Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tiga Ketukan Dipintu Sejarah

Eks perdana menteri Iran Shapur Bakhtiar mengadakan konperensi pers 90 menit dari persembunyiannya di Paris. Ia di hukum mati "in absentia" oleh Ayatullah Khalkali, presiden pengadilan Islam. (ln)

11 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HOTEL besar PLM Saint Jacques di Paris 14 mendadak sibuk. Berbagai peralatan radio dan televisi dipasang di salon hotel di Paris bagian selatan itu. Ada apa. Tak seorang pun tahu. Esok paginya, Selasa 31 Juli, Shapur Bakhtiar, eks Perdana Menteri Iran, muncul di ruang yang dialasi permadani merah itu. Ia tetap kurus, banyak tersenyum seperti dulu. Di sekitarnya, beberapa petugas keamanan Perancis berpakaian preman berjaga-jaga. Ratusan wartawan plus juru potret membombardir wajahnya. Hari itu pemunculannya yang pertama kali sejak 10 Pebruari. Tak seorang pun tahu di mana ia bersembunyi. Ia beristerikan orang Perancis. Anak-anaknya menjadi warganegara Perancis, salah satu di antaranya bekerja dalam Dinas Rahasia Perancis. Ia telah dijatuhi hukuman mati in absentia oleh ayatullah Khalkali, presiden Pengadilan Islam di Teheran. Sebelumnya, ia dinyatakan "melarikan diri ke luar negeri" oleh Imam Khomeini. Le Figaro, harian Perancis sayap kanan menyebutkan bahwa Bakhtiar telah bersembunyi selama 4 bulan di Iran. Ia diselamatkan oleh para pendukungnya di suatu tempat antara Ispahan dan Chiraz. Dan bulan lalu ia berhasil lolos ke Teluk Persia, di mana ia mendapatkan sebuah pesawat terbang yang membawanya ke suatu negara Barat. Michel Poniatowski beberapa bulan yang lalu pernah menyatakan bahwa Bakhtiar berada di 350 kilometer dari Clermont-Berrand, Perancis. Waktu itu Poniatowski masih menjadi menteri bawahan Giscard d'Estaing. Dan sebagian orang menduga kini Bakhtiar tinggal di dekat danau Jenewa. Konperensi pers Shapur Bakhtiar ini berlangsung 90 menit dalam suasana misteri, seperti komentar pers Perancis. Tapi pernyataannya menempati halaman. pertama suratkabar Paris. Sedang dua saluran teve Perancis TF 1 dan Antenne 2 menyiarkan wawancara khusus. Selain Bakhtiar tak mau menyatakan di mana ia sembunyi dan tempat tinggalnya sekarang, umumnya media Perancis pun tak mau menyebutkan di mana konperensi pers itu berlangsung. Banyak yang menuliskan "di sebuah hotel besar di Paris" atau "di sebuah hotel besar di rive-gauche (sebelah kiri Sungai Seine)." Hanya koran golongan sosialis Le Matin de Patrs memberitakan bahwa konperensi itu telah berlangsung di salon hotel PLM Saint Jacques. Korespondcn TEMPO Noorca M. Massardi di Paris telah merekam pernyataan Shapur Bakhtiar. Berikut ini petikannya:  Saya gembira kini bisa bebas setelah hampir 6 bulan berada dalam "tahanan" yang sifatnya pribadi. Saya membaca dan menulis di suatu tempat. Waktu terakhir kali saya meninggalkan ruang kerja saya di Teheran, peluru berdesingan di atas kepala saya. Seandainya saya masih tinggal satu menit lagi niscaya saya tak akan bertemu dengan anda semua dalam keadaan seperti sekarang.  Iran adalah negara Islam sejak 1400 tahun tapi ia tak pernah berusaha untuk menjadi rejim Islamis. Sungguh terlambat bila kini Tuan Khomeini hendak menerapkan sistim macam itu. Banyak orang tahu bahwa Khomeini hendak menyeret negeri ke jalan buntu, tapi mereka berlagak tidak tahu.  Revolusi Iran adalah kemunduran ke masa silam. Sedang tuntutan saya adalah peningkatan di segala bidang yakni politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Saya berharap Shah akan memenuhi hal itu. Tapi ternyata tidak. Coba dulu ia mau mendengarkan saya, keadaannya tak akan sampai seburuk ini.  Awal dari segala bencana itu adalah akibat dari kesalah-fahaman yang besar -- sangat besar -- antara Khomeini dengan lapisan kekuatan bangsa, antara lain Front Nasional. Di satu fihak rakyat berjuang melawan diktatur dan korupsi untuk tegaknya kebebasan dan independensi. Di lain fihak Khomeini hanya berjuang untuk mendirikan suatu rejim Islamis yang sangat, sangat spesial. Rejim yang tak bisa difahami siapa pun, bahkan oleh Bazargan sendiri. Rejim yang tak punya tujuan. Sedang Khomeini sendiri tak pernah punya pron yang tersusun baik.  Tentang Front Nasional, saya bentrok dengan Karim Sandjabi dan saya tak akan pernah bersatu kembali, untuk selamanya. Mereka telah salah jalan dan kini mereka menyesal. Mereka adalah golongan arrivistes yang siap berbuat apa saja akibat haus akan kekuasaan dan kehormatan.  Ketika kami berjuang melawan diktatur, para mullah mendapatkan berbagai kebebasan di mesjid-mesjid. Seluruh partai politik waktu itu masih dilarang Para mullah harus kembali ke mesjid-mesjid mereka. Bukan hanya saya yang mengatakan hal ini. Pun Ayatollah Shariat Madari dan Taleghani tak henti-hentinya menyerukan hal ini. Agama harus dipisahkan dari politik.  Golongan ciite Iran -- yang jumlahnya sekitar 800 ribu -- harus menyatakan kebenaran dan membentuk opini publik bagi terciptanya suatu negara demokrasi dengan kesadaran nasional. Pemilihan umum yang baru, yang sesungguhnya, sangat mutlak dilakukan.  Saya tak punya keinginan untuk membentuk pemerintahan Iran dalam pengasingan, tidak membentuk partai oposisi di luar negeri dan tak mencalonkan diri atau mengirim kawan-kawan untuk ikut serta dalam pseudo-elections dalam Majelis Konstituante tanggal 3 Agustus ini. Sebab saya tetap mengatakan: tidak, bagi terbentuknya Republik Islam macam itu. Dan bila konperensi pers ini saya lakukan 13 hari sebelum pemilu itu hanyalah kebetulan belaka.  Dulu saya berpikir bahwa sekali Shah pergi maka agitasi akan berhenti. Tapi mereka telah memanfaatkan kaum muda tak berbudaya yang berumur 16 sampai 20 tahun untuk terus membuat huru-hara di jalanan. Tapi betapa pun, dalam waktu kurang dari sebulan saya telah berhasil menyingkirkan Shah, menghapuskan Savak dan membubarkan fondasi Pahlavi. Dan saya kira, orang Front Nasional --termasuk Sandjabi -- akan melihat bahwa saya tak melakukan hal lain kecuali melaksanakan program yang telah kami perjuangkan selama bertahun-tahun.  Membantai para perwira militer adalah suatu kesalahan yang amat besar. Saya sangat berdukacita. Mereka sebagian besar adalah orang bersih. Pada situasi seperti sekarang ini, suatu kudeta militer tidak akan terjadi. Tapi hal itu akan datang pada suatu hari nanti. Saya punya banyak kawan dengan siapa saya berhubungan. Mereka di Iran, kini mulai menyadari bahwa saya benar ketika saya nyatakan bahwa ayatullah membawa bencana.  Golongan minoritas berhak menentukan nasibnya sendiri tapi dalam penyelesaian secara nasional.  Pembunuhan terhadap Hoveyda adalah tindakan kriminil yang amat berat. Sebelum dieksekusi, hukuman harus sudah dijatuhkan terlebih dahulu. Tapi Hoveyda dibunuh begitu saja.  Pada saat terakhir kekuasaan saya, saya tetap memerintahkan kepada Angkatan Bersenjata untuk tidak membunuh siapa pun kecuali seseorang yang hendak menggantikan bendera Iran dengan bendera lain di dalam negeri. Lalu saya pergi. Saya akan bernasib sama seperti Allende bila saya tetap tinggal di tempat.  Saya bukan lagi Perdana Menteri tapi Bazargan pun kini bukanlah Perdana Menteri. Bagaimana bisa ada Perdana Menteri sedang pemerintahan pun tidak ada.  Hidup saya? Saya hidup dengan biaya apa adanya. Apa Saudara pikir saya pergi dengan mengantongi banyak uang? Selesai konperensi pers, di luar hotel itu, Bakhtiar telah ditunggu para simpatisannya yang berjumlah sekitar 50 orang. Mereka orang Iran! Dan Bakhtiar melambaikan tangan. Kemudian mobil Audi, yang diiringi para pengawalnya, membawa Bakhtiar menghilang dalam kesibukan Paris, entah menuju ke mana. "Ia tak membuat kejutan apa-apa. Ia hanya berbicara sebagai rakyat biasa," komentar Le Figaro. Sedang l'Humanite menulis: "Pernyataan Bakhtiar tidak ada apa-apanya. Nyaris kosong."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus