BERNARD Kalb bukanlah orang pertama yang melepaskan jabatan demi suara hati nurani dan integritas. Dia mengikuti jejak langkah segelintir pemberani, yang dijuluki bekas Menlu Dean Acheson sebagai "klub paling eksklusif di AS". Pendahulu Kalb adalah Les Janka, wakil jubir Gedung Putih, yang mengundurkan diri Oktoher 1983, karena khawatir kredibilitasnya bisa dirugikan oleh cara-cara Presiden Reagan menangani urusan pers dan informasi selama penyerbuan Grenada. Lalu, bekas Menlu Cyrus R. Vance mengundurkan diri April 1980, dengan alasan tidak mampu membantu Presiden Jimmy Carter dalam upaya menyelamatkan sandera AS di Teheran. Jerald F. Horst, sekretaris pers Gedung Putih, mundur September 1974 sebagai protes terhadap rencana Presiden Gerald Ford memberi pengampunan kepada bekas Presiden Richard Nixon (kasus Watergate). Elliot L. Richardson, jaksa agung, yang lebih suka kehilangan jabatan (Oktober 1973) ketimbang memecat Archibald Cox, penuntut khusus perkara Watergate (pemecatan itu diusulkan Nixon). William D. Ruckelshaus, wakil jaksa agung, juga mundur, karena tidak bersedia memecat Cox. Dan, Charles W. Bray, wakil asisten humas Deplu, mundur (Agustus 1973) tak lama sesudah Henry Kissinger diangkat sebagai menlu. Bray tidak berkenan pada Kissinger yang punya hobi menyadap pembicaraan telepon para pembantunya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini