MASYARAKAT Cina sekarang ternyata cenderung lebih memilih "jalan kapitalis" ketimbang masyarakat sosialistis yang dulu digembar-gemborkan. Ini merupakan kesimpulan dari suatu poll (pengumpulan pendapat umum) yang diungkapkan harian Economic Daily pekan silam. Menurut poll yang dilakukan Juni lalu terhadap 3 ribu orang yang tinggal di 17 kota di RRC itu, 84% setuju untuk menghapuskan prinsip egaliterisme (sama rata sama rasa), dan 60% condong membiarkan sejumlah orang untuk bisa lebih dulu kaya dibanding yang lain. Selain itu, 82% responden mendukung reformasi ekonomi yang dilancarkan delapan tahun silam, meski banyak yang merasa program itu lebih menguntungkan petani, wiraswastawan, dan "mereka yang mencari keuntungan pribadi dengan menyalahgunakan kekuasaan". Di sisi lain, 78% responden mengatakan, reformasi yang dicanangkan di kota-kota pada Oktober 1984 -- yang memberikan lebih banyak wewenang pada pimpinan pabrik serta mengaitkan besarnya gaji dengan tingkat produktivitas mendapat "halangan berat". Sebagian besar responden berpendapat, halangan terhadap reformasi ini terutama datang dari pejabat kelas menengah yang "tidak kompeten dan berpikiran sempit". Sisanya menyebutkan birokrasi, hak-hak istimewa, tradisi lama, serta penyalahgunaan kekuasaan sebagai ganjalan terhadap kebijaksanaan ekonomi baru itu. Para responden meliputi karyawan, pegawai negeri, mahasiswa, usahawan dan juga penganggur. Hasil poll ini menarik. Pengumpulan pendapat umum jarang sekali dilakukan di Cina, bahkan tak terbayangkan akan terjadi di masa rezim Mao. Meski hanya dilakukan pada masyarakat kota, hasil poll ini menunjukkan bagaimana telah berubahnya masyarakat Cina dalam waktu 10 tahun setelah Mao meninggal. Mencari untung, mengejar kekayaan pribadi, berwiraswasta, bonus buat yang berprestasi tinggi -- semua tindakan yang diharamkan pada zaman Mao -- kini malah dianjurkan dan ternyata diterima. Pengumpulan pendapat umum ini juga membuktikan, kebijaksanaan Deng Xiaoping mendapat dukungan luas dari masyarakat Cina. Memang, setelah pernah mengantungi cukup uang, punya lemari es dan televisi warna, serta secara relatif bisa bebas berbicara, siapa lagi yang ingin kembali ke zaman kegelapan seperti di masa lampau ?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini