torgler, wakil komunis di Reichstag
Dimitroff, Popoff dan Taneff -- ketiganya dari Partai Komunis
Bulgaria. Tapi mereka, kecuali Marinus, kemudian dibebaskan.
Berdasar sejumlah kesaksian baru tersebut, Marinus jelas
hanyalah merupakan korban permainan politik tingkat tinggi.
Kenapa Fuhrer harus melakukan hal itu? Ketika itu, Hitler memang
sedang berusaha menggalang kekuasaan. Sekalipun ia berhasil
menduduki jabatan kanselir (30 Januari 1933), Partai Nazi belum
merupakan kekuatan mayoritas dan memiliki kontrol mutlak di
Reichstag. Partai Komunis dan Nasionalis masih mempunyai cukup
suara untuk menggagalkan kebijaksanaan Hitler di Reichstag.
Ketika keanggotaan Reichstag dikurangi dari 591 jadi 196, Partai
Nazi banyak mengalami kemunduran pada pemilihan umum November
1932. Goebbels kemudian menasihati Hitler agar segera
melenyapkan kekuatan oposisi dengan jalan keji --sebab bila
suatu saat kekuatan oposisi berkoalisi, kedudukan Partai Nazi
kelak terancam. Lalu, 27 Februari 1933 malam, 10 agen dipimpin
Karl Ernst diam-diam menyelinap ke Reihstag lewat terowongan
bawah tanah rumah Goering. Mereka inilah, para pelaksana
kebijaksanaan Hitler, yang membakar gedung itu.
Sehari setelah peristiwa tersebut Hitler mengumumkan keadaan
darurat dan sebuah dekrit pun kemudian diumumkannya dengan dalih
melindungi rakyat dan negara. Sesudah 81 tokoh Partai Komunis
Jerman ditangkap, Partai Nazi kemudian berhasil menguasai
Reichstag. Sejarah kemudian mencatat, sejak Maret 1933 Ruhrer
mutlak menjadi seorang diktator.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini