KEPUTUSAN penting itu disampaikan Bernard Kalb, 64, kepada Menlu George Shultz, awal pekan lalu. Dalam pembicaraan serius 40 menit, Kalb menyatakan pengunduran dirinya sebagai juru bicara Deplu AS. "Saya mengutamakan integritas saya," ujar Kalb yang ditunjuk sebagai jubir sejak dua tahun silam. "Saya tidak ingin nama baik saya dirugikan atau dinomorduakan. Karena itu, saya mundur." Tindakan Kalb itu merupakan protes terhadap usaha penyesatan informasi tentang Libya, yang dilakukan Dewan Keamanan Nasional AS. Ia kecewa, karena ketika diminta sebagai jubir, Menlu Shultz sudah menjamin bahwa "tidak akan ada dusta tidak ada penyesatan informasi yang disengaja." Tapi justru itu yang terjadi. Untuk membenarkan serangan AS terhadap Libya, awal tahun ini, Presiden Ronald Reagan sesumbar ke seluruh dunia bahwa Qadhafi terbukti mendalangi aksi teror di Eropa. Aksi yang mengancam jiwa orang-orang Amerika ini, katanya, bisa diketahui dari pembicaraan Qadhafi yang dapat disadap oleh dinas intel AS. Ternyata, hasil sadapan itu palsu. Dalam memonya, penasihat militer Reagan, John Poindexter, mengakui bahwa kampanye palsu itu "menggabungkan beberapa kejadian nyata dan khayali dan bertujuan membuat Qadhafi percaya bahwa sekelompok bawahannya telah berkomplot dengan pemerintah AS untuk menggulingkannya." Pengeboman Januari berselang memang cukup menggoyahkan iman Qadhafi. Tapi tidak sampai membuat pihak oposisi di Libya bangkit dan menumbangkannya, seperti yang diharapkan Reagan. Sekarang, justru Qadhafi yang bicara keras, malah sesumbar akan membalas teror dengan teror. Ini tentu ada kaitannya dengan sikap Kalb, dan pengakuan Poindexter, otak informasi palsu itu. Dan, sorotan pers AS pun segera beralih kepada Poindexter. Menggantikan Robert McFarlane, Desember lampau, perwira tinggi AL yang berpangkat laksamana madya itu dinilai cemerlang, patuh, dan tampaknya tidak akan berbuat macam-macam. Lulus dari Akademi AL pada 1958, Poindexter kemudian juga berhasil menggondol ijazah sarjana fisika dari Institut Teknologi California. Sebagai penasihat militer Reagan, ia selalu bicara pelan dan merendah. Padahal, menurut para pengamat, gayanya itu cuma tirai untuk konsep-konsepnya yang dingin dan keras. Tirai Poindexter itu mulai tersingkap ketika surat kabar Wall Street Jornal menulis, "Reagan sedang merencanakan satu 'pelajaran' baru buat Qadhafi." Jubir Gedung Putih Larry Speakes menilai laporanitu "tidak resmi, tapi sangat layak dipercaya." Komentar Speakes mendorong banyak wartawan Amerika menggali lebih dalam. Tiba-tiba Bob Woodward (TEMPO, 11 Oktober 1986) membeberkan di koran Washington Post bahwa desas-desus sekitar Libya memang disengaja oleh AS sebagai kampanye untuk menjatuhkan Qadhafi. Membaca ini, Bernard Kalb, bekas wartawan pada stasiun televisi CBS, NBC, dan surat kabar The New York Times, merasa terguncang. Jiwa kewartawanannya seakan ditonjok oleh informasi palsu yang disebarkan Gedung Putih, hingga Kalb akhirnya mengundurkan diri. Sekalipun begitu, pemerintahan Reagan tenang-tenang saja. Menurut mereka, tidaklah penting bagi rakyat Amerika untuk mengetahui adanya usaha penggulingan terhadap Qadhafi. Toh ini dilakukan demi keamanan nasional, berarti rahasia negara berada di atas segala-galanya: hukum, moral, dan akal sehat. Karena itu, Kalb boleh mundur tapi Poindexter bertahan, bahkan berperan dalam KTT Eslandia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini