PADA mulanya Arnold Lockshin, 47, hanyalah nama yang dikenal di seputar laboratorium Rumah Sakit Santo Yosef, Houston, Texas. Pekan silam, wajah peneliti kanker itu terlihat ke seluruh dunia melalui pancaran siaran televisi Soviet, yang diputar ulang oleh -- stasiun televisi lainnya. Yang membuat Lockshin mendadak terkenal adalah pembelotannya ke Uni Soviet. Bahkan Menlu Eduard Shedvardnadze sempat melansir soal Lockshin dalam pertemuan pers. "Kami berpendapat bahwa di sinilah tempat yang paling cocok untuk membesarkan anak-anak kami tanpa dibayangi ketakutan," kata Lockshin, yang didampingi istri dan ketiga putrinya. Ia tidak mengungkapkan secara tegas alasan pembelotannya. "Pemerintah Amerika telah meracuni pikiran bangsanya sendiri mengenai sosialisme." Sampai awal pekan ini, membelotnya Lockshin ke Soviet masih diliputi teka-teki. Sebagai peneliti, ia mendapat penghasilan US$ 50 ribu setahun -- jumlah yang cukup untuk hidup menurut standar kelas menengah di Amerika. Diduga ia diiming-iming jumlah yang lebih tinggi dari penghasilannya di AS. Kremlin mengabulkan permohonan suaka politik Lockshin, Ahad pekan lalu, dan tiga hari kemudian, ia dan keluarganya menaiki pesawat Aeroflot dari Washington menuju Moskow. Sebenarnya, sejak 19 Agustus, Lockshin sudah tidak muncul di tempat kerjanya. Para koleganya tidak bisa memberikan keterangan untuk menguak teka-teki tersebut, kecuali bahwa ia penentang kebijaksanaan Perang Vietnam, pribadinya sangat tertutup, dan cenderung sulit diajak bekerja sama. Hasil-hasil penelitiannya, baik di Universitas Harvard, maupun di tempat pekerjaannya terakhir, pun biasa-biasa saja. Sekalipun pemberitaan Lockshin mendapat tempat istimewa di media massa Soviet sebagaimana media massa Barat menulis pembebasan Yuri Orlov, pejuang hak-hak asasi, yang dikurung sembilan tahun oleh Kremlin -- AS tak menunjukkan "tanda-tanda kepanikan" dengan pembelotan ilmuwan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini