Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAAT Perdana Menteri Tony Blair mengaku menunggu kontak dari kelompok radikal Irak yang menculik Kenneth Bigley, dua intelektual Islam "bergerilya" di Bagdad. Mereka—Dr. Daud Abdullah dan Dr. Musharraf Husain—berusaha menemui kelompok penculik. Tim dari Dewan Muslim Inggris ini berada di Irak untuk menyelamatkan Ken Bigley dari ancaman pemancungan kaum penculik yang diduga dari kelompok radikal Tawhid wal Jihad pimpinan Abu Musab al-Zarqawi.
Daud Abdullah dan Musharraf Husain tampil di televisi Al-Jazeera untuk membuka kontak langsung dengan penculik. Mereka juga mengedarkan 50 ribu selebaran berisi permohonan keluarga Bigley agar melepaskan Kenneth. Pada saat yang sama di Blackburn, Inggris, kelompok muslim pendukung Partai Buruh menggelar aksi demonstrasi mencela pemerintah Inggris yang tak cukup berupaya membebaskan Bigley.
Sejak serangan 11 September terhadap gedung kembar World Trade Center di New York, pemimpin dan organisasi muslim di Inggris aktif menyerukan kepada penduduk muslim Inggris agar bekerja sama dengan pihak berwenang setempat melawan terorisme. "Penting sekali mencegah warga muda muslim Inggris terbujuk beberapa unsur jahat untuk melakukan tindak kekerasan," ujar Iqbal Sacranie, Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris.
Dewan Muslim Inggris merupakan kelompok lobi terbesar untuk 1,8 juta penduduk muslim Inggris. Lembaga ini aktif mengorganisasi khotbah Jumat dengan seruan agar umat Islam Inggris melaporkan kegiatan yang mencurigakan kepada polisi. Pasalnya, serangan teroris meningkatkan Islamofobia, atau ketakutan terhadap Islam, di Inggris. Umat Islam semakin terpojok dengan penangkapan delapan warga muslim Inggris atas tuduhan berencana melakukan serangan di negeri itu.
Polisi menangkap seorang imam masjid di London, Abu Hamzah, 47 tahun, untuk diekstradisi ke Amerika Serikat berkaitan dengan tuduhan mendukung kegiatan terorisme. Imam asal Mesir yang hanya punya satu mata dan satu tangan palsu dari baja itu menjadi kontroversi, karena khotbahnya yang radikal di masjid Finsbury, utara London. Dia dikeluarkan dari masjid itu oleh Komisi Lembaga Sosial Inggris.
Satu laporan menyebutkan, masalah Islamofobia yang hingga kini belum teratasi bisa merupakan bom waktu. Menurut laporan itu, umat Islam di Inggris semakin mengalami kesulitan sejak serangan 11 September. Seorang murid perempuan berusia 15 tahun dilarang mengenakan jilbab di sekolahnya pada September 2002. Kepala sekolah berdalih, dia berusaha melindungi murid itu dari tekanan untuk mengenakan pakaian tradisional. Belakangan pengadilan tinggi di London mendukung larangan tersebut.
Ironisnya, sebagian besar tekanan terhadap komunitas muslim Inggris ini terjadi pada masa pemerintahan Perdana Menteri Tony Blair dari Partai Buruh. Padahal umat Islam Inggris adalah pendukung tradisional Partai Buruh. Tapi keterlibatan Inggris dalam Perang Irak mengakibatkan melorotnya dukungan warga muslim terhadap partai ini. Jajak pendapat koran The Guardian menunjukkan dukungan penduduk muslim kepada Partai Buruh hanya tersisa 36 persen dari 76 persen pada pemilu sebelumnya.
RFX (BBC, The Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo